KISAH DI BALIK COVER


 
                                   Bu Kanjeng, Pak Roni, dan Omjay

Dari sebuah foto banyak yang bisa ditulis, atau bisa jadi ide tulisan dengan berbagai pesan yang ingin disampaikan. Ah, yang benar? Apa iya? Apa bisa? Apa mungkin? Bu Kanjeng ingat saat menyimak materi yang diberikan Omjay dkk, di kelas belajar menulis via daring gratis.

Lalu foto apa yang mau berkisah kali ini? Pembaca boleh menutup buku ini sejenak dan lihatlah foto di cover depan buku ini. Taraaa... Foto   3 orang berbaju PGRI sedang memegang buku. Bagaimana ceritanya kok foto itu bisa jadi cover depan? Itu salah satu ide kreatif Bu Kanjeng yang kadang muncul spontan lalu ditangkap.

Bu Kanjeng yakin foto itu punya kenangan tersendiri bagi 3 orang yang ada di foto itu. Seperti apa kisahnya? Mungkin lain waktu Omjay dan Pak Heronimus akan berkisah secara khusus tentang foto  yang ada di cover depan itu.

Bu Kanjeng khusus berkisah tentang foto itu melalui kaca mata 5 dimensinya. Foto tertanggal 14 Maret 2020 itu punya kesan yang mendalam. Dua sosok pria itu dipertemukan awalnya melalui dunia maya. Kenal Ommjay pertama kali di blog Kompasiana tahun 2010 awal. Berlanjut kopdar di UNJ dalam kegiatan Teacher Writing Camp 3 di akhir Desember 2013.

Sejak itu hubungan Bu Kanjeng dan Omjay di dalam menekuni literasi semakin intens. Intinya bila ada even yang bertajuk guru atau literasi pasti mereka ada. Banyak group atau komunitas yang diikuti sehingga seakan tiada jarak karena komunikasi tetap terjaga dan saling menguatkan. 

Omjay semakin berkibar karena lincah seperti bola bekel dan punya banyak peluang mengenal orang hebat yang ada di kemendikbud. Apa lagi saat mapel TIK dihapus dari kurikulum. Omjay beserta teman-temannya. Berjuang hingga tetes darah penghablisan. Akhirnya mapel itu kembali ada dan guru TIK yang sempat putus asa sekarang full bisa mengajar kembali. Bahkan Omjay dkk, digandeng penerbit Andi membuat buku ajar TIK.

Omjay yang paling narsis itu saat dapat kesempatan short course atau mendapat undangan ke Cina bersama guru berprestasinya lainnya. Bu Kanjeng sahabatnya cuma diberi oleh oleh berupa foto dan tulisan reportase. Tetapi Bu Kanjeng ikut bangga, bisa ikut merasakan kebahagiaan Omjay yang punya kesempatan belajar dan jalan - jalan ke luar negeri.

Sepertinya dunia literasi itu sempit atau memang dimudahkan oleh jaringan internet ya. Hampir setiap saat di dumay ketemunya Omjay lagi Omjay lagi. Nah  karena sempitnya dumay, atau Allah yang Menggerakkan tiba- tiba Omjay meminang Bu Kanjeng untuk jadi panitia sekaligus nyonya rumah untuk menyelenggarakan seminar nasional TIK dengan tema Belajar Menulis Buku Ajar yang sponsornya dari Epson, perebit Andi, kominfo dan media kompas.

Bu Kanjeng sempat galau, karena sekolah Bu Kanjeng amat minim fasilitas dan amat sangat sederhana. Rupanya Omjay punya sahabat yang bisa jadi kurir untuk menjembatani terselenggaranya acara di Solo. Alhamdulillah kegiatan itu sukses, peserta dari seluruh Indonesia yang mewakili sekitar 150 peserta. Mereka selama 2 hari mengikuti kegiatan itu di Solo.

Kegiatan ini dampaknya amat sangat membahagiakan Bu Kanjeng. Ia bisa jumpa tokoh PGRI Jawa Tengah, direktur penerbit Andi, Mbak Esti dari Epson, juga teman guru dari seluruh Indonesia. Ya begitulah bila orang yang punya satu misi berkumpul, bisa bersinergi dan saling menguatkan. Sekolah Bu Kanjeng dan salah satu peserta dapat hadiah printer Epson dari sponsor, ada juga kaos dari Kominfo, tentu saja peserta dapat hadiah buku juga dari Bu Kanjeng.

Sejak itu komunikasi Bu Kanjeng dan Omjay bebas hambatan serasa jalan tol. Akhirnya Desember 2019 Bu Kanjeng mengajak Omjay berbagi ilmu di Dharmasraya Sumatera Barat. Kabupaten yang bertetangga dengan Jambi. Sedangkan untuk sampai ke Dharmasraya dari Bandara Padang masih 6 jam.

Perjalanan cukup melelahkan tetapi hepi, ya namanya juga tamu undangan yang mau berjumpa komunitasnya. Bu Kanjeng berangkat dari Solo, ketemu Omjay di bandara Soeta untuk lanjut ke Padang dengan pesawat Lion. Bu Kanjeng baru tau kalau Omjay sangat menikmati perjalanan. Baru beberapa menit pesawat tinggal landas Omjay sudah tertidur dengan nyenyak.

Sebelum Corona datang, aktivitas Omjay dan Bu Kanjeng lumayan padat merayap. Omjay hampir tiap pekan mobile keliling Indonesia. Kalau Bu Kanjeng sibuk traveling atau silaturahmi, door to door ngaji, atau biasalah makhluk sosial. Silaturahmi Bu Kanjeng tidak hanya offline, tetapi juga online ke seluruh nusantara, atau kadang ke Amrik.

Oya Bu Kanjeng juga ingat saat Omjay kebanjiran di Bulan Januari 2020. Tiap hari Bu Kanjeng ikut deg degan dengan laporan terkini Omjay tentang banjir di Jakarta. Namun banjir bukan halangan bagi Omjay untuk terus mengajak teman guru untuk menulis dan ngeblog.

Bu Kanjeng dan Omjay sebagai Pegiat literasi   akhirnya dipertemukan dengan Pujangga Aksara dari NTT. Siapakah beliau? Namanya Heronimus Bani. Saat ini sebagai guru daerah terpencil di Amarisi, Kupang NTT. Sebenarnya Omjay, Bu Kanjeng dan Pak Roni, sapaan Bu Kanjeng kepada Pujangga Aksara. Hampir tiap hari berkomunikasi via WAG. Sesama pegiat literasi yang sering membuat buku Antologi.

Hotel Pelangi Kupang jadi tempat pertemuan mereka. Konon Pak Roni butuh waktu 3 jam dengan mengendarai sepeda motor dari rumahnya ke Hotel Pelangi Kupang. Peserta seminar saat itu sempat kaget ketika diakhir sesi Bu Kanjeng memanggil sahabatnya untuk tampil di depan dan menyapa para guru peserta seminar.

Di momen itu, Bu Kanjeng dan Omjay mendapat selendang kehormatan khas NTT yang langsung dikalungkan. Setelah prosesi itu sesi foto bawa buku harus ada. Buku karya Pak Roni yang terhimpun dari blognya pun ikut diabadikan.

Pak Roni seorang guru sejati. Ia Pendekar Aksara, editor bersertifikat dari Sydney, aktifis gereja dan pemerhati bahasa daerah dengan segudang karya juga pemilik banyak blog dan penggerak mahasiswa agar cinta literasi sudah berkolaborasi dengan Bu Kanjeng.

Rupanya jarak dan perbedaan kepercayaan bukan halangan untuk bersinergi dan berbagi ilmu dan berliterasi. Itulah sebabnya foto 3 orang Pegiat Literasi diabadikan dalam cover buku "Semangat Menulis Bersama Bu Kanjeng." Tanpa izin Allah, kolaborasi peserta, Omjay juga Pak Roni, buku ini belum tentu hadir.

Nah ternyata dari selembar foto bisa tersaji kisah yang panjang. Jadi jangan pernah kehabisan ide untuk menulis ya. 

Happy writing

Post a Comment

39 Comments

  1. Luar biasa ilmnya Bu kanjeng. Terima kasih

    ReplyDelete
  2. Kereeen... dari foto cerita bisa mengalir paaannnnjaaang

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Bunda Kanjeng memang TOP BGT deh

    ReplyDelete
  5. Banyak kisah di balik foto ya bunda...dan tak pernah habis untuk dibuat cerita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pilih foto yg paling berkesan dan tulis bakal jadi satu buku deh

      Delete
  6. Banyak kisah di balik foto ya bunda...dan tak pernah habis untuk dibuat cerita.

    ReplyDelete
  7. Mak jleb bunda... merasa yg sering mengeluh kehabisan ide
    Hihi...

    ReplyDelete
  8. Keren banget bu kanjeng.. Luar biasa 💞

    ReplyDelete
  9. Replies
    1. Dari foto muncul memori yg bisa ditulis. Bagian dari melawan lupa

      Delete
  10. Masya Allah bu, kisahnya sangat luar biasa, menispirasi, salut ibu🥰👍

    ReplyDelete
  11. Ada saja contoh ide dari bunda, sang penggerak. terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ibu kita yang satu ini pasti punya kisah di balik fotp

      Delete
  12. Wow...it's amazing Bu Kanjeng... 1 Srikandi & 2 Pendekar Literasi berkolaborasi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kami tetap sehat dan bisa lebih bermanfaat. Aamiin YRA

      Delete
  13. pertemuan yg tak terduga dan sangat berkesan sekali

    ReplyDelete
  14. Lagi kurang fit, bacsbaca tulisan ibu jadi semangat .

    ReplyDelete
  15. Luar biasa Bunda Astuti. Really happy writing 👍👍👍

    ReplyDelete
  16. ha ha....... menarik. Semoga para sahabat terinspirasi.

    ReplyDelete