YU PARNI


Oleh: Sri Sugiastuti

Sejak Bu Kanjeng pulang opname dari RS di akhir November 2020, ia punya teman baru. Yu Parni namanya. Yu Parni datang ke rumah Bu Kanjeng setiap hari. Beda  dengan yang sebelumnya yang datang  tidak setiap hari. Kehadiran Yu Parni atas usul anak-anak Bu Kanjeng agar Bu Kanjeng ada yang membantu.

Bu Kanjeng sejak kecil memang terbiasa ada yang melayani. Walaupun ada yang melayani, ia bisa hidup mandiri. Karena ia memang pekerja keras dan selalu ada saja idenya untuk berbagi dan mengisi waktu luangnya. Walau sepintas kesannya seperti detektif. Lalu apa hubungannya dengan Yu Parni? 

Sebenarnya Bu Kanjeng mengenal Yu Parni sebagai tetangga satu RT yang biasa jualan makanan siap saji di pagi hari hingga siang. Kondisi Pandemi membuat warung makan Yu Parni sepi. Kebetulan Bu Kanjeng butuh orang yang bisa menyiapkan makan siang untuk guru karyawan yang  hadir di sekolah kecil yang dipimpinnya. Sebelum Pandemi ada Ibu Kantin yang mengurus.

Singkat cerita karena Bu Kanjeng minta tolong Yu Parni masak menu sederhana untuk makan siang di sekolah selama hari kerja, otomatis Bu Kanjeng menyerahkan uang untuk keperluan tersebut. Termasuk jasa Yu Parni membantu bersih-bersih di rumah Bu Kanjeng.  Semua berjalan lancar  sesuai kesepakatan. Biasanya sambil bersih- bersih terjadi komunikasi dengan Yu Parni tentang menu, harga sembako dan sayur mayur. Kadang juga ada info tetangga.Akhirnya  Bu Kanjeng ingin mengenal Yu Parni lebih dekat.

Yu Parni punya 3 anak, yang si sulung Danu sudah bekerja di bengkel. Yang ke dua perempuan namanya Dewi sudah menikah punya anak satu bekerja di rumah berjualan secara online, dan si bunggu Didi kuliah di IPB yang kena dampak Pandemi sehingga BDR. Selain hidup dengan suaminya yang juga terdampak Pandemi, karena wakerja  di Hotel Dana bagian kebersihan ruang serba guna hotel yang biasa disewa untuk resepsi atau efek seminar dll. Orang masih ada mertua Yu Parni yang sudah berusia 85 tahun yang pastinya butuh pelayanan dan perawatan yang maksimal.

Membayangkan kehidupan Yu Parni, kepala Bu Kanjeng sempat cenut-cenut. Pasalnya ada imbas ke Bu Kanjeng. Apalagi kalau bukan uang. Bu Kanjeng tidak mau ribet sepakat saja dengan permintaannya yang penting ada akadnya. Jadi selalu saja ada kebutuhan Yu Parni setiap harinya dan curhat kepada Bu Kanjeng. Kalau Bu Kanjeng longgar ya didengarkan kalau tidak ya  dialihkan dengan cara halus.

Beberapa hari ini Yu Parni lebih banyak berkisah tentang si Danu yang sudah bekerja dengan gaji 2 juta lebih. Bu Kanjeng bersyukur setidaknya ada kebersamaan dalam keluarganya. Namun ada juga curhat Yu Parni yang membuat Bu Kanjeng kaget. Yu Parni nambah 1 warga di rumahnya. Suatu hari si sulung membawa pacarnya ke rumah dalam keadaan  hamil. Sampai saat ini tinggal bersama keluarga Yu Parni. Ini lah yang namanya "Anak polah, Bapak kepradah. Bu Kanjeng pun bertanya lalu solusinya bagaimana?

"Ya menunggu ada uang, baru bisa  ke rumah orangtuanya nduk Endah (pacar si sulung) setelah itu  terserah nanti orangtua bagaimana?" Jawab Yu Parni tanpa beban.

"Tidak bisa begitu Yu, segera dipikirkan, kasihan si jabang bayi. Nikahkan secepatnya
Perutnya makin membuncit.  Pasti hatimu tak tenang,  jadi bahan gosip tetangga. Anakmu juga harus tanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukan."

"Inggih Bu, tetapi uangnya belum ada. rencana mau cari pinjaman dulu." Balas Yu Parni


Rumah calon besannya di Wonogiri. Perlu biaya dan keberanian untuk ke sana. Si anak juga belum berterus terang kepada orangtuanya kalau dia hamil, orangtua mengira anaknya masih kerja hidup ngekos di kota dan baik-baik saja. Bu Kanjeng Membayangkan betapa kecewanya orangtua yang mendapat kabar anaknya tidak sesuai dengan harapannya.

Bu Kanjeng menyarankan  Yu Parni untuk segera mengunjungi calon besannya. Minta maaf dan dimusyawarah bagaimana langkah selanjutnya.  Tidak usah malu dengan keadaan keluarga. Terus terang saja, itu yang terbaik. Setelah itu bisa diatur lagi. Bu  Kanjeng sepertinya prihatin campur kesal mengetahui ulah anak Yu Parni. Entah kalau diuraikan kesalahan ada dimana ( ruwet pastinya). 

Yu Parni setelah dapat masukan dari Bu Kanjeng segera berembuk dengan keluarganya. Dengan dana talangan dari Bu Kanjeng, mereka bersegera ke Wonogiri untuk menyelesaikan urusan keluarganya.

Badalah " Anak polah Bapak Kepradah. " Oh dunia.

Post a Comment

16 Comments

  1. Sungguh sesuatu yang sulit terlukiskan ya bu. Galaunya Yu Parni dg si Sulung.. astagfirullah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perbuatan si sulung melukai hati ibu dan juga calon mertuanya

      Delete
  2. Baca cerita ini menguras emosi saya Bunda. Mengingat Bunda yang luar biasa kuat dan bijak menghadapi Yu Parmi. Sedangkan keluarga Yu Parmi yang miris karena ulah anak pertamanya. sangat menarik cetitanya, seorang Ibu selalu menyayangi dan mencari jalan untuk anaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setiap kejadian yg ada di depan mata kita memang banyak hikmahnya

      Delete
  3. Kalimat nya enak dibaca, kelihatan penulis yang profesional. Terimakasih bu kanjeng, tetap sehat ya. Apa ya kalau dalam bahasa indonesia untuk pribahasa " Anak polah Bapak Kepradah."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu ibaratnya anak yang berbuat orangtua ikut bertanggung jawab

      Delete
  4. Ga bisa cuek ya Bun. Semoga tambah berkah untuk Bu Kanjeng..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah Yu Parni sdh bagian dari keluarga saya walaupun dia blm lama membantu saya. Andai saya yang jadi Yu Parni pasti perlu bantuan

      Delete
  5. Baca kisah Yu Parni, sangat menguras emosi. Sungguh sangat disayangkan ulah si sulung. Kalau jadi ibunya pasti sedihh. Harusnya bisa menjaga nama baik keluarga. Semoga Yu Parni bersabar atas segala cobaan. Bunda Kanjeng memang baik hati selalu mau berbagi dan memberi motivasi. Amin

    ReplyDelete
  6. Aduhhh...saya jadi gemes sama anaknya yu Parni

    ReplyDelete
  7. Wah...bisa jadi Novel Menarik..
    di tunggu kisah selanjutnya😁😁😁💪💪💪

    ReplyDelete