IDUL ADHA 10 DZULHIJAH 1441 DAN PANDEMI COVID-19


Sri Sugiastuti

 

Sejak takbir bergema menjelang Idul Adha 1441 H, Bu Kanjeng memutuskan salat Ied di masdid dekat yang jaraknya hanya 50 meter dari rumah. Sementara Pak Kanjeng yang over protect salat berjamaah di teras rumah dengan mengikuti imam dari masjid.

Idul Adha di saat pandemic covid -19. Dimana banyak yang harus dilakuan dengan kebijakan “ Kenormalan Baru”  Banyak aturan yang sebelumnya tidak pernah ada. Bermasker, tidak boleh cipika cipiki, menghindari kerumunan, mengurangi aktifitas di luar, bekerja dari rumah. Jadi tidak berlebihan lah sikap Pak Kanjeng dalam memaknai kenormalan baru.

Sambil menunggu tepat pukul 06.00 Bu Kanjeng sudah mengambil posisi di sudut masjid bagian jamaah putri. Ia bersimpuh dan menangis sambil mulut dan hatinya mengumandangkan takbir. Di usianya yang jelang 60 tahun momen Idul Adha memang sangat spesial buat Bu Kanjeng. Sejak kecil ia sudah dipahamkan tentang kegiatan Hari Raya Idul Adha. Apalagi masa kecilnya  tumbuh di lingkungan orang Jakarta atau Btawi tempo dulu.

Terpatri dalam ingatannya bagaimana orang tua Bu Kanjeng menabung di takmir masjid untuk keperluan Qurban. Bagaimana suasana kebersamaan saat Idul Adha tetap membekas hingga saat ini. Dua tokoh Nabi yang disebut dalam Al Quran Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Ismail AS. Bagaimana lewat kandungan Al quran dijelaskan ketauhidan.

Bu Kanjeng usai salat tidak berlama-lama di masjid. Khutbah didengarkan dari rumah. Ia harus menyiapkan sesuatu yang akan dibawa ke masjid untuk keperluan panitia penyembelihan hewan qurban. Ada pudding coklat yang dikemas cup kecil dan camilan kripik singkong. Urusan konsumsi sangat mematuhi protocol kesehatan Diharapkan bisa jadi upaya pencegahan. Masker disdiakan.Gelas dan makanan dibuat sepraktis mungkin untuk mengurangi kontak langsung. Semua disiapkan di rumah.

Memang pelaksanaan penyembeliahan hewan qurban tidak seperti tahun sebelumnya. Maklum Covid-19 masih melanda. Bu Kanjeng tidak terlaku bersemangat, dan yang datang ke masjid tidak seperti tahun lalu, jadi molor dan agak kisruh. Untuk ada solusi sehingga bisa cepat selesai sebelum salat Asar daging hewan sudah bisa diberikan pada yang berhak. Beberapa anggota Karang Taruna door to door membagikan daging qurban.

Urusan Idul Adha di masjid selesai. Tetapi urusan yang lain belum. Rencana mau ke rumah Cucu dan merayakan Idul Adha bersama. Rencana boleh, tetapi kenyataannya berbeda. Jadi Bu kanjeng masuk dapur menyiapkan bumbu sate ala kadarnya. Dia tidak mau berlama-lama di dapur . Bagi-bagi tugas. Sebelum magrib ritual harus selesai. Makan sate bertiga saja karena memang hanya ada 12 tusuk, dimasak di panci happycall , diperbanyak kobis, tomat dan timun.

Terasa lah kebutuhan jasmani yang harus rehat. Bada Isya sudah terlelap. Dini hari terbangun dan segar kembali. Ada kewajiban menulis yang lupa ditayangkan. Ada juga keinginan mencata yang penting dari makna Idul Adha. Walaupun tiap tahun selalu ada khutbah usai salat Ied.

Alhamdulillah, Bu Kanjeng silahturhmi ke tulisan yang ada di group dan menemukan nama Rizal mumazziq yang meninggalkan jejak tulisannya tentang Buku dan anak. Rasa ingin tahu Bu Kanjeng terbakar , ia pun klik nama tersebut. Masyaallah ternyata beliau Rektor  Institut Agama Islam al-falah assunniyyah Kencong Jember.

Nah di Blog belaiu Bu Kanjeng menemukan ide cantik untuk jadi tulisan sekaligus nutrisi batinnya di momen Idul Adha. Khutbah Idul Adha di saat Covid-19. Menurut Bu Kajeng Khutbah belaiu sangat singkat tetapi pas untuk dimaknai.

Ada dua surat dalam A Quran  yang berhubungan dengan kegiatan Idul Adha. Bu Kanjeng merasa mendapat pencerahan dari  Pak Rektor  yangmenyampaikan khotbah salat Iednya tetap dalam kondisi physical distancing dan tetap mentaati prosedur kesehatan dalam rangka penanggulangan covid-19 .

Dalam kotbahnya Pak Rektor  merasa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ,karena dianugerahi kesehatan dan nikmat umur sehingga pada kesempatan pagi hari ini bisa menjalankan salat Ied. Untuk mensyukuri  nikmat syukur itu dengan cara meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita.  Karena tiada orang yang beruntung di sisi Allah Kecuali mereka yang bergelar Al Muttaqin .

Lebih lanjut pak rektor menyebutkan bahwa proses pembelihan penyembelihan hewan kurban yang akan dilaksanakan ini adalah wujud dari syukur kita atas segala nikmat yang dikaruniakan Allah seperti yang diperintahkan Allah dalam surat al-kautsar.  Sudah layaknya kita bahagia dan bersyukur karena walaupun dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil kita masih bisa berkorban.  Kita masih bisa menyisihkan rezeki . Ini merupakan anugerah istimewa di mana Na dimana  kelak kebaikan itu akan menjadi saksi di hari kiamat .

Dari hadits Sayyidina Aisyah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “ Tidaklah pada hari nanti  Manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan kurban ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk bulu rambut hewan kurban tersebut dan sungguh darah tersebut akan sampai kepada Ridha Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkorban HR Ibnu Majah )

Beliu menghimbau  bagi Bapak Ibu yang belum memutuskan berkorban padahal memiliki rezeki yang melimpah maka segera beli hewan kurban untuk disembelih dan dibagi-bagikan Jangan ditunda  hari ini atau besok senyampang nyawa masih ada juga kesehatan masih prima dan rezeki masih tersedia. Belaiu juga mengingatkan bahwa  korban adalah peristiwa momental yang selain memiliki nilai sejarah juga mengandung nilai ibadah dan hikmah Nabi Ibrahim diperintahkan Allah menyembelih anak kesayangannya sebagai wujud ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya . Padahal sudah berpuluh tahun lamanya beliau menunggu kehadiran putranya

Namun ketika Ismail Alaihissalam menginjak remaja Allah malah memerintahkannya untuk menyembelih buah hatinya. Ini jadi bagian dari ajaran agama Islam. Ada beberapa nilai pendidikan yang bisa dipetik dari peristiwa yang dijalani oleh Nabi Ibrahim Nabi Ismail Alaihissalam.

Diantaranya : Ketaatan menjalankan perintah Allah secara rasional mustahil menyembelih anak sendiri Namun karena perintah Allah Nabi Ibrahim melaksanakannya walaupun Allah kemudian menggantikannya dengan seekor domba.

 Ada satu hal yang menarik dalam dialog antara nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail yang diabadikan dalam surat Assaffat ayat 102 ”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu”

 Ketika menyampaikan kabar Ini Nabi Ibrahim juga menunggu reaksi dari putranya yaitu Ismail Alaihi Wasallam dengan menanyakan pendapatnya maka Pikirkanlah Apa pendapatmu Ketika sang ayah memberi pertanyaan tersebut maka Ismail Alaihi Wasallam dengan penuh kepastian “ Wahai Ayahku Kerjakanlah  apa yang diperintahkan kepadamu Insya Allah kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”

 Apa yang dijelaskan dalam ayat tersebut menarik dalam membuat keputusan penting Ayah mengajak anaknya berdialog si Ayah yang bijak dan anak remaja yang mulai tumbuh pemikirannya keduanya membuat keputusan. Saat ini pola komunikasi seperti ini jarang terjadi . Orangtua sibuk sendiri sedangkan anak juga asyik dengan urusannya. Komunikasi pun macet akhirnya lebih banyak bertengkar bahkan biasanya broken home terjadi karena bermula dari komunikasi yang bermasalah antara orang tua dengan anak .

Melalui dialog tersebut kita belajar cara berkomunikasi diawali dengan sapaan Ya bunayya wahai anakku dilanjutkan dengan pendapat beliau lantas disambung dengan pertanyaan kepada yang bersangkutan yaitu menguji pola pikir dan konsisten anak yang tumbuh remaja. Pantas dijawab oleh Ismail Alaihi Wasallam dengan jawaban yang lembut tapi tegas sekaligus kepercayaan diri apabila dirinya merupakan orang-orang yang sabar.

Disinilah pentingnya kita menjadi orang tua yang bukan saja melatih diri agar berkomunikasi dengan baik kepada anak melainkan juga melatihnya mengemukakan pendapat dengan baik sekaligus bersikap percaya diri serta menumbuhkan semangatnya di dalam beribadah kepada Allah subhanahuwata'ala. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail juga menunjukkan ketaatannya kepada orang tua kesopanan dan etika yang baik ketika menjawab pertanyaan ayahnya juga penghambaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Aspek kedua yang ada di dalam surat as-saffat ayat 102 tersebut adalah ketauhidan ketika Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya dan minta kepadanya Nabi Ismail sama sekali tidak memprotes atau membangkang tentu kesalehan semacam ini tumbuh karena pendidikan dari orang tua yang menanamkan ketaatan kepada Sang Khalik Nabi Ibrahim memberikan contoh sedangkan Nabi Ismail meniru karakter ayahnya.

Orang tua harus menanamkan kecintaan kepada Allah melalui pendidikan ketauhidan dan pendidikan akhlak tauhid sebagai landasan hidup sikap sebagai hamba tidak sebagai landasan hidup. Sikap sebagai manusia kalau tidak mampu mendidik silakan dipondokkan boleh juga diajarkan untuk belajar di Madrasah Diniyah atau mendatangkan guru ngaji di rumah.  Jangan malu sebab anak adalah investasi terbaik bagi orang tua di akhirat kelak.  Tidak ada yang kita harapkan doanya kecuali anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan kita kelak ketika kita semua sudah berkalang tanah.

Kita sebagai orangtua di musim pandemi covid 19 kita punya kesempatan mendidik dan lebih dekat dengan anak.  Saat anak-anak lebih banyak di rumah. Marilah kita memperbaiki komunikasi kita dengan mereka sekaligus juga menata ulang pola pendidikan bagi mereka. mungkin sebelumnya jarang berkomunikasi. Sebaiknya berkomunikasi harus lebih sering agar anak merasa dekat dengan orang tua. Jika sebelumnya jarang berkomunikasi ini harus lebih sering agar anak merasa dekat dengan orang tua. Jika sebelumnya anak keluyuran kata tidak kerasan di rumah Ini Orang tua harus menjadi teman curhat agar anak lebih mencintai orang tuanya dibanding dengan komunitasnya atau kelompoknya. Jika sebelumnya lebih banyak diajar orang lain kini saatnya orang tua mendidik anak. Jika sebelumnya hanya menyuruh anak salat kini saatnya orang tua lebih sering mengajak anak salat berjamaah.

Sadarilah bahwa covid-19 yang ada saat ini bukan untuk diratapi atau dicaci justru kita ambil hikmahnya agar keluarga semakin harmonis hubungan orang tua dan anak semakin membaik dan lebih bisa meningkatkan kebersamaan dan kualitas ibadah dibandingkan dengan sebelumnya.

Bu Kanjeng sudah melaksanakann itu semua walaupun anaknya sudah beranjak dewasa. Bu Kanjeng merasa di tengah goncangan Covid-19 Ia merasa tetap stabil, karena yakin bahwa semua atas kehendak-Nya. Sebagai hamba Allah ia hadapi dengan harapan bahwa semua  peristiwa yang dialami itu pasti ada hikmahnya.

Pada akhirnya kita harus berusaha dan berdoa agar pandemi ini segera dihilangkan oleh Allah. Harapan Bu Kanjeng juga seperti itu. Makna Idul Adha kali ini sudah terekam dan jadi bagian dari pengabdi dan diabadikan dalam sebuah tulisan.

Plong. Yang dirasakan Bu Kanjeng, ia termotivasi dan tercerahkan dengan kegiatan yang dilakukan selama 24 jam menjalini kehidupan, dimana waktu tak mungkin terulang. Catatan kecil di hari raya Idul Adha ini bisa jadibukti bahwa Bu Kanjeng ada dan punya kisah yang bisa diambil hikmahnya.



Post a Comment

16 Comments

  1. Memang, dibalik suatu peristiwa selalu ada hikmah, ya bu

    ReplyDelete
  2. Luar biasa catatn idul qurban di tengah pandemi.

    ReplyDelete
  3. Krenn bun...bagaimana kita memaknai idul adha

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, bu Kanjeng selalu semangat dlm setiap kondisi, inspiratif dan sehat terus .... Keren bu

    ReplyDelete
  5. Iya ya, Bu Kanjeng, selalu kita ambil hikmah.. Matur nuwun

    ReplyDelete
  6. Terima kasih bu kanjeng atas pencerahan nya

    ReplyDelete