KIAT HAPPY LEBARAN BERSAMA COVID -19 (31)




Sri Sugiastuti

Ramadan 1441 akhirnya di penghujung. Bu Kanjeng agak limbung. Ramadan kali ini membuat hatinya merana. Dunia harus melawan corana. Banyak upaya dicoba agar semua baik-baik saja. Jangan pernah membuat berprasangka Allah tak peduli pada umat-Nya.

1 Syawal 1441 H bertepatan dengan tanggal 24 Mei 2020.M Kegalauan Bu Kanjeng untuk melaksanakan salat Ied berkecambuk. Salat Ied di masjid atau di rumah atas perintah Pak Kanjeng. Ia sangat rindu masjid. Sudah tiga purnama serambi masjid tempat Bu Kanjeng tolabul ilmi, silaturahmi juga salat berjamaah Subuh barokah tak pernah dikunjungi sejak wabah coro na.

Salat taraweh pun cukup di rumah padahal suara azan salat 5 waktu tetap terdengar dari masjid yang berjarak kurang  50 meter darj rumahnya. Bu Kanjeng kehilangan momen itikaf dan tadarus di masjid. Ritual itu harus berganti lokasi. Ya dikerjakan di rumah.

Tadi pagi Bu Kanjeng nekat. Kurang dari pukul 06.00, ia menyusup masuk ke dalam masjid lengkap dengan mukena, masker dan sajadah. Ia mengambil posisi shof ke 3 dari depan sebelah pojok. Protokol Covid-19 tetap dijaga. Sajadah pun digelar. Ia duduk bersimpuh melantunkan takbir. Tak kuasa bendungan air mata pun ambrol. Rasa sesak di dada dan ke rinduannya pada rumah Allah terobati.

Puji puji, salawat dan doa puner dipanjatkan. Ia ingin berjumpa Ramadan tahun depan dengan keadaan yang lebih baik. Ia berharap Ibadahnya di bulan Ramadan ini dengan segala keterbatasan bisa membuat Allah rida.

Tepat pukul. 06.00 salat Ied dimulai. Takbir tujuh kali di rakaat pertama setelah surat Al Fatihah lanjut Surat Al-A'la dan di rakaat ke 2 takbir lima kali, setelah surat Al Fatihah dilanjutkan surat Ad - Duha.  Bu Kanjeng mengerjakannya dengan khusyuk. Ini juga jadi satu pengalaman tersendiri karena melaksanakan salat Ied di serambi masjid. Biasanya dikerjakan di tanah lapang.

Khotbah yang dibacakan cukup panjang tentu saja terselip pesan dunia melawan corona. Ya kita kembali fitri dan dengan semangat Ramadan  tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Usai khotbah tanpa berjabat tangan Bu Kanjeng meluncur ke rumah.

Tradisi kebiasaan pulang salat Ied tetap ada. Ya  sungkeman. Sebagai seorang istri Bu Kanjeng wajib meminta maaf kepada Pak Kanjeng yang sering jadi muara suka dukanya. Iapun menangis lagi teringat tanpa disadari sering membuat Pak Kanjeng gagal paham dengan keinginan Bu Kanjeng dan berakhir dengan emosi kadang jadi saling menyakiti padahal penyebabnya sangat sepele. Itulah dunia rumah tangga, selalu penuh dengan romantika.

Sungkeman ronde kedua setelah dua anak Bu Kanjeng datang. Dengan ketulusan hati saling memaafkan dan mendoakan. Berbagai harapan yang baik- baik terucap. Semoga apa yang jadi target kesuksesan dunia akhirat bisa tercapai, corona bukan penghalang. Corona hanya virus yang membuat manusia jeda sesaat dari hiruk pikuk dunia, lebih sabar dan optimis menghadapinya.

Keceriaan tetap ada. Menikmati hidangan yang tersedia. Memang sebelumnya Bu Kanjeng sudah meminta konfirmasi apakah mereka mau datang atau tidak. Kalau datang Bu Kanjeng mau masak beberapa menu yang biasa hadir  di hari raya. Deal mereka mau datang. Alhamdulillah.



Bu Kanjeng santai saja masuk dapur bada asar. Bahan sudah ada. Rencana ada lontong, sambel goreng tolo krecek, plus opor ayam. Ternyata opornya luput, yang ada mentok dan dengan sigap dimasak rica-rica. Anehnya masakan Bu Kanjeng kali ini kurang yummy. Sepertinya ia memasaknya setengah hati.Atau karena dia juga sudah melihat begitu banyak makanan hantaran dari dua orang besannya. Apakah ini balasan Allah untuk sedekah nasi bungkusnya selama bulan Ramadan?  Ahh, tak usah dipikir. Itu rahasia Allah yang berhak memberi rezeki pada umat-Nya.

" Masak begini banyak siapa yang mau makan? Tidak ada  open house. Melihatnya saja sudah kenyang. Embohlah. Pokoknya dimasak. " Bu Kanjeng tetap berjibaku di dapur.

Bu Kanjeng justru teringat guru karyawan di sekolahnya. Selama work from home, acara makan siang di sekolah dan lanjut puasa Ramadan memang ditiadakan. Melimpahnya makanan di rumah membuatnya rindu bisa makan bareng dan  berbagi. Makanan yang sudah dimasak ngga mubazir. Sudah disiapakan untuk Penghuni pos Ronda nanti harus bisa menikmati masakan Bu
Kanjeng.

Alhamdulillah bada isya keponakan Bu Kanjeng yang di Masaran , Sragen datang. Ada yang bantu menghabiskan lontong dan teman-temannya. Sekaligus bisa jadi ajang berbagi. Itulah salah satu keberkahan di hari Raya Idul Fitri. Dalam keadaan lockdown makanan datang pergi. Ada tape ketan, ada apem, ada lemper, ada rempeyek. Semau makanan yang identik dengan Lebaran baik yang tahan lama atau segera dituntaskan tersedia. Nikmat Allah manakah yang kau dustakan.

Bu Kanjeng bernapas lega dan tersenyum bahagia. Tidak sia-sia ia semalam membuat lontong dan menu masakan lainnya. Dengan menahan kantuk dan kaki yang pegal karena berjibaku di dapur. Semua terbayar lunas dan merasa puas. Apa yang sudah dimasak penuh keberkahan. Rasa syukurnya semakin menguat. Inilah yang membuat Bu Kanjeng happy dalam suasana apapun.

Begitulah 1 Syawal 1441 Hijriayah , salat Ied dan menikmati hari kemenangan. Setelah berpuasa 1 bulan. Walaupun suasananya sangat  hampa. Adanya peraturan PSBB, jaga jarak , tidak boleh mudik, dan aturan lain demi  mencegah terjadinya penularan Covid-19.  Apapun aturannya Bu Kanjeng tetap patuh dan happy berharap si Covid-19 segera pergi



#Duniamelawancorona
#Catatanharianbukanjeng
#1Syawal1441Hijriyah
#Soloraya24052020

Post a Comment

23 Comments

  1. Replies
    1. Tangis yang sama Bunda, rindu akan ibadah di masjid, tak banyak yang bisa terucapkan. Hanya kata maaf ya Bunda, semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT Aamiin ya rabbal'aalamiin....

      Delete
    2. Aamiin YRA semoga kita dipertemukan lg dgn Ramadan bulan mulia

      Delete
  2. Sugeng Riyadi Idulfitri mohon naaf lahir dan batin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga mengucapksn tagobalminawaminkum taqobal yaa karim

      Delete
  3. Benar Bunda. Ga ada yg munazir kalau makanan. 😊👍👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah dan harus kreatif.Sayang kalau sampai mubazir

      Delete
  4. selamat hari raya idul fitri, https://membangunpersonalbranding.blogspot.com/2020/05/kegiatan-omjay-selama-hari-raya-idul.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon maaf lahir dan batin smg dipertemukan lg dengan Ramadan tahun depan

      Delete
  5. Semoga kita tetap menemukan makna idul Fitri meskipun di tengah pandemi Corona

    ReplyDelete
  6. Replies
    1. Amat sangat berbeda.smg ada hikmahnta di balik itu semua

      Delete
  7. Selamat Hari Raya Idul Fitri Bu Kanjeng.Semua akan ber hikmah positif sepanjang kita memaknai nya dengan positif. Di balik Cobaan pasti ada Anugerah yg Allah/ Tuhan titipkan kepada kita semua.
    Seperti halnya Allah kirimkn Bunda Kanjeng utk Membimbing Tiwi.
    Hatur Nuhun Bunda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Bu Tiwo mari kita bergerak dan bersemangat dengan potensi yang kita miliki agar bermanfaat untuk orang lain.

      Delete
  8. sugeng riyadin bun. Kalau rumahku dekat aku mau mentok rica ricanya.heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba. Ini yummy banget bisa empuk pedas jahe dan aroma kemanginya joz

      Delete
  9. Tangis yg sama, tambahan kalao saya bun, debat kecil , ada yang mau ke masjid ada yang melarang, akhirnya sholat di rumah. Ada rasa menyesal juga...kenapa gak ke.masjid..efek.terlalu takut. Astagfirullah hal Azim.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya dibutuhkan keyakinan dan keberanian untukmenuruti kata hati dan yakin akan perlindungan Allah

      Delete