MENGUPGRADE DIRI BERSAMA WISATA LITERASI




Sepertinya bukan bu Kanjeng namanya kalau tidak memanfaatkan kesempatan yang ada di depan mata. Apalagi kesempatan itu berhubungan dengan literasi yang selalu ada di hati.

Hmm, kesempatan yang mana ya? Pasti penasaran. Itu loh, Wisata Literasi yang digelar RKWK (Rumah Kreatif Wadas Kelir). Kegiatan yang dirancang jauh hari, akhirnya datang juga.

Bu Kanjeng itu tidak mau kehilangan momen berharga untuk bisa belajar dan silaturahmi yang dikemas jadi satu. Persis seperti tema Wisata Literasi RKWK Juni-Juli 2019."Jalin Silahturahmi dengan Literasi".

Ternyata memang sehati, tema itu sesuai dengan rencana ngebolang bu Kanjeng. Dirancanglah langkah menuju upgrade diri bersama Wisata Literasi. Ia bergabung dengan rombongan Semarang yang dikomandani Pak Bagong. Transit di rumah Bu Kun di Ambarawa sohibnya yang punya hobi beda tipis. dengannya. Mengajak teman juga untuk gabung ke Ambarawa. Ia adalah bu Kus. Ya mereka komunitas  literasi yang ada di Jawa Tengah yang dipertemukan Allah lewat hobi yang sama.

Jumat pagi bu Kanjeng deal dengan supir grab yang siap mengantar mereka ke Bawen, meeting point yang ditentukan bu Kun. Tepat pukul 08.00 sudah sampai di lokasi. Acara ke toilet dan nunggu sebentar itu bagian dari seni orang janjian. So dinikmati saja.

Kali ini Ambarawa membawa kenangan tersendiri di hati bu Kanjeng. Padahal sudah ratusan kali seumur hidupnya melewati kota itu. Ternyata kota Ambarawa menyimpan banyak sejarah juga keindahan alam yang masih bisa dioptimalkan. Dalam waktu yang singkat 3 obyek bisa mereka kunjungi.

Luput ngebolang di Dusun Sumilir karena datang terlalu awal tidak mengecewakan mereka. Mobil putar arah menuju Banyubiru, ya mereka ingin beli wader goreng langsung dari produsennya. 30 menit transaksi selesai. Mereka lanjut memenuhi hajat untuk sarapan. Bu Kun rekomendasi sarapan di warung makan mbak Atun yang menyediakan menu khas serba ikan dan sayur. Semua menu yang tersaji menyelera. Mereka makan dengan lahap. Pilihannya nasi pecel plus belut goreng.

Usai sarapan, mereka melewati Kampung Rawa. Obyek wisata dengan view Rawa Pening dari dekat. Semilir angin jelang siang, dan rindangnya pohon di sekitar membuat mereka betah. Apa daya panggilan untuk menunaikan sholat Jumat lebih utama. Mereka beranjak meninggalkan lokasi itu.
.
Sementara pak Kanjeng dan pak Kun sholat Jumat. Tiga ibu rempong itu menyiapkan sayur istimewa berbahan daun dan batang lompong ayu. Dalam hitungan sekejap hidangan tersaji. Bu Kanjeng dan bu Kus rupanya diberi keberkahan dalam silaturahminya. Ada sirsak madu matang pohon yang siap disantap sebelum makan siang. Buah sirsak yang luar biasa enaknya. Langsung dimakan. Segarnya buah yang matang di pohon itu memiliki sensasi tersendiri.

Bada Asar acara ngebolang dilanjut. Ya mereka menuju Eling Bening. Mereka menikmati view Rawa Pening dan gunung Telomoyo dari tempat yang akan tinggi. Tempat ini surga bagi pengunjung yang hobi berswafoto. Ketiga ibu itu asyik saja klik sana sini dengan spot yang berbeda. Jelang magrib mereka baru kembali ke rumah.

Malam di Ambarawa dinikmati bu Kanjeng dan dua temannya jadi ajang kangen-kangenan. Mereka melepas rindu, diskusi, saling tukar ide dan merancang ke depan untuk Literasi mereka. Mungkin tak tidur pun mereka rela untuk berbagi ilmu dan pengalaman literasi yang sudah dijalani.

Pukul 03.30 kehebohan mulai terjadi. Ketukan di pintu kamar membuat bu Kanjeng terbangun dan sadar bahwa saat itu ia di rumah bu Kun. Ia segera masuk dapur, mengambil wajan. Proses goreng lumpia mulai. Sementara bu Kun masuk kamar mandi.

Bu Kanjeng mulai panik, karena lumpia yang digoreng hasilnya tidak maksimal. Ternyata dia salah ambil wajan. Ada korban di wajan itu. Lumpia yang digoreng beberapa pecah dan mengotori minyak. Bu Kun ambil langkah ganti wajan dan menggoreng hingga tuntas.

Barang yang sudah dipacking disiapkan. Tet, bada subuh mereka harus meluncur ke stasiun Tawang yang akan mengantarkan mereka ke Purwokerto tepatnya ke Baturaden dan RKWK (Rumah Kreatif Wadas Kelir) basecamp kegiatan Wisata Literasi.

Kehebohan kedua terjadi ketika bu Kun mengingatkan untuk menyiapkan KTP dengan percaya diri bu Kanjeng membuka dompetnya. Ternyata KTP tak ditemukan. Bu Kun dan bu Kus ikut sibuk mencari. Mungkin KTP itu terselip di antara banyak kartu plastik  lain yang dimiliki bu Kanjeng. Ternyata zonk.

Bu Kanjeng berusaha tenang. Bismillah semoga hape pintar yang dimiliki bisa mengatasi masalah ini. Langsung galeri dibuka foto KTP lalu dikirim ke nomer WA Bu Kun dan juga pak Bagong sebagai kepala suku pertiketan Semarang - Purwokerto dari peserta Wisata Literasi.
Cling foto dikirim dengan keterangan KTP "ketlisut". Akhirnya bu Kanjeng tenang dengan harapan masalah KTP untuk boarding bisa teratasi.

Semua sudah siap di dalam mobil. Perjalanan Ambarawa - Semarang lancar berkat adanya jalan bebas hambatan yang berbayar. Tepat pukul 05.40 Mereka sudah berada di area stasiun Tawang, Group kecil yang berisi peserta Wisata Literasi mulai ramai, saling sapa dan memberi info posisi dan lokasi masing-masing.

Rupanya kesabaran mereka masih harus diuji. Harapan dan kenyataan yang dihadapi berbeda. Pak Bagong kepala suku mereka belum muncul, keberadaannya belum jelas dimana. Dan tidak bisa dihubungi. Mereka sudah berada di menit kritis untuk segera masuk ke dalam kereta yang akan membawa mereka ke Purwokerto.

Mata mereka tertuju pada pintu keberangkatan dan berharap pak Bagong segera muncul. Akhirnya datang juga. Segera tiket dibagikan. Kodratullah mereka belum ketinggalan kereta. Suasana mencair dari ketegangan sesaat. Semua bernapas lega.

Kereta bergerak menuju stasiun Poncol. Lanjut melaju membawa mereka ke Purwokerto. Komunikasi dengan Relawan RKWK terus terpantau yang akan menjemput mereka di stasiun. Pemandangan di luar jadi bonus bu Kanjeng menikmatinya

Ada dua mobil yang akan mengantarkan mereka ke hotel di Baturaden. Senyum sapa ceria dari penjemput mengobati kerinduan bu Kanjeng pada relawan yang super duper itu. Mereka sangat militan dan punya dedikasi yang tinggi untuk bisa melayani tamu dan berbagi.

Sebelum tiba di Baturaden mereka mampir makan siang di warung Kya Kye yang pemiliknya salah satu relawan RKWK. Menu yang dipilih bu Kanjeng agak beda. Perpaduan bakso kuah yang dilengkapi dengan ketupat. Mau tau rasanya? Someday akan dibahas lagi lebih detail sensasinya. Oke ya

Proses kedatangan peserta yang tidak bersamaan bisa ditebak bu Kanjeng pasti membuat panitia agak ribet, Jadi tidak heran kalau acara jadi molor atau melenceng dari jadwal. Tapi fleksibel saja wong namanya wisata. Walaupun agak molor dan cahaya hampir redup ketika tiba di lokasi tepatnya di Umbul Bengkok yang memiliki view cantik. Acara ramah tamah atau pembukaan dibuka. Mereka serius dan  kebahagiaan para peserta wisata literasi terpancar dari raut wajah masing-masing.

Usai pembukaan masih ada beberapa agenda wisata malam. Wisata religi untuk bisa sholat magrib di masjid Alun-alun Purwokerto. Terbentur waktu di jalan kena macet, maklum imbas suasana malam minggu Baturaden seperti itu.

Bu Kanjeng hanya sempat ke Toilet masjid, faktor baju kotor dan cari tempat parkir susah jadi alasannya. Di ber peserta Wisata Literasi ala RKWK digelar di alun-alun, Nasi kotak dan segelas air mineral selain membuat kenyang juga menambah keakraban.

Pukul 20.00 mereka harus sudah ada di armada guna lanjut ke The Village dan Wonderland Ala Purwokerto. Wah tempat ini cocok buat orang yang sedang memandu kasih dan keluarga yang ingin kuliner di malam hari. Temaran lampu taman dan cahaya dari dalam gedung food court, bisa digunakan untuk membayangkan suasana the Village saat langit cerah.

Aksi berswafoto terjadi dimana-mana. Tak peduli hasilnya. Yang penting mereka bisa menikmati kebahagiaan itu. Sebelum meninggalkan the Village ada Milo hangat yang didapat dengan menukarkan kupon. Rasa milonya sih biasa, tapi sensasi antri dan minum bareng sambil ngobrol itu yang tak biasa. Ada bersama komunitas yang biasanya cuma ngobrol di WA, tapi malam ini bisa kopdar bercanda ria.

Tiba di hotel, rasanya dzolim banget kalau tubuh ini tidak diberi kesempatan untuk istirahat. Pikir  Bu Kanjeng. Ia langsung persiapan rehat. Niat mau lembur menyelesaikan tulisan itu pun urung.

Ahad hari kedua di Purwokerto, full konsentrasi di RKWK bersama team pak Guru Heru. Bagi bu Kanjeng ini kunjungannya yang kedua. Sudah
tidak asing dengan suasana Wadas Kelir. Karena acara pertama sarapan suasana jadi semakin akrab.

Di sela sarapan ajang pamer buku dimulai, yang semalam sudah kasih bocoran tentang Karyanya dan yang penasaran dengan karya temannya langsung merapat. Teristimewa dapat tanda tangan penulisnya yang tertera di halaman dalam buku. Alhamdulillah buku bu Kanjeng laris manis. Ia juga buku karya temannya dan buku pak Heru titipan teman yang ingin bergabung di group menulis Wadas Kelir.

Inti  acara literasi ada di hari Ahad. Pak Guru Heru blak blakan memberikan semua ilmu dan pengalamannya dengan literasi termasuk cara kerja da harapannya depan. Tentu saja peserta sangat antusias untuk segera mewujudkan naskahnya jadi buku. Tumbuh rasa percaya diri dengan potensi yang mereka miliki.

Duh, dasar bu Kanjeng, di tengah acara berlangsung dia punya kepentingan membatalkan tiket kereta Joglosemarkerto. Rencana pulang berubah total ia ingin memanjangkan silaturahmi sampai sampai Wonosobo. Dicoleknya bu Romdonah agar ia bisa pulang bareng. Tentu saja bu Romdonah dengan senang hati menerimanya. Ada dua kemungkinan, naik armada travel atau ada pertolongan jemputan. Berharap yang terbaik agar tak kecewa. Itu bu Kanjeng. Urusan pembatalan bermodalkan kesabaran dan kebaikan Relawan pun selesai.

Kembali ke acara Literasi yang saat itu waktunya break Coffee. Kembali gerai buku ramai. Sambil menikmati jajanan khas wadas kelir, mereka bersinergi tuk punya produk naskah atau buku yang mereka tulis. Yang paling penting bu Kanjeng punya kesempatan memperkenalkan bukunya, juga bisa barter dengan teman.

Malam kedua di Baturaden, mereka pindah hotel. Ada pentas seni nanti bada Isya. Pengisinya ya peserta Wisata literasi bersama Relawan. Dikondisikan untuk bisa saling menghibur dan menampilkan bakat terpendam masing-masing. Ada 4 group dan spontanitas dari Relawan yang akan mengisi pentas seni.

Saatnya mereka menghibur dan dihibur. Sungguh ini jadi bagian yang tak terlupakan setelah dua tampilan terakhir yang membuat mereka gembira ria dengan tampilan jogedan Kewer- Kewer dari video yang mereka tonton. Dan sebagai penutup ada mba Hani pemenang lomba Dongeng nasional yang mengajak penonton ikut  senam wajah dan tertawa bersama. Mereka menikmati pentas seni malam itu secara total. Acara sudah bubar tapi mereka masih ingin kebersamaan itu berlanjut. Dalam dinginnya udara malam di Baturaden mereka membuat kopi lalu melanjutkan ngobrol santai hingga larut malam.

Di luar udara dingin menusuk tulang sumsum. Tapi dalam keadaan mata masih ngantuk suara penjaul kopi  susu dan nasi sudah keluar masuk hotel. Bu Kanjeng terbangun dan lanjutkan ritual rutinnya. Segera mandi dan packing. Karena pagi ini masih ada giat wisata literasi dan games yang dikemas sukarelawan RKWK. Dengan dress vode kaos biru dongker. Peserta wisata literasi menuju obyek wisata Baturaden.

Pikiran bu Kanjeng flash back ke tahun 1990 saat pertama kali ngebolang wisata ke Baturaden. Walaupun sudah puluhan tahun, taman dan suasana tetap sama yang beda bu Kanjeng. Ia semakin tua sudah tak selincah dulu lagi. Tapi pagi ini ada energi khusus. Ia dan komunitasnya pagi ini sangat bersemangat mengikuti games literasi. Mereka penuh ceria dan kembali berswafoto disana-sini.

Sebagian dari mereka terpikat dengan pecel, pisang goreng, mendoan, dan aneka jajanan yang ada di obyek wisata itu. Sebelum games dimulai mereka bebas jajan yang mereka sukai.

Teng teng teng. Games segera dimulai. Mereka diminta berbaris sesuai dengan kelompoknya. Menyajikan yel-yel dan mengikuti games dengan serius tapi santai. Gelak tawa dan guyonan seru menggema. Dari mulai tebak kosa kata, yel-yel hingga keterampilan motorik dan konsentrasi jadi bagian dari acara games itu. Acara games ditutup dengan pengumuman juara 1, dan 2. karena cuma ada 4 kelompok. Hadiah yang diterima 2 piring mendoan hangat yang bisa mereka nikmati bersama.

Mereka dibatasi waktu pukul 12.00 harus check out. Jadi diminta segera ke mobil. Sambil. Menuju mobil bu Kanjeng melihat kerumunan orang belanja oleh-oleh, bu Kanjeng ngga mau ketinggalan. Uang 50.000 pun bertukar dengan getuk goreng dan sale pisang. Alhamdulillah sudah ada yang bisa ditenteng.

Akhirnya tiba juga di penghujung acara. Mereka harus berpisah. Kembali ke habitat masing - masing. Atau melanjutkan kegiatan yang lain. Selesai makan siang di Gereh Lodeh yang bikin gagal paham bu Kanjeng dan kawan-kawan. Mereka gagal paham karena menu yang terhidang bukan sayur lodeh dan gereh, tapi gulai nangka dan telur dadar. Ibu-ibu masih berharap ketemu sambel. Alhamdulillah akhirnya sambel terhidang walaupun terlambat.

Satu persatu peserta setelah mendapat sertifikat dan urusan pertitipan buku selesai, mereka berpamitan. Termasuk bu Kanjeng dan bu Romdonah yang sudah dijemput untuk melanjutkan perjalanan ke Wonosobo. Dengan perasaan yang mengharu biru walau hanya 3 hari 2 malam kebersamaan itu sangat melekat. Mereka punya misi dan visi yang sama untuk berjuang di bidang literasi sekaligus menjalin silaturahmi.

Rupanya bu Kanjeng, masih punya celah memanfaatkan waktu nyambung silaturahminya ke Kali Bawang Wonosobo ke rumah bu Romdonah. Ternyata lagi-lagi bu Kanjeng gagal paham. Disangka jarak rumah bu Romdonah dengan alamat yang dituju bu Kanjeng kisaran 5-6 Km. Ternyata Oh ternyata jarak itu 30 km. Dengan kontur jalan berliku, naik turun gunung.

Bu Kanjeng, ngga habis pikir. Semangat dan daya juang sohibnya itu luar biasa. Maka tak heran muncul buku Romdonah dengan judul "Never give up". Andai bu Kanjeng yang menjalani belum bisa bertahan. Melintas hutan  sengon, kopi, cokelat dan juga pohon kelapa, sesekali melewati jalan yang kanan kiri jurang. Melewati juga jalan bekas longsor. Dan yang lebih horor melintas jembatan rusak yang tetap berfungsi karena blm ada dana.

Mentari jingga terlihat cantik menyembul dari sela pohon. Bu Kanjeng menikmati keindahan itu sambil terus memuji sang Pencipta. Perlahan meredup berganti dengan datangnya malam. Baru duduk sebentar azan magrib berkumandang.
Tiba saat nya sholat Dalam sujudnya bu Kanjeng bersyukur bisa sampai di desa yang dikelilingi gunung. Nama gunung itu pun sesuai dengan kondisinya. Ada gunung Lanang, ada gunung Lawang da. Beberapa gunu g lagi.

Bu Romdonah sangat memuliakan tamu. Semua makanan yang dimiliki langsung terhidang di meja tamu. Carica Home made, slondok, salak dan seporsi bakso yang bersanding dengan timun muda, enaknya yummy yummy. Rasanya. Mereka masih ingin ngobrol. Bu Rom. meminta bu Kanjeng. bermalam di rumahnya. Ahh, bu Kanjeng sudah janji bermalam di rumah keponakannya. Rupanya bu Romdonah bertanggung jawab. Ada putranya yang siap mengantar bu Kanjeng sampai tujuan. Waktu tempuh 45-60.menit naik sepeda motor.

Sampai di tujuan bu Kanjeng masih ngobrol asyik. Ngudar roso untuk kehidupan yang lebih baik, dan mengingat susahnya hidup di desa saat itu. Di. Sela ngobrol bu Kanjeng menyisipkan kegiatan literasinya, yang berujung 6 bukunya terjual. Bu Kanjeng berpikir buku itu dibeli mau dibaca atau cuma sebagai koleksi. Pokokmen Alhamdulillah.

Ketika badan yang merasa didzalimi  minta rehat  sejenak, Bu Kanjeng pun. memerintahkan tubuhnya beristirahat. Besok masih ada perjalanan panjang untuk sampai rumah. Bu Kanjeng merefleksi sejenak dengan kegiatannya di luar rumah selama 5 hari bagai mengikuti kursus  singkat di lembaga kehidupan yang mengikuti perjalanannya.

Kedekatan bu Kanjeng dengan keponakannya yang satu ini memang istimewa. Bu Kanjeng ikut mengawal gerak dan langkahnya. Hingga akhirnya sang keponakan pun mengalami pahit getirnya hidup dan terus berproses, hingga menemukan jati dirinya. Jadi kalau acara bu Kanjeng mengupgrade diri bersama Wisata Literasi itu sangat pas mantap. Bu Kanjeng bisa membaca kehidupan dari yang dia lihat. Entah itu orang yang dikenal atau tidak. Perenungan sebelum tidur pun terbawa mimpi. Pagi jelang subuh bu Kanjeng sudah bangun dan merasa fresh. Alhamdulillah.

Obrolan semalam yang terputus tersambung lagi. Kruntelan di kamar sambil "say helo" di group komunitas yang mereka miliki. Bu Kanjeng sudah dibelikan tiket travel via online. Kuliner pagi ditawarkan. Posisi bu Kanjeng sebagai tamu sangat dimuliakan. Tak heran bila ia diminta memilih. Pilihan bu Kanjeng adalah soto yang seger dan tak terlalu mengenyangkan.

Soto Pak Broto jadi pilihan. Tidak salah pilih. Sotonya "enak pol". Soto ayam yang dipesan nasi ya sedikit. Sayuran/taugenya yang banyak segera terhidang. Bu Kanjeng melihat hamparan piring dengan isi aneka jenis makanan temannya soto. Ada sate telur puyuh, sate usus, sate ati, tempe goreng, bergedel, cireng juga bakwan. Semua menyelera. Tapi bagi bu Kanjeng yang paling menyelera ya jeruk nipis dan sambel ijo.

Pulang kuliner mereka memilih jalan kaki. Bu Kanjeng ingin bakar lemak. Ya tadi 3 berkedel sudah bersarang di perutnya. Bu Kanjeng yakin kalori yang masuk sepagi ini sangat berlebih. Solusinya harus segera bergerak dan beraktivitas yang bisa membakar lemak. Bu Kanjeng dengan senang hati berjalan sambil ngobrol.

Bu Kanjeng dapat tiket travel keberangkatan pukul 10.00. Ia janjian bertemu dengan bu Latifah. Ada kecap produk bu Latifah yang diminati bu Kanjeng. Waktu terus bergilir. Bu Latifah juga memanfaatkan waktu paginya untuk cuci baju dan membuat bakwan. Pukul 09.45.bu Latifah baru datang, bersamaan dengan datangnya telpon dari travel yang meminta segera ke Tiga Bintang karena sudah ditunggu penumpang lain.

Duh lagi- lagi bu Kanjeng gagal paham. Dikira dijemput dan cukup duduk manis menunggu ternyata tidak. Segera hubungi grab. Cipika cipiki dengan bu Latifah, terima kecap dan bayar. Ritual penting lainnya berfoto ria.

Grab pun datang. Pihak travel, telpon maning, telpon maning. Sementara di jalan pun ada cegatan atau razia zebra. Bu Kanjeng terlambat 5 menit. Ia minta maaf pada pak driver dan juga penumpang lain yang sudah menunggu. Tak lama Luxio berpenumpang 4 orang plus 1 driver meluncur menuju 

Solo lewat Muntilan-Yogya-Klaren Solo. Bu Kanjeng yang duduk di depan merasa puas bisa leluasa memandang ke depan melintas jalan yang berlika-liku dan mengasyikkan.

Memori bu Kanjeng, flash back 6 tahun lalu saat ia dan pak Kanjeng melintasi jalan itu dalam kondisi hujan lebat, belum tau  medan, gelap menjelang. Mereka yang tanpa rencana dari silahturahmi ke Salatiga lanjut ke Wonosobo dengan sepeda motor. Itu pengalaman mahal dan penuh tantangan. Mungkinkah bisa diulang lagi. Saat ini pak Kanjeng usianya hampir kepala 7. Berkhayal pas jalan saat musim duren. Wah pasti menyenangkan.

Jarak tempuh Wonosobo - Solo dalam keadaan macet di beberapa lokasi butuh waktu 5 jam plus dua kali berhenti, di rest area Randusari dan Condong catur tuk sholat. Pas azan asar berkumandang bu Kanjeng tiba di rumah.

Pak Kanjeng yang ditinggal 5 hari menyambut gembira kedatangan istrinya. Bongkar oleh-oleh pun dimulai. Ternyata rezeki yang berlimpah berupa pisang. Bari Ambarawa ada pisang kepok. Di Baturaden bu Kanjeng beli pisang sale sale dan getuk goreng. Dari bu Romdonah dibawain pisang Ambon ijo dan salak. Dari keponakan ada carica dan pisang Nangka. Lah di rumah pak Kanjeng pun panen pisang. 10 sisir pisang kepok siap antar ke cucu dan  ketetangga. Ya rezki serba pisang.

Nikmat Allah manakah yang kau dustakan. Bu Kanjeng memejamkan matanya, dan menarik napas panjang mensyukuri nikmatnya mengupgrade diri dan berwisata literasi. Satu paketan istimewa pengisi liburannya di tahun ajaran 2018-2019 sudah diseting Allah untuknya.

Sri Sugiastuti pegiat literasi yang selalu ingin berbagi.

Soloraya 04-07-2019.

Post a Comment

18 Comments

  1. Siap..termotivasi Bu Kanjeng... Silahkan sy tunggu kunjungan baliknya di www.sarastiana.com

    ReplyDelete
  2. Sangat meyakinkan bu Kanjeng emang luar biasa he he rempong, ngebolang, istri sholihah, inspirator bla bal pokoknya top dah

    ReplyDelete
  3. Wajah penuh semangat literasi semoga berkah di mlm lailatul qadar tetep mencipta

    ReplyDelete
  4. Tulisan indah selalu hadir. Meski peristiwa lama tetap indah jadinya

    ReplyDelete
  5. Kulinernya jd terbayang bayang hmmm

    ReplyDelete
  6. Luar biasa ibuk... Pingin sll jln2 sorti bu kanjeng bnyak teman..

    ReplyDelete
  7. Perjalanan yg sgt berkesan. Senangnya.... Ikut mengenang jg nih, sy, di WL RKWK.

    ReplyDelete