MRT SOLUSI KEMACETAN





Oleh : Sri Sugiastuti

Impian bu Kanjeng bisa mencoba naik MRT di Jakarta tahun 2019 akhirnya terwujud. "Itulah gunanya punya mimpi," bisik bu Kanjeng di telinga suaminya.

Setelah beberapa kali gagal, sejak bu Kanjeng tahu bahwa Selasa 12 Maret 2019, masyarakat Jakarta dapat menikmati uji coba Mass Rapid Transit selama 12 hari secara gratis hingga 24 Maret 2019.

Bu Kanjeng paham kalau yang gratisan pasti bejubel. Ia juga tidak mungkin pergi ke Jakarta demi cari gratisan naik MRT. April 2019 bu Kanjeng ada kegiatan di Cisarua. Ingin mencuri waktu bisa ke Jakarta dan mencoba moda MRT. Ternyata luput.

Juli ketika ada event di Jakarta, Bu Kanjeng sudah punya rencana naik MRT ternyata belum berjodoh. Itu disebabkan jadwalnya yang padat dan ia tidak pede naik MRT tanpa Pak Kanjeng.

Rupanya Allah beri kemudahan buat orang yang sabar dan tidak kemrungsung. Tanggal 7 September 2019 tanpa harapan yang muluk-muluk,  justru  Bu Kanjeng dan suami juga anaknya bisa menikmati kenyamanan naik MRT.



Ceritanya saat melihat pameran buku di Indonesia Internasional Book Fair yang digelar di JCC. Setelah ia jumpa dengan komunitas literasi yang ada di Indonesia, ia tidak mengikuti sampai selesai. Cukup silaturahmi.Sementara  Pak Kanjeng masuk ke area pameran buku.

Otak Bu Kanjeng dengan mind mappingnya langsung nyangku. Hmm… ada stasiun pemberhentian MRT di Senayan. Langsung diminta Pangerannya pesan Grab ke tujuan Stasiun MRT Senayan. Taraa.... dengan dana 15 ribu rupiah sudah tiba di Stasiun Gedung Mandiri.

Suasana belum terlalu panas. Hari Sabtu, tidak terlihat kemacetan.  Yang ada justru suasana seperti di Singapura dengan latar belakang  gedung pencakar langit yang aduhai. Bu Kanjeng sempat minta difoto berdua dengan Pak Kanjeng dengan latar belakang gedung bertingkat puluhan itu.



Setelah itu mereka masuk ke ruang bawah tanah diantar lift underground 1, di lantai itu transaksi pembelian tiket. Seharusnya disarankan dengan E-money. Berhubung bu Kanjeng belum punya E-money, ia pun mengeluarkan selembar uang kertas merah. Mereka bertiga harus membayar tiketnya seharga 9000 perorang dan jaminan kartu 15.000 perorang. Total untuk 3 orang bayar 72 ribu, dengan catatan ketika turun ada uang kembali 45  ribu saat mengembalikan kartu.

Mereka sambil membawa kartu itu minta difoto dan juga swafoto. Pengalaman yang mahal ini harus diabadikan. Pikir Bu Kanjeng. Setelah itu mereka turun lagi ke lantai berikut tempat MRT bawah tanah itu berhenti. Setelah keluar lift mereka harus "ngetap"dulu. Menempelkan kartu yang dimiliki ke gerbang masuk menuju tempat MRT berhenti. Hampir sama dengan naik KRL Jabodetabek. ( Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).Sambil menunggu MRT yang mau mereka tumpang datang. Bu Kanjeng ambil jalur yang ke  arah Lebak Bulus . Sedangkan  di sebelahnya berhenti MRT yang ke arah Jalan Thamrin.

Tuing,ingatkan bu Kanjeng ada di tahun  2004 saat pertama kali ia naik MRT di Singapura. Juga tahun 2014 ketika ia berbelanja di Kuala Lumpur dengan menggunakan MRT. Dan tahun 2019 akhirnya ia bisa naik MRT di Jakarta.



Bu Kanjeng ambil rute  yang tidak terlalu jauh yaitu dari Senayan-RS Fatmawati. Jalur ini sudah melewati bawah tanah dan melayang di atas jalan MRT layang. Bu Kanjeng  lega. Ia sudah bisa menikmati sensasi naik  MRT dengan kecepatan yang luar biasa. Sebagai salah satu moda anti kemacetan di Jakarta.

Nama MRT untuk jakarta diganti jadi Ratangga oleh Pak Anies Bawesdan selaku  Gubernur DKI Jakarta. Konon nama itu diambil dari Bahasa Sansekerta yang dinukil dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad ke 14 Masehi.

“Dalam bahasa Jawa kuno, arti Ratangga adalah kereta perang yang identik dengan kekuatan dan pejuang,” ungkap Gubernur Anies Baswedan.Berharap MRT yang bernama Ratangga itu bisa menjadi solusi mengatasi kemacetan di Jakarta.

Keberadaan MRT di dunia ini sejarahnya cukup panjang. Negara yang pertama kali membuat moda transportasi tersebut adalah Metropolitan Railway, London Underground di tahun 1863.

 Kereta ini menghubungkan stasiun London utama di Paddington, Euston dengan King's Cross sebagai pusat kota dan kawasan bisnis. Tujuannya ya untuk mengurangi kemacetan.

Moda ini terus berkembang bukan hanya di Eropa tapi juga ke Asia. Ada Jepang di tahun 1927 dan Beijing tahun 1969. Akhirnya Singapura dan KL tak ketinggalan.

Ratangga, Mass Rapid Transit di Jakarta sebenarnya sejak zaman Pak Harto sudah pernah digagas. Saat itu Habibie sebagai Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi (KBPPT) tahun 1986, mengagas MRT. Stasiun Kereta Metropolitan Satu abad setelah London diresmikan. tahun 2013 Presiden Joko Widodo membuat peletakan batu pertama di atas lahan MRT Dukuh Atas untuk dimulainya pembangunan proyek tersebut.

Siapapun penggagasnya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan MRT itu bu Kanjeng ngga mau pusing. Ia sebagai rakyat membutuhkan transportasi umum yang murah cepat dan nyaman.

Betapa nyaman ya ketika hanya butuh waktu 30 menit dari Bundaran HI ke Lebak Bulus . Atau sebaliknya. Dengan kecepatan 40- km perjam. Melintas di atas beton yang terpancang kuat, dan kadang mdlintas di bawah tanah. Indonesia akhirnya punya MRT. Butuh waktu 15 tahun untuk menunggu. Karena tahun 2004 Bu Kanjeng sudah menikmati MRTdi Singapura dan Kuala Lumpur.

Bu Kanjeng tiba di stasiun Fatmawati menukarkan 3 kartu dengan uang 45 ribu. Di lantai dua sudah ada mbak-mbak cantik di counter yang menjual kartu e-money. Bu Kanjeng pun tertarik dengan mengeluarkan uang 120 ribu, Ia punya kartu e-money yang sangat fleksibel penggunaannya.

Bu Kanjeng sudah tidak penasaran lagi. Di Stasiun RS Fatmawati bu Kanjeng turun dan tak lama Grab yang dipesan menuju ke Pejaten Timur pun tiba. Mereka bisa rehat sejenak. Masih ada satu acara lagi sebelum  mereka kembali ke Solo.
Bu Kanjeng ngga mau tekor.Bagaimana caranya saat berkunjung ke Jakarta, silahturahmi dapat, ilmu dapat, dan tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

#KisahBuKanjengdanMRT
#Bugurujalanjalan
#BanggapunyaMRT
#JakartaSeptember2019

Post a Comment

17 Comments

  1. Asyiknya Bu Guru jalan-jalan....

    ReplyDelete
  2. Kereen..asyiiik ibuk.. Hehe..pingiin..

    ReplyDelete
  3. asyik naik mrt, org jakarta saja banyak yg belum mencobanya

    ReplyDelete
  4. Iya.Om
    Biar aman simpan di blog Omjay
    Makasih sudah singgah

    ReplyDelete
  5. Saya belum pernah naik MRT nih.. Harus dicoba next time

    ReplyDelete
  6. Teringat naik MRT di Singapura mau ke merlyon hhhh terlambat masuk, wahh keren tak lama kemudian ada lagi MRT, wahh MRT di JKT belum pernah mencoba keburu corona mengintai, semoga corona segera berakhir aamiinn

    ReplyDelete
  7. Naik kereta saja belum pernah Bu saya

    ReplyDelete
  8. Serunya bunda..semoga saya bisa juga jalan jalan seperti ini

    ReplyDelete