DAHNIAR SAYANG DAHNIAR MALANG


Dahniar  Sayang, Dahniar Malang.

Oleh: Sri Sugiastuti 


"Menjadi guru yang profesional seharusnya mampu menjadi guru yang kuat secara batin, dengan kasih sayang yang utuh terhadap murid. Tanpa kasih sayang, dalam semua kondisi dan posisi maka kita akan menjadi Guru yang hanya menyibukkan diri dengan peluh dan keluh kesah. Dalam dunia pendidikan penumbuhan kasih sayang sangat berdampak terhadap hasil pembelajaran yang diciptakan. Sehingga pembelajaran efektif tidak mampu diciptakan tanpa adanya kasih sayang dari seorang guru kepada muridnya."

Pernyataan di atas menurut  Bu Kanjeng sangat tepat. Pasalnya, kasih sayang merupakan inti dari komunikasi seorang guru kepada muridnya. Kasih sayang yang baik akan menumbuhkan pola komunikasi yang baik juga antara seorang guru dengan murid baik secara verbal maupun non verbal. 

Harus  ditambahkan rasa ketulusan kasih sayang sudah tertanam dalam hati seorang guru.  Sehingga dalam kondisi apapun ia akan mampu mengontrol diri menjadi pendidik yang baik. Dan hal ini diperlukan untuk menciptakan pola pembelajaran yang efektif. 

Bu Kanjeng teringat dengan kutipan ; 

"Cinta tumbuh dari sebuah paradigma yang benar tentang anak. Paradigma kita berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku kita."

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa sebuah cinta atau kasih sayang itu dimulai dari pola pikir kita terhadap murid kita. Bagaimana seorang guru memandang sisi dan sudut karakteristik masing-masing anak. 

Berbekal wacana tersebut Bu Kanjeng teringat dengan peristiwa yang dialami puluhan tahun yang lalu. Saat itu ia masih jadi guru  muda  karena baru  tahun ke dua mengajar di SLTA ( Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) Tepat SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Dia masih ingat waktu itu mengajar kelas 3 SMEA. Karena kedekatan antara guru dan siswa bagaikan teman sebaya di pola pikir Bu Kanjeng. Sehingga banyak siswa putri yang curhat dan penuh perhatian terhadap gurunya.

Naluri dan sikap keibuan Bu Kanjeng muda rupanya banyak disukai siswa-siswinya. Bu Kanjeng tergabung dengan kegiatan siswanya di luar sekolah,sehingga ia tahu persis apa yang mereka lakukan di luar sana. Kadang Bu Kanjeng hadir di acara ulang tahun mereka, berkenalan dengan orang tuanya. Dari kegiatan tersebut Bu Kanjeng merasa bersyukur karena tidak semua siswa-siswinya dari keluarga yang berada tetapi bisa bersekolah di SMEA swasta yang bergengsi.

Bu Kanjeng menikmati profesinya. Sejak ia diangkat jadi CPNS Maret 1986, Ia mengajar di dua sekolah, sore hari di SMEA Negeri, dan pagi hari di SMEA swasta. Tentu saja pengalaman sebelumnya ketika masih kuliah di UNS dan di semester 7 awal saat pertama ia mengajar jadi pijakannya. Ia membandingkan siswa-siswinya yang di Solo dengan yang di Jakarta banyak perbedaannya.

Siswa-siswinya yang di Solo rata-rata sangat hormat dan memiliki etika yang mulia. Ajaran dan pengaruh  budaya Jawa sangat terasa. Mereka kebanyakan dari keluarga sederhana yang ingin anaknya sukses. Sepertinya agak berbeda dengan siswa-siswinya yang di Jakarta. 

Bu Kanjeng tidak kaget dengan perbedaan itu, karena ia tumbuh hingga lulus SMA  di Jakarta. Saat ia mengajar di Jakarta sudah paham benar dengan sebagian karakter siswa-siswinya. Hingga sampai pada  satu peristiwa yang dialami salah satu siswinya yang bernama Dahniar.

Siapa Dahniar? Ia siswi kelas 3 di semester akhir yang berpenampilan rapih, santun dengan sikap tertutup. Ia siswa pindahan dari sekolah lain. Jadi Bu Kanjeng belum terlalu akrab. Sampai  pada suatu hari usai pembelajaran, salah satu siswa datang tergopoh- gopoh ke ruang guru.

"Bu Dahniar sakit, tiba-tiba,  ia menangis dan tidak bisa ngomong," jelas  Siska teman sebangku Dahniar
.
Tentu saja laporan itu membuat Bu Kanjeng muda penasaran. Ia pun menuju ke ruang kelas yang tidak  terlalu jauh dari ruang guru. Didekati Dahniar yang  termangu dengan tatapan mata yang kosong. Ketika diajak bicara tidak merespon sama sekali.

Namun, Dahniar menurut ketika diajak ke ruang guru. Bu Kanjeng muda sebagai wali kelasnya berkonsultasi dengan guru BK. Saat diajak ke ruang BK, Dahniar menolak. Bu Kanjeng tidak bisa memaksa.

"Ibu antar pulang ya Nak!" Ujar Bu Kanjeng. 

Dahniar hanya menggeleng. Bu Kanjeng jadi bingung sementara sekolah sudah mulai sepi.
"Mau ke rumah ibu dulu?" Ajak Bu Kanjeng.  Ia pun mengangguk. 

Akhirnya Bu Kanjeng mengajak Dahniar ke rumahnya. Disiapkan baju ganti lalu diajaknya Dahniar makan. Bu Kanjeng untuk sementara tidak banyak bertanya. Karena ketika ditanya  memang dia tidak bisa menjawab. Lindahnya seperti kelu, dan ada semacam gangguan pada pita suaranya. Tentu saja hal ini membuat Bu Kanjeng bingung.

Bu Kanjeng meminta Dahniar menuliskan secara jujur apa sebenarnya yang sedang dipikirkan. Ada masalah apa di keluarganya? Mengapa tak ingin pulang. Bu Kanjeng berjanji apa yang menjadi kesulitannya akan dibantu.

Entah karena Dahniar berubah pikiran atau karena dia sudah merasa nyaman. Secara tidak sengaja dia bisa berbicara lagi. Bu Kanjeng juga kaget sekaligus lega. Setelah usut punya usut ternyata sikap Dahniar seperti itu dikarenakan dia stres. Ayah ibunya berpisah, tak lama ibunya meninggal. Ia pun harus tinggal bersama neneknya.

Karena masalahnya sudah jelas dan Dahniar sudah dimotivasi bagaimana ia harus bersikap. Dahniar setelah bermalam di rumah Bu Kanjeng, pagi harinya  diantar pulang.
Dahniar berhasil menemukan jati dirinya. Ia bisa lulus dengan nilai yang baik, karena pada dasarnya dia siswi yang pandai.

Sekian tahun berlalu sampai akhirnya Bu Kanjeng mendapat undangan reuni. Bu Kanjeng tersenyum bahagia ketika Dahniar datang menghampirinya. Ia sudah sukses meniti karirnya di dunia kerja. 

Begitulah, jika kita sudah meyakini sesuatu yang baik dan benar maka hati kita akan terisi dengan kasih sayang yang benar yang akan mengarah pada sikap dan perilaku kita terhadap  murid tersebut. Oleh karena itu bangunlah sikap dan perilaku kita terhadap siswa kita dengan mindset yang baik tentang diri murid kita.

Surakarta Hadiningrat

Awal.Februari 2021

Post a Comment

53 Comments

  1. Bu Kanjeng memang Luar biasa 👍👍👍

    ReplyDelete
  2. Luar biasa tulisan bu Kanjeng, rekam jejak yg menginspirasi... tiap sikap dg sentuhan hati akn kena di hati.. sbg guru, orgtua atau anggota masyarakat.. terima ksh bu Kanjeng.. sehat sll..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tercurah doa yang sama untuk Bunda Utami dan kerabat semus

      Delete
  3. Alhamdulillah bisa menjadi inspirasi guru yang menyayangi anak didiknya menjadi pribadi yang santun. sukses bu kanjeng

    ReplyDelete
  4. Masya Allah.. menjadikan sempurna mendidik dengan kasih sayang.

    ReplyDelete
  5. Luar biasa bunda, pengalaman bunda terajut dalam kata-kata yang Indah dan enak dibaca, sukses selalu untuk bunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sukses juga buat Bu Mayor yang baik hati dan selalu berbagi

      Delete
  6. Merubah mindset berfikir ya Bunda...menjadi lebih baik

    ReplyDelete
  7. Subhanallah. Ikut hanyut dalam situasi yang digambarkan ibu🙏 seharusnya demikian bila menjadi belahan jiwa seorang guru 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sswa dengan latar belakang yang tidak selalu manis memang harus dipahami guru

      Delete
  8. Subhanallah Bunda, semoga kita sebagai pendidik dapat menerapkannya dan selalu mendidik dengan kasih sayang, seperti apa yang telah bunda lakukan...

    ReplyDelete
  9. Terbayang bu Kanjeng ngajar dengan siswa yang usianya tidak jauh berbeda. Di tangan guru siswa bisa berubah sikap dan bisa mewujudkan cita-citanya. Keren bun pengalaman berharga bersama siswa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat mau pensiun kisah itu muncul alhamdulillah masih ingat kejadiannya

      Delete
  10. Kisah Daniar dan Bu Kanjeng sangat inspiratif. Semoga saya dapat melakukan itu. Memang banyak siswa yang mengalami kejadian seperti Daniar. Semoga kita bisa jadi Guru yang inpiratif

    ReplyDelete
  11. Luar biasa bunda... Betul sekali kalau kita mengajar dan mendidik siswa dengan kasih sayang... insyaallah anakpun akan selalu ingat kepada kita. Sentuhan hati yg akan membuat siapapun bergerak untuk berubah. Tetaplah menjadi inspirasiku bunda.

    ReplyDelete
  12. Tulisan kenangan yang luar biasa. Apa yang berasal dari hati akan sampai ke hati juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah sejatinya tulisan dari hati bagian dati berliterasi

      Delete
  13. Guru yang berhasil, satu di antaranya adalah berhasil membantu mengatasi kesulitan siswanya. Pendekatan dan mendengarkan menjadi pintu pembuk bagi siswa untuk berani mengungkap permasalahannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hal kecil yg pernah dikerjakan guru dan diingatkan dengan ajakan.menulis tema kasih sayang. Itu lah istimewanya guru

      Delete
  14. memang sebagian guru harus merubah mindset sehingga akan merubah sikap murid.

    ReplyDelete
  15. Luar biasa bisa membantu murid menemukan jatidiri. Selamat bunda Kanjeng, anda luar biasa.

    ReplyDelete
  16. menulis seperti ini yang belum bisa saya lakukan. Malu saya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asal diungkap dari hati yg dalam tidak harus malu Pak, tulis saja

      Delete
  17. Bunda Kanjeng, tulisannya keren...
    Betul sekali seorang yg profesional banyak sekali tantangan dan hambatan. Tetapi kita hrs tetap bersemangat untuk sukses

    ReplyDelete
  18. Luar biasa gaya selingkung yg patut di ancungkan jempol...hanya bisa utk referensi tidak bisa mengikuti secara utuh..
    lanjuut Bunda

    ReplyDelete
  19. Dedikasi Guru Muda, Sabar mencari solusi untuk peserta didiknya.
    Yang pada akhirnya memberi dampak kesuksesan pada siswanya saat dewasa.

    Terimakasih Ibu Guru

    ReplyDelete
  20. Tulisan Bu Kanjeng yang selalu renyah,untaian kata demi kata begitu indah.

    ReplyDelete
  21. Sangat menginspiratif Bunda Kanjeng.....semoga guru lain bisa mengikutinya.

    ReplyDelete
  22. Kisah inspiratif. Luar biasa. Terima kasih sudah berbagi, Bunda.

    ReplyDelete
  23. Hebatnya kasih sayang.
    Membaginya... sangat mengagumkan

    ReplyDelete
  24. Kasih sayang yg menyentuh, inspiratif sekali.
    Terimakasih motivasi nya, Bunda

    ReplyDelete