KIAT MENULIS DI SAAT COVID 19 MELANDA ( Fakta atau Hoax 31)






Sri Sugiastuti

Kiat menulis ala Bu Kanjeng di tengah covid-19 bisa simak di artikel berikut ini. Ia hanya menulis apa yang ingin ditulis. Ia banyak membaca, mendengar, mengamati dan bertanya pada dirinya sendiri. Selanjutnya terserah pembaca. Yang jelas Bu Kanjeng sudah menunaikan hajatnya yaitu menulis. Yuk dilanjut membacanya. Siapa tau terinspirasi dan sedikit memberi pencerahan.

Tak terasa Indonesia berada di tengah Covid-19 genap 2 bulan. Korban pun berjatuhan terutama di garda terdepan. Paramedis dan dokter yang menangani langsung pasien yang terkena virus tersebut. Kenyataan ini bagi Bu Kanjeng seperti mimpi buruk di siang bolong.

Data yang terekam di tanggal 21 Mei 2020 ada tambahan 973 kasus positif Covid-19 baru di Indonesia, sehingga total 20.162 kasus. Memang kalau dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta masih kecil. Santai saja lah.

Indonesia tidak sendiri, seluruh negara di dunia baik itu negara maju atau berkembang semua kena wabah pandemi Covid-19. Bahkan WHO pada hari Selasa (19/5), mencatat 106.662 kasus baru dalam sehari dari seluruh dunia juga tidak mengubah apapun.

Konon akhir Mei atau awal Juni 2020 jadi booming tingkat penyebaran virus yang paling besar. Jadi tidak salah dong, kalau pemerintah memperpanjang masa PSBB. Sayangnya Bu Kanjeng dibuat gemes dengan ulah masyarakat yang nekad semau gue tanpa menghiraukan peraturan yang dibuat Pemerintah untuk melindungi rakyatnya.

Sedih pasti, ngga bisa mudik, ngga bisa salat Ied di lapangan, nggabisa merayakan hari kemenangan dengan makan enak, ngga bisa berbagi atau refreshing setelah sebulan berpuasa. Pokoknya banyak lah tradisi yang luput untuk jalani padahal sudah mendarah daging sejak zaman dulu.

Aparat yang bertugas di lapangan pun dibuat geram. Sepertinya aturan yang dibuat itu untuk dilanggar. Tak heran banyak cara yang dilakukan oleh oknum yang kesadarannya kurang atau berusaha mencari celah untuk mengelabui aparat yang bertugas.
Kembali Bu Kanjeng dengan kaca mata 5 dimensinya mengerutkan dahinya.

"Manusia itu memang banyak akal dan cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Anggapannya ada peraturan ya harus dilanggar kalau dianggap mengganggu kepentingannya."

Akibatnya ya ambyar. Kurva pertumbuhan kasus Corona di Indonesia belum menunjukkan trend melandai, malah kurva kasus menuju pada klimaks serangan pertama Covid-19. Kita tidak ada yang tahu kapan kurva itu akan turun dan kita bisa sedikit lega. Kurva kasus masih terus menanjak dengan angka-angka yang makin mengerikan.

Setiap saat Satuan Gugus melaporkan angka yang cenderung meningkat, tetapi masyarakat tak terpikat. Mereka tetap cuek bebek seakan punya daya tahan tubuh yang super duper. Walaupun penyebaran Covid-19 kemarin sangat tinggi, tetapi tidak membuat mereka sadar  untuk diam di rumah.

Berbagai keinginan muncul saat uang THR sudah di tangan. Mereka pun sibuk ke mall, ke pasar atau sekedar ngabuburit jelang berbuka puasa. Jadi bimbauan jaga jarak, diam di rumah, menghindari kerumunan dan bepergian kalau tidak penting hanya dijadikan slogan. Mengamati kenyataan ini Bu Kanjeng hanya berdecak kagum.

"Saudaraku memang hebat dan kuat, jiwa ngeyelnya juga luar biasa"

Masyarakat  dengan argumentasinya berontak. Ada yang lebih penting dari pada diam di rumah. Tuntutan perut yang harus diisi dan kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Mereka sudah tidak peduli 1278 jiwa meninggal karena Covid-19.

"Emang gue pikirin, kalau memang jatahnya mati ya mati. Yang penting bagaimana keluarga bisa bertahan ya harus ikhtiar. Kalau cuma duduk manis di rumah dan menunggu bantuan datang, itu tidak mungkin banget."

Ini fakta bukan hoax. Jadi siap siap saja kalau Pemerintah putar haluan menuju ke heard imunity. Saat masyarakat dicuekin. Ngga perlu mengikuti program Pemerintah. Orang Jawa bilang sak karepmu, pikiren dewe. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Terserah mau bertindak seperti apa untuk bisa bertahan. Nah, semakin
runyamkan!

Bu Kanjeng cuma bisa mengajak keluarga dan lingkungannya untuk "Berserah"mengikuti aturan. Berpikir positif dan bertindak cerdas dan kreatif. Yakini saja kalau kita bisa keluar dari masalah ini dan semua akan kembali normal.

#Ramadanharike30
#Soloraya23052020
#Duniamelawancorona
#Faktaatauhoax

Post a Comment

10 Comments

  1. Sama bu di daerah saya juga gitu.
    Sepertinya kita "dibolehkan" hidup "berdampingan" dengan covid.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita punya daya imun yang kuat dan bisa bertahan

      Delete
    2. Semoga kita punya daya imun yang kuat dan bisa bertahan

      Delete
  2. kita tidak akan kembali ke posisi semula yang normal, kita akan terus masuk dalam sesuatu yang normal plus, kembali dalam rutinitas yang normal ditambah kewaspadaan.
    Selamat menyongsong Idulfitri. Raihlah kemenangan imanmu, sahabat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Bersiap dengan budaya baru dan tetap waspada

      Delete