BALAS BUDI ITU WAJIB


*Balas Budi itu Hukumnya Wajib.*

_Oleh :Sri Sugiastuti_

Kata "balas budi" saat ini sudah jarang terdengar. Padahal dua kata itu bagi bu Kanjeng merupakan _magic words_. Loh kok bisa? Nasihat orangtua bu Kanjeng ketika ia tumbuh dewasa sudah mendarah daging dalam tubuhnya.

Di usianya yang sudah Lolita ( lolos Limapuluh tahun) Bu Kanjeng merasakan betapa banyak kemudahan dalam hidupnya yang pas-pasan. Maksudnya pas ia membutuhkan sesuatu pas ada.

13 tahun lalu pas ia nabung untuk ibadah haji terkumpul 400 ribu di tahun 2005, pas saat itu adiknya mengajak sekaligus membiayai ibadah hajinya langsung di awal tahun 2006.tanpa _waiting list_ langsung dapat nomer.

Pas ia ingin sesuatu dari kota Madinah. Hari itu juga Allah gerakan hatinya menyapa kerabatnya yang sedang ada di Makkah. Selalu saja kemudahan dalam tiap langkahnya. Baik itu yang sepele sampai keinginan yang serius.

Balas budi yang ingin ditunaikan ya pada Allah yang sudah memberi banyak kenikmatan. Kemudian ada adiknya yang diberi rezeki cukup luas sehingga bisa berbagi dengan Bu Kanjeng dan  adiknya.

Bu Kanjeng ingat saat mereka bertiga traveling ke Turki full untuk wisata dan nengok keponakan yang kuliah di Turki sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa. Sekarang adik bu Kanjeng sudah pensiun lebih awal. Saatnya Bu Kanjeng berbagi dengan apa yang dimiliki,.tenaga,pikiran, waktu dan sedikit materi. Ada perasaan plong dan bahagia ketika bisa membalas budi. Walaupun tak seberapa. 

Karakter dan watak untuk bisa membalas budi memang sudah diajarkan sejak bu Kanjeng masih kecil. Jadi tidak heran ia merasa berhutang budi pada adiknya. Maka  rasa ingin bisa berbagi juga membalas budi kepada orang - orang yang sudah berjasa padanya selalu jadi prioritasnya. Istilah kata, ada waktunya kapan menanam, kapan menuai.

Bu Kanjeng mau cerita apa ya.? Ohh ini berkaitan dengan agenda menjemput adiknya di bandara yang ingin ziarah ke makam orang tua dan silaturahmi. Ceritanya   ketika sudah sampai di bandara ada perubahan acara harusnya dari Bandara langsung ke makam jadi ke hotel Bintang untuk check in. Jumlah yang dijemput pun  bertambah, ada Bu Aida putranya dan pengasuhnya.

Siapakah mereka yang muncul di luar skenario bu Kanjeng dan adiknya. Mereka adalah kenalan yang baru  dikenal di bandara Soeta. Bu Aida guru dari Aceh sedang berjuang mengejar beasiswa S3 dari kemenag yang harus wawancara di UNS. Setelah itu lanjut wawancara di UPI. Jarak Aceh-Solo-Bandung harus dijalani untuk meraih mimpi jadi Doktor.

Usianya 45 tahun, dua bulan yang lalu suaminya baru meninggal. Ia berpesan agar bu Aida bisa menjemput mimpinya. Lalu apa hubungannya dengan bu Kanjeng dan adiknya? Empati dan ada rasa bangga dan haru dengan semangat bu Aida. Bu Kanjeng  jadi ingin berbagi walaupun mungkin cuma berupa tumpangan dari Bandara Adi Soemarmo sampai hotel Bintang Kentingan dekat UNS. Memang secara lahiriah, ada waktu yang terbuang, dan tidak ada relevansinya. Tetapi bu Kanjeng punya prinsip dan ingat bahwa menanam itu akan menuai. Ia juga membayangkan andai tukar nasib dengan bu Aida apakah dia sanggup?

Bu Kanjeng teringat kembali akan pesan orangtua nya. Kalau bisa memberikan pertolongan walaupun hanya berupa tenaga, pikiran atau sesuatu yang bisa mengurangi kesulitan orang lain, maka lakukan lah. Ya malam itu ia punya saudara baru bu Aida namanya. Semoga ia lolos wawancara dan segera bisa diterima kuliah S3 di UNS.

Acara ziarah baru bisa dilakukan setelah magrib. Suasana malam yang gelap disinari lampu mobil, tak mengurangi kekhusyukan bu Kanjeng dan adiknya berdoa.. Doa khusus di depan makam yang mengingatkan bahwa kelak pun akan jadi penghuni kampung akhirat.

Rupanya kebiasaan adik bu Kanjeng tak beda jauh dengannya. Waktunya ketika berkunjung dimanfaatkan seefisien mungkin, maka tak heran jalur silaturahmi dipakai untuk mengunjungi sanak saudara. Begitu lah cara bu Kanjeng mengenang kebiasaan orangtuanya saat masih hidup.

Begitulah sejatinya orang hidup itu wajib membalas budi dari orang yang pernah menolong atau membantunya.

Sepenggal kenangan bersama Adinda yang telah tiada


*Sragen 14 Agustus 2019

Post a Comment

16 Comments

  1. Terimakasih atas nasehatnya bunda melalui tulisan ini....🙏

    ReplyDelete
  2. Nasihat indah tertulis dalam untaian kalimat. Semoga dimudahkan untuk dapat melaksanakan

    ReplyDelete
  3. MasyaAlloh semoga menjadi tauladan berharga untuk gerasi milenial

    ReplyDelete
  4. Siapa menanam pasti menuai... Begitu nggih Bu Kanjeng...
    Semoga Allah senantiasa memampukan kita nggih...
    Aamiin...

    ReplyDelete
  5. Nasehat yang berharga. Semoga bisa selalu membalas budi.

    ReplyDelete
  6. Kuliah pagi yg penuh berkah dan amanah bun..utk menggapai hidup yg lebih indah dan terarah

    ReplyDelete
  7. Menarik dna inspiratif bu.
    Salam Ukhuwah dari Aceh 🙏🏿

    ReplyDelete
  8. Nasihat untuk kita Semua, makasih Bu kanjeng....

    ReplyDelete
  9. Subhanallah, ibu yg hebat sangat terinspirasi sekali dgn tulisan ibu yg mengingatkan dgn nasihat untuk slalu berbalas budi...

    ReplyDelete
  10. MasyaAllah...Ibu Kanjeng, inshaAllah akan saya ingat untuk menjadi orang yang bisa membalas budi orang lain.

    ReplyDelete