*

Oleh: Sri Sugiastuti

Anak ini masih seperti 5 tahun yang lalu. Dekil kurus dan terlihat kacau pikirannya. Hari ini dia menemui saya untuk meminta surat keterangan bahwa ia belum ambil ijazah karena masih ada kewajiban yang harus dibayar. Nominalnya tidak sampai 5 juta. Tapi bagaimana ia mendapatkan uang itu yang membuat saya mules dan menitikkan airmata. Oh dunia betapa kejam mendera. Padahal ia hanya yipuan semata. 

Demi selembar ijazah demi masa depan yang lebih baik dari saat ini, ia rela menebusnya dengan hilangnya kebebasan yang ia miliki selama 5 bulan. Perjanjian atau kontrak kerja macam apa ini. Hati, logika dan perasaan nano- nano mengaduk-aduk sanubari saya yang paling dalam.

 Rasa ingin tahu sekaligus keprihatinan yang dalam, plus bingung harus berbuat apa. Sementara orang yang paling dekat dengan dirinya pun mengizinkan apa yang diputuskan anak tersebut. Walaupun usianya sudah 25 tahun tetap ia adalah mantan siswa saya yang hari ini berniat mengambil ijasahnya yang sudah tertahan 6 tahun di sekolah.

Andri namanya. Jujur saya tidak sanggup membayangkan hidupnya selama 5 bulan di hotel. Prodeo kelak. Tapi saya penasaran bagaimana dia  bisa masuk perangkap bandar judi cap ji kia yang marak di kota Solo.

Menurut pengakuannya yang saya tanya dari hati saya yang paling dalam sejak lulus SMK ia ikut kerja jadi _tambang_ cap ji kia, petugas yang memasarkan atau kurir penjudi yang ikut bertransaksi. Mungkin sekarang caranya bisa lebih canggih dengan mefia on line atau masih manual, saya tak sempat mengorek lebih dalam lagi.

Belum lama bandar judi itu digrebeg dan seluruh pelaku yang terlibat diamankan polisi. Entah bagaimana setelah sidang bolak balik, ada skenario agar Andri dipasang sebagai bandar yang tertanggap dan harus menjalani hukuman 5 bulan. Sebagai imbalan Andri akan mendapatkan biaya untuk mengambil ijazahnya yang tertahan dan kebutuhannya selama di penjara fi penuhi. Dan nanti setelah keluar dari penjara ia dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang layak. Munhkinkah? 

Mendengar pengakuannya, saya tercekat. Ia sudah berani mengambil keputusan untuk mengubah nasibnya dengan cara yang ekstrim. Itulah kenyataan hidup yang dihadapi. Saya bisa berbuat apa? Mencegahnya? Lapor polisi? Minta bantuan caleg atau apa ya?

Hati saya yang bicara. Andri hidup itu pilihan, tentu sebelumnya sudah kau pikirkan dengan baik. Orang tuamu, saudaramu sudah tidak bisa berbuat apa-apa untuk keputusan yang kau ambil.
Di dalam nanti kau akan belajar di universitas kehidupan yang sesungguhnya, keluar dari penjara hanya kau yang bisa putuskan, dengan siapa kau bergaul. Adakah proses pertaubatan yang kau lakukan selama di oenjara nanti. Atau kau justru berkumpul dengan residivis yang sudah keluar masuk penjara. Dan justru ketika kelak selesai menjalani hukuman itu, kau justru naik kelas untuk katagori kriminal. Hanya kau yang bisa mengubah hidipmu.

Kiranya cukup jelas pesan yang saya sampaikan, hanya doa dan harapan, semoga besok dia ke sekolah melunasi kewajibannya, saya memberikan apa yang jadi haknya. Selembar ijasah yang rela dibayar dengan mendekam di hotel prodeo selama 5 bulan. Ya di penjara pun ada joki. Ia rela lakoni sebagai joki untuk meraih mimpi lewat sekolah kehidupan di dalam terali bui. 


Post a Comment

16 Comments

  1. Ya Allah ya rabb..bimbing ia..mnuju jlnmu.. Mudahkn urusamya...

    ReplyDelete
  2. turut prihatin.semogan andry tabah dan ikhlas menjalaninya dalam memilih keputusan yg ekstrim

    ReplyDelete
  3. Kebanyakan sekolah orientasi profit, tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa itu cuma idealisme semu, sekolah adalah ladang bisnis. Guru pun selalu menuntut haknya dibandingkan kewajiban. Memang tidak semua sprti itu. Pasti masih bnyak sekolah dg idealisme nya

    Andai saja sekolah tidak harus membebani biaya untuk menebus ijasah, mungkin semua tidak sepahit itu.

    ReplyDelete
  4. Ya Allah menyayat hati ceritanya bu. Semoga ada jalan lain setelah itu menuju secercah cahaya!

    ReplyDelete
  5. Semoga dipermudah semua jalannya dan diberikan kehidupan yg baik dan berkah. Banyk yg seperti andri meski beda cerita

    ReplyDelete
  6. Semoga diberi kemudahan tuk ananda tersebut ya Bun..

    ReplyDelete
  7. Rupa-rupa cerita dr Bunda. Membuat kita semakin bijak. Terima kasih.

    ReplyDelete
  8. Ya Allah.... tak kuasa kumerasakan derita anak muda itu,,

    ReplyDelete