JANGAN MARAH

 



Sri Sugiastuti

Jangan engkau marah, jangan engkau marah.'” (HR. Bukhari)

Orang marah itu temannya setan. Jadi ngga boleh marah ya? Memaklumi, tetap sabar dan lapang dada, saat melihat ada sesuatu yang keluar jalur? Bu Kanjeng bicara dengan hati nuraninya.

Kemarin siang terpaksa meledak emosi Bu Kanjeng hanya karena masalah sepele tetapi cukup melukai perasaannya sebagai seorang ibu. Siapa lagi penyebabnya? Anak. Ya anaknya yang sudah dewasa. Apa penyebabnya kok Bu Kanjeng bisa marah dan lost control?

Memang tidak seperti bisa, baru pukul 13.00 Bu Kanjeng mampir ke rumah setelah  ada kegiatan di luar sekolah. Tiba di rumah langsung laksanakan protokol kesehatan ia masuk kamar, pikirannya langsung teringat pekerjaan yang belum sempat dilakukan tadi pagi, mengganti sprei tempat tidurnya.

Reflek sebagai seorang Emak ia minta tolong anaknya. Sang anak yang dimintai tolong sedang asik dengan hape di situs games online. Awalnya sang anak menjawab nanti ya. Tetapi karena ia paham dengan watak ibunya yang kadang kurang toleransi dan maunya segera dan segera sang anak pun mengerjakannya perintah ibunya.

Bu Kanjeng merasa lega dan membayangkan tempat tidurnya yang rapih dengan sprei yang baru digant. Ia pun masuk kamar. Badalah, Si anak masih duduk di atas tempat tirur .sprei sudah terpasang tapi belum rapih, sedangkan tangan si anak sibuk dengan hape dan games onlinenya.

Meledaklah emosi Bu Kanjeng .

" Keluar!" Matanya membelalak sambil tangan kiri di pinggang tangan kanan memberi isyarat agar anaknya keluar  dari kamar.

Sang anak menyingkir ke teras. Pak Kanjeng yang sedang selonjoran di sofa  tanpa reaksi. Sedangkan Bu Kanjeng belum puas. Ia ingin buktikan ke anaknya kalau ia sedang marah.

" He, kamu kira games online itu  bisa mempermudah urusanmu yang mau test CPNS, dan minta segera menikah? Mikir ya!"

Satu kalimat itu rupanya membuat anak Bu Kanjeng tersinggung. Saat Bu Kanjeng merapihkan tempat tidur, terdengar suara Vario keluar rumah. Bu Kanjeng tak peduli. Setelah itu ia kembali ke sekolah.

Pulang sekolah Bu Kanjeng kaget ternyata anaknya pergi tidak membawa Hapenya. Pak Kanjeng mulai menyalahkan Bu Kanjeng.

"Kenapa sih kalau ngomong harus menyakiti hati anak?"

"Lah, namanya juga marah dan ingin memberi efek jera, memang harus keras." Ucap Bu Kanjeng.

Bu Kanjeng sebenarnya menyesal sudah bicara kesal dan mengkaji ulang apa yang sudah diucapkan kepada anaknya. Jadi ada perasaan mengganjal di hatinya. Semua itu membuatnya serba salah. Ada perasaan menyesal tapi juga membenarkan tindakannya .

"Kemana anak itu? Tidak bawa hape, maksudnya apa? Mungkin dia ke rumah kakaknya atau ke rumah temannya yang marbot masjid.Biar lah dia mikir kalau ibunya melarang karena sayang.Kalau cara kasar ya karena emosi." Berjuta dialog batin ada di hatinya.

Bu Kanjeng berusaha menghilangkan rasa galaunya dengan masuk dapur. Rencana membuat pasta toping daging giling setengah hati dikerjakan. Bu Kanjeng masuk kamar. Ia sibuk dengan laptop dan hapenya. Sementara Pak Kanjeng asik menyiram tanaman.

Tiba- tiba Bu Kanjeng dikagetkan dengan suara Pak Kanjeng yang cukup keras. Bu Kanjeng keluar kamar.

Astagfirullah, Bu Kanjeng mencium aroma gosong dan melihat kepulan asap dari arah dapur. Wajan dan isinya nyaris terbakar dan kompor bisa meledak. Pak Kanjeng ngomel. Bu Kanjeng yang merasa bersalah dengan penyakit " teledor" mengaku salah. Ia tetap merasa bersalah tetapi tetap merasa bersyukur "untung tidak kebakaran."

"Bu  kejadian ini, salah satu cara Allah mengingatkan ibu. Nyuruh anak jangan sibuk dengan hape, sementara ibu juga asik dengan hape malah ninggal kompor menyala di dapur." Pak Kanjeng melontarkan kalimat yang menambah hati Bu Kanjeng galau.

Bu Kanjeng tidak marah. Ia kembali masuk kamar.  Pikirannya mengembara. Ternyata susah ya jadi  orang tua menghadapi anak yang hidupnya kecanduan games online. Ia ingat saat si anak masih di SMP minta izin nginep di warnet ditemani ayahnya. Apa penyakit itu kumat lagi ya.

Azan magrib bergema, keluarga Bu Kanjeng semangat menjalani puasa sunnah sepekan yang bersamaan dengan puasa  asyura. Sangat terasa acara  berbuka puasa yang hampa karena hanya berdua dengan Pak Kanjeng. Memikirkan  anaknya yang sedang marah membuat nafsu makan mereka hilang.

Pak Kanjeng sibuk menghubungi anaknya yang lain  dan juga teman-teman anaknya. Semua tidak ada  yang tau. Pak Kanjeng pun mulai ngomel lagi.

Lain dengan Bu Kanjeng, ia segera salat magrib dan dipeluknya sang anak dalam doa. Semoga Allah mendengar dan memaafkannya karena telah berbuat kasar kepada Amsnah-Nya.

Sementara  beberapa teman anaknya yang sudah akrab dengan Bu Kanjeng   japri, menanyakan keberadaan anaknya karena tidak bisa dihubungi

 Bu Kanjeng menjawab apa adanya. Belum selesai membalas WA, terdengar suara vario masuk rumah. Hari Bu Kanjeng plong.

Sengaja ia  tak menyambutnya. Bu Kanjeng masih agak jengkel. 5 menit,10 menit sang anak tidak menghampiri Bu Kanjeng. Akhirnya. Bu Kanjeng yang masuk kamar anaknya.

" Sudah makan Nak ?.salat magrib dimana?"  Maafkan Ibu ya! Ucap  Bu Kanjeng  lembut. Suasana akhirnya mencair.

 Ketika sudah baikan Bu Kanjeng penasaran minta penjelasan dari anaknya,  mengapa dimintai tolong mengerjakannya setengah hati. Jawabannya masuk  di akal memang. Program dia siang saat ibunya tidak d rumah adalah ngegames. Jadi saat ibunya pulang di jam yang tidak biasanya plus minta tolong jadi sangat mengganggu program ngrgamesnya, maka dia rela masang sprei sambil pegang hape dan tidak cepat selesai yang akhirnya  membuat Bu Kanjeng marah.

Itulah salah satu anak milenial yanh harus diterapikan  dengan digital karakter

Post a Comment

48 Comments

  1. anaknya sekarang pinter ngeles kalau ditanya hahaha, tapi ini jadi pelajaran penting buat kita untuk tdk marah dan terllau asyik dengan gadgetnya, hehehe

    ReplyDelete
  2. Hehe.. Sabar bund.. ..tp kfng jg perasaan yg sm mnghinggapi ku bund..

    ReplyDelete
  3. Hehe.. Sabar bund.. ..tp kfng jg perasaan yg sm mnghinggapi ku bund..

    ReplyDelete
  4. Hehe.. Sabar bund.. ..tp kfng jg perasaan yg sm mnghinggapi ku bund..

    ReplyDelete
  5. Ibuu , permasalahan jaman anak mileneal , tp.putra ibu masih baik dimarahin jg tdk mbalas mbantah Buu..semoga Allah senantiasa bimbing kita...Aamiin

    ReplyDelete
  6. Betul bu Kanjeng.., Digital Karakter sangat penting di era milenial ini ,membentuk watak dan kepribadian pada anak, kita harus sabar dalam menanamkannya.

    Senang membaca tulisan bu Kanjeng,salam literasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Etik alhamdulillah bersilaturahmi di blog saya. Salam literasi

      Delete
  7. Selalu bersama menjadi orang tua yg baik walaupun tingkah anak tdk seperti yg diharapkan..

    Terimakasih bunda, sdh mengingatkan u ttp mengontrol emosi n ttb sabar kpd anak..🙏

    ReplyDelete
  8. Selalu bersama menjadi orang tua yg baik walaupun tingkah anak tdk seperti yg diharapkan..

    Terimakasih bunda, sdh mengingatkan u ttp mengontrol emosi n ttb sabar kpd anak..🙏

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah bunda kalau sudah mencair the problem nya, InsyaaAlloh anak yg tumbuh dari ortu yang baik akan jadi anak baik juga, dan jangan marah lagi, cobalah sebelum marah istighfar yg banyak ... jazakillah khoir udah berbagi cerita🥰🙏

    ReplyDelete
  10. Replies
    1. Tidak dan sangat menyesal padahal cuma dua kalimat yang rada keras sudah melukai hati anak. Tetapi bgm kita harus menujukkan kalau kita tidak suka dengan kegiatan yang mereka lakukan

      Delete
  11. Wah sama seperti sisulung saya Bun..kalau sudah main game, ibunya minta tolong, ga cepet dilaksanakan, bilangnya ,iya...tapi lamaaa baru dikerjain...

    ReplyDelete
  12. Manusiawi ..bun...kadang kita juga dlm posisi dan suasana seperti itu....yg penting kita tetap berlaku bijak disaat kita kembali sadar bunda.....seperti yg bunda sdh lakukan....pd putra tercinta...merengkuh lagi dgn segala cinta yg bunda punya utk buah hati tercinta

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya saya selalu memeluknya dalsm.dos dan kalau dau6ngga sanggup.ya minta pertolongan-Nya

      Delete
  13. Masalah mirip bunda, klo sy justru sama si bungsu yang masih kelas 2 SMP, selalu saja ada cara ngalabui mama klo disuruh berhenti main hp. He he ngeseli tapi kadang lucu. Di saat pelajran Daring, matanya mengahdap laptop jk ada mamanya delalah tangannya pegang HP ngrumpi dgn temannya ngegame online..pusingkan mamanya? ...perlu kesabaran tingkat dewa dalam mendapinginya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah oti, zaman smp pernah juga sampai nginap di warnet ditemani Bapaknya

      Delete
  14. Ssat membaca tulisan ini saya juga ikut merasakan apa yang dirasakan Bu Kanjeng, anak zaman sekarang ketika kita minta tolong dan mereka tidak segera bertindak itu berarti mereka lagi fokus pada satu kegiatan apalagi yang berhungan dengan games.Kita adakan pendekatan dan jika mereka tetap dan fokus kita biarkan,sambil kita awasi apakah dia sudah kerjakan atau belum .Apabila ada waktu luang kita memberi nasihat untuk dia atur waktu mengerjakan tugas rumah. Dan jangan kita emosi katena itu hanya menambah beban bagi kita dan baginya. Saya juga pernah mengalaminya.Dan saya sekarang menghadapi anak milenial dengan sabar.

    ReplyDelete
  15. Generasi Z dan Generasi A bertemu dengan Generasi Senior.
    Harus saling mengerti
    Harus saling memahami
    Serta dihadapi dengan Sabar.

    Hebat Ibu Kanjeng...

    Bisa dijadikan Novel Nich... Gas Poolll Ibu Kanjeng

    ReplyDelete
  16. Alhamdu lillah dpt ilmu baru, terima kasih bunda kanjeng. 👍👍

    ReplyDelete
  17. Tantangan orang tua zaman now ,untuk membentuk karakter anak, lebih berat daripada ortu zaman old ya, Bun? Dulu tak ada gadget yang acap membuat anak terlena dan menjadi abai terhadap banyak hal. Semoga Allah lipatgandakan kesabaran kita dalam mengasah dan mengasuh anak- anak kita. Aamiin.

    ReplyDelete
  18. Wah, mengabadikan momen dengan tulisan. Sampe deg degan bacanya karena Ditta pun kini seorang ibu. Digital karakter tampaknya memang perlu. Semangat terus Bu Kanjeng ❤️👍🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Bu Ditta. Ini bentuk keprihatinan berjamaah yang harus dicari solusinya

      Delete
  19. Saya masih punya satu, laki-laki kecil tetapi kurang suka disebut anak kecil. Game online, pernah menghabiskan pulsa hampir 4 juta rupiah dalam 4 bulan. Ketahuan karena membeli "diamond" di aplikasi pembayaran listrik keluarga. Maunya sih marah besar, tetapi alhamdulillah, tidak saya lakukan. Namun memberi nasihat hingga ia terasa "amat menyesal" pun sempat menjadi penyesalan. Aha, manusia memang unik. Meskipun itu terlahir dari benih cinta yang penuh kasih. Mereka milik kita tetapi dunia mereka tetap miliknya. Hanya beerupaya membimbing di jalan benar.
    Salam, Bunda Kanjeng.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nominalnya besar sekali. Ya memang kita harus memahami dunianya. Tetapi perasaan disepelekan itu. Sakitnya tuh disini sambil nunjuk kepala

      Delete
  20. Marah masih diperlukan sebagai tanda bahwa orang tua masih peduli kepada anaknya. Tapi emosi yang meluap-luap berbahaya juga. Namun yg perlu diapresiasi adalah kejujuran anak bunda dan keterbukaannya untuk mengungkapkan kenapa dia merasa terganggu. insyaAllah waktu yg akan datang sang bunda tidak akan marah lagi karena sama-sama bisa saling memahami. Anak memahami kasih sayang orangtuanya, dan orangtua memahami era anaknya. Semangat bunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitu ya Bu. Ketika saya lihat hape tak dibawa saya ngga gagal paham maunya apa. Mungkin g.dia berjauhan dari hapenya

      Delete
  21. Nasehat yang bagus untuk pembaca dan saya khususnya. Kerenn bu

    ReplyDelete
  22. Nasehat yang bagus untuk pembaca dan saya khususnya. Kerenn bu

    ReplyDelete