Sri Sugiastuti
“Barang siapa yang puasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap
(pahala), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(H.R. Bukhari dan
Muslim)
Manusia hidup tak pernah lepas dari jeratan dosa, baik itu
dosa ringan maupun dosa berat. Itulah sebabnya kita selalu memohon ampunan di
saat selesai salat fardu ataupun jadi bagian kalimat toyyibah yang kita ucapan
setiap hari. Bu Kanjeng sangat setuju dengan pernyataan itu..
Berdasrkan pengamatan Bu Kanjeng, di zaman yang serba instan
di era revolusi 4.0 ini, banyak peluang untuk berbuat dosa. Contohnya,
teknologi banyak dimanfaatkan orang dengan melakukan penipuan online, menjadi
hacker, memproduksi berita hoax, dan menjual produk palsu. Itu semua bagian
dari mudahnya berbuat dosa tanpa ada filter yang kuat untuk membentengi
keimanan diri dan ketakwaan seseorang.
Menurut catatan Bu
Kanjeng, ada juga dosa yang dihasilkan karena ketidaktaatan pada perintah
Allah, seperti meninggalkan salat karena asyik berlama-lama berada di mall,
main games, atau sekadar bersibuk diri membaca komentar di WA, tidak puasa di
bulan Ramadan, melakukan free sex, berjudi, ikut transaksi narkoba, dan masih
banyak lagi. Perlahan tapi pasti, akhirnya mereka menyadari bahwa mereka berada
di tempat yang salah dan telah melakukan hal-hal yang dilarang Allah dan mereka
pun mulai galau dengan apa yang sedang dikerjakan karena sudah melenceng jauh
dari apa yang diperntahkan Allah Swt.
Kaca mata Bu Kanjeng pun melihat ada kegalauan pada diri
mereka. Dalam kegalauan itu, mereka akan kembali pada Alquran dan membuka
petunjuk yang ada di dalamnya. Allah Swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah
dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "
"Ya Tuhan
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. At-Tahrim: 8)
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah
dengan tobat nasuha (tobat yang semurni-murninya).”
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan tobat
nasuha? Ibnu Katsir dalam Tafsir Alquran al-‘Azhim menjelaskan, tobat nasuha,
yaitu tobat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus
kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya
dari kehinaan.
Setelah Bu Kanjeng membuka kitab Riyadh as-Shalihin, di situ
dijelaskan bahwa jika kemaksiatan itu menyangkut urusan seorang hamba dengan
Allah saja, tidak ada hubungannya dengan hak manusia, tobatnya harus memenuhi
tiga syarat. Pertama, hendaklah berhenti melakukan maksiat. Kedua, menyesal
karena telah melakukan kemaksiatan. Ketiga, berniat tidak akan kembali
mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Apabila tobatnya
berkenaan dengan hubungan sesama manusia, tiga syarat tersebut ditambah satu
lagi. Orang yang bertobat itu harus meminta kehalalan dari orang yang diambil
hak-haknya atau dizalimi.
Pemahaman Bu Kanjeng tentang tiga syarat tadi mutlak dipenuhi
oleh orang yang ingin bertobat. Memang, saat bertobat tidak harus menunggu
bulan Ramadan. Namun, sangat jelas bahwa bulan Ramadan adalah bulan ampunan.
Jadi, sangat cocok bagi orang yang sedang galau dan merasa sudah melangkah
terlalu jauh dari perintah Allah untuk segera bertobat. Manusia masih diberi
kesempatan dengan datangnya bulan Ramadan yang penuh keberkahan, ampunan, dan
terbukanya pintu surga bagi orang-orang yang ingin menjadi penghuninya.
Rasulullah mengajarkan kita mengiringi keburukan dengan
kebaikan, niscaya dengan kebaikan itu akan gugur tiap-tiap keburukan. Karena,
seperti sabda Nabi dari Abdullah bin Umar, “Sesungguhnya Allah menerima tobat
hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongan.” Perawi
38ed: Nashih Nashrullah
Momentum bulan Ramadan sangat tepat untuk menggapai ampunan
dengan bertobat nasuha. Allah selalu memberi kesempatan pada umat-Nya untuk
bertobat. Masalahnya, bagaimana dengan perasaan dan kesadaran manusianya
sendiri? Apakah dia tetap terlena atau menyadari dan merasa galau dengan
dosa-dosa yang diperbuat? Itu semua jadi bahan perenungan Bu Kanjeng sebagai
hamba Allah yang merasa keimanannya masih tipis dan fakir ilmu.
Bu Kanjeng sadar, inilah saatnya memohon ampunan untuk dosa
yang telah diperbuat, baik itu dosa kecil maupun dosa besar, baik yang
disengaja maupun tidak. Selagi masih ada kesempatan, “Ayo lakukan, jangan
ditunda lagi.” Bu Kanjeng mengajak dirinya untuk bersegera memohon ampunan.
02 Ramadan 1440 H
12 Comments
Aamiin.mari kota saling memaafkan dan mengisi ramadhan dengan aktivitas yg luar biasa.
ReplyDeleteInsyaallah ya Om
DeletePuasa hari ketiga
ReplyDeleteSelamat pagi semuanya. Semoga sahur anda bersama keluarga tercinta di hari ketiga berjalan bahagia. Tidak kesiangan makan sahur dan dapat menjalankan ibadah sholat subuh berjamaah di rumah.
Hari minggu ini semoga kita lalui dengan senyum kebahagiaan. Kita menikmati indahnya ramadhan di hari ketiga puasa.
Sedikit cerita makan sahur kami. Istri masak sayur sop dan kentang goreng sambal. Nikmat sekali rasanya. Segelas teh hangat tanpa gula langsung mengguyur tubuh yang tambun ini.
Nikmat Allah mana lagi yang hendak engkau dustakan?
Selalu bersyukur adalah jawaban hambanya yang selalu berserah diri. Dengan mengaji al quran hati menjadi tenang dan jiwa menjadi lapang.
Sehabis sholat subuh saya menemani istri mengaji. Mendengarkan bacaannya dan membetulkannya bila ada yang kurang pas bacaannya.
Suami istri itu harus saling melengkapi dan saling menasehati. Istri akan menegur saya bila saya terlalu asyik dengan ponsel pintarnya.
Menulis memang serasa mudah semenjak ada smartphone. Kita bisa menulis dimana saja dan kapan saja. Asal mau duduk sebentar, maka akan jadi tulisan.
Biasanya pukul 06.00 wib saya sudah berada di dalam perjalanan. Ikut meramaikan kota Jakarta yang selalu ramai. Banyak orang berdatangan dari sekitaran jabodetabek. Jakarta diserbu dari segala penjuru. Mulai dari bogor, depok, tangerang dan bekasi. Mereka menjemput rezekinya masing-masing sesuai bidang keahliannya.
Ramadhan datang dengan segala keistimewaanya. Tak terasa sudah hari ketiga. Hari dimana orang bersuka cita. Seperti hari ini di Bekasi.
Walaupun tak bisa pergi kemana mana kami tetap bahagia. Bekasi sudah masuk zona merah wabah corona. Tetap berkarya ditengah Corona adalah pilihan cerdas dari mereka yang ingin bangsanya maju.
Hari ketiga puasa membuat saya merasa harus melahirkan karya. Setidaknya saya berusaha untuk membantu sesama dari apa yang saya bisa.
Kiriman email dari kawan-kawan guru terus berdatangan. Terutama tugas resume dari para peserta belajar menulis. Saya akan membukanya satu demi satu dengan cara membuat siaran langsung di http://youtube.com selama 1 jam atau 60 menit seperti kemarin.
Kita akan mulai dari pukul 09.00 sampai 10.00 wib. Semoga banyak yang menonton dan semakin banyak yang klik subscribe. Aamiin.
Mari kita isi hari ketiga puasa dengan aktivitas yang berbeda dari biasanya. Bila itu dilakukan terus menerus, maka anda telah menjadi konten kreator. Orang yang selalu siap membuat konten-konten kreatif di internet.
Sampai nanti ya!
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com
Siap. Nomer saya sementara yg aktif yg simpati telkomsel
DeleteSetuju Bun. Aamiin yaa Rabb...
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteAamiiin....
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung
ReplyDeleteTerima kasih ilmunya bunda
ReplyDeleteTidak pernah bosan untuk selalu mengingatkan ...
Mari berliterasi. Terima kasih sudah berkunjung
DeleteSlmt berpuasa
ReplyDeleteTerima kasih semoga ibadahnya diterima Allah SWT
Delete