FLASHBACK DI ANGKA 33 (21 )




Oleh Sri Sugiastuti

Apakah angka bisa jadi ukuran kebahagiaan? Angka yang mana dan digunakan? Untuk apa Bu Kanjeng mengajukan pertanyaan itu? Dua pertanyaan itu perlu dicermati. Karena yang dimaksud Bu Kanjeng adalah 33 tahun usia pernikahannya.

Di saat pandemik covid 19 mendunia  dimana kebanyakan yang terkena para lansia yang rentan dan daya imunnya rendah. Bu Kanjeng mencoba flashback sejenak mengingatkan dirinya bahwa Oktober kemarin  tahun 2019 tak terasausia pernikahannya sudah beranjak di angka 33 tahun.

Batinnya bertanya . Apakah pernikahannya sudah bisa dikatakan Sakinah Mawadah warohmah (samara)? Yang paling paham tentu saja Bu Kanjeng dan Pak Kanjeng. Kata orang Jawa Sawangsinawang  Ya kita sering menilai atau memperkirakan orang lain hidupnya lebih bahagia dari kita.

Menyoal keluarga Sakinah, Mawadah dan Warohmah itu banyak indikator nya. Untuk bisa mencapainya, ukurannya bukan lamanya usia pernikahan. Penjelasan itu pernah didengar Bu Kanjeng dalam satu forum pengajian.

Indikator keluarga itu disebut sakinah, mawadah, warohmah bila  suami dan istri  memiliki ikatan hati dan keluarga yang kuat, menegakkan sholat berjamaah, gemar menjalin silaturahimi, gampang berbagi untuk orang tua, mertua, dan senantiasa ada  kebersamaan dengan pasangan.

Apakah itu hal yang mudah? Untuk mewujudkan keluarga yang “samara” tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Setiap pasangan suami-istri harus memiliki visi yang sama. Jika memiliki visi yang sama, maka langkah untuk mewujudkannya  lebih mudah. Itu asa yang dimohonkan Bu Kanjeng kepada Allah.

Di dalam Al Quran untuk penguatan pembentukan pasangan “samara “ ada  di ayat: "Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Rabb mu yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memberikan keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain , dan (peliharalah) hubungan kasih sayang. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian”. (Qs. An-nisa:1).

Bu Kanjeng hari ini berusaha merefresh lagi doa yang diamini dan menjadi pegangannya hingga kini. Doa yang terdengar saat ia dan Pak Kanjeng berhadapan dengan Pak Penghulu 33 tahun lalu.

Doa Rasul di saat ada pernikahan.

 “Barokallahulaka, wa baroka’alaika, wajama’a bainakuma fii khoir” yang artinya “Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan.”

Ya. Dari doa tersebut, Bu Kanjeng bisa memahami  bahwa Rasul tidak mengatakan supaya suatu keluarga jadi kaya-raya, melainkan agar diberkahi Allah SWT. Maksudnya berkah adalah hidupnya selalu dilindungi , rezekinya tercukupi dan bisa membawa kebaikan.

Alhamdulillah dengan bergulirnya waktu Bu Kanjeng tetap masih berharap dan mendamba Keluarga sakinah (Penuh Ketenangan) Sakinah memiliki arti ketenangan, kedamaian, ketentraman, dan keamanan. Upaya untuk mencapai keluarga sakinah   keluarga yang penuh kedamaian pasti ada seni dan  juga suka duka.



Sebenarnya pasangan suami istri harus bisa menjalani hidupnya sesuai dengan prinsip keimanan, saling menyayangi satu sama lain, menerima kekurangan masing-masing, dan saling melengkapi. Indahnya Islam mengatur semuanya.

Bu Kanjeng juga merindukan Keluarga mawaddah  (Saling Mencintai). Mendambakan keluarga yang penuh rasa cinta. Keluarga yang mawaddah berarti keluarga yang kehidupannya diliputi dengan cinta dan penuh harapan. Kadang dalam setiap keluarga bentuk atau wujud dari rasa cinta itu pasti berbeda. Harapannya suami-istri bisa saling mencintai, maka insyaAllah rumah tangganya akan terasa lebih indah, harmonis, dan langgeng.

Bu Kanjeng juga ingin meraih keluarga yang ramah, keluarga yang saling menyayangi dan dirahmati Allah SWT. Karena sejatinya Wa Rahmah merupakan kelanjutan dari mawaddah (cinta), dimana Wa berarti “dan”, Rahmah berarti “rahmat atau karunia atau anugerah Allah SWT”. Rahmah juga bisa didefinisikan sebagai kasih sayang.

Di angka 33 tahun Bu Kanjeng hidup bersama Pak Kanjeng. Ia  masih memeluk orang - orang yang disayang dalam untaian doa. Sungguh itu menjadi kekuatan tersendiri  bagi Bu Kanjeng agar kelak sampai di titik husnul khotimah.

"Terima kasih ya Allah untuk semua hidayah inayah dan limpahan kasih sayang-Mu. Masih Kau izinkan aku bersama dalam rasa permen ajaib-Mu. ".

Bu Kanjeng jeda sejenak sambil mensyukuri apa yang ada di depan matanya. Saat melanjutkan perjalanannya di dunia di tahun 2020 atau tahun 1441 H, Bu kanjeng memang harus lebih banyak bersyukur. Ia berusaha mencari hikmah di balik wabah covid 19 kali ini yang tak kunjung usai.



#33tahunmenuabersamapakkanjeng
#Solo19oktober2019
#Refleksihatisaatcorona
#Catatanhatipenyemangatdiri
#Duniamelawancorona

Bersambung


Post a Comment

16 Comments

  1. Barakallah.... Sudah 33 tahun pernikahannya, Bu Kanjeng... Nderek bingah..

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah wa syukurillah insyaAllah di usia yg penuh berkah

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah. Semoga senantiasa berlimpah barakah. Amin.

    ReplyDelete
  4. Semoga tetap harmonis dan bahagia. Salam keluarga bahagia bu Astuti..

    ReplyDelete
  5. Subhanallah indahnyaaa... Bikin iri.. . Tp iri yg positif ya Bun...

    ReplyDelete
  6. wah tak terasa. suka duka asam manis asin dunia kepuarga pasti dah di lalui.

    ReplyDelete