Dikandangkan covid-19


Bu Kanjeng  tersenyum saat ia membaca judul tulisan di blog milik sahabatnya. " Dikandangkan Covid-19 " Istilah itu digunakan ketika penulis blog itu menjalani isolasi mandiri di rumah. Menurut Bu Kanjeng ini salah satu  cara cerdas menyikapi suatu musibah agar berdampak penuh hikmah.

Sebenarnya Pak Roni yang tinggal di NTT sebelum terpapar Covid-19 baru saja mengalami musibah  angin Seroja yang memporakporandakan sebagian  besar daerah NTT. Bu Kanjeng sempat khawatir karena lost contact  cukup lama. Sampai akhirnya muncul juga berita darinya.

"Salam sejahtera. Apa yang kami alami sebagaimana pemberitaan yang mungkin sudah ada dalam pengetahuan, hari ini baru ada peluang untuk menulis satu atau dua paragraf pada situasi kami, khususnya di desa tempat kami tinggal. Banyak pengalaman akan saya tulis di blog untuk dibagikan kepada para sahabat. Sayang sekali sekarang belum bisa karena akses internet belum normal.

Saya menulis di papan WhatsApp ini lalu akan saya kirim kepada para sahabat. Kemudian saya berangkat ke sekolah. Saya berharap mungkin ada sempat menabrak jaringan internet, lalu tulisan ini terkirim.

Listrik padam tanggal 3 April dan baru nyala tanggal 16 April. Badai bekin rusak banyak rumah penduduk. Hujan deras sekali sejak tanggal 2 April sampai tanggal 7 April. Banyak ladang longsor, ternak sapi dan babi hanyut.  Atap bangunan SMP Kristen di Nekmese angin bongkar.

Pada saat angin dan badai mendera, seorang ibu meninggal dunia di rumahnya dengan ditunggui suaminya sendiri. Tetangga berdatangan hendak melayat, tetapi terpaksa pintu rumah harus ditutup agar menghindari angin membawa air hujan ke dalam rumah.

Tenda duka yang sempat dibangun, angin menghempaskannya. Kisah-kisah yang mendukakan dan inspiratif akan saya catat di blog setelah akses internet dapat digapai.

Terima kasih banyak atas atensi para sahabat pada kami di NTT, terlebih pada sesama Pegiat Literasi. Salam sehat selalu. Tuhan menyertai dan memberkati kita.

Setelah membaca barisan kalimat itu ada rasa duka, haru, dan rasa syukur yang menyusup di dada Bu Kanjeng. Alhamdulillah komunikasi kembali lancar. Pak Roni kembali beraktivitas. Sampai akhirnya ada postingan yang mengabarkan beliau terpapar covid-19.

Sejak hari pertama dikandangkan Covid-19 sahabat Bu Kanjeng aktif berkomunikasi dengan Bu Kanjeng. Jadi  Bu Kanjeng paham benar apa yang dirasakan sahabatnya.

Bu Kanjeng berselancar di blognya dan mendapatkan paparan yang mengadyk- aduk perasaanya.

Rabu (05/05/21) sepulangnya dari sekolah, ada perasaan tidak nyaman. Sedikit pilek dan badan mulai merinding. Saya, isteri dan anak kami yang perempuan keluar dari rumah untuk menemui seorang itu di seputaran lingkungan wilayah dusun di mana kami hidup bersama dalam komunitas masyarakat pedesaan. Kepada si ibu ini saya mintai bantuannya untuk memijit badan saya. Sering saya meminta bantuan ibu ini. Minyak kelapa murni yang kami bawa menjadi pelicin di kulit tubuh yang dipijat. Sesudahnya kami makan bersama. Rasanya badan ini masih meriang.

Kami pun kembali ke rumah. Setibanya di rumah saya tidak dapat menyentuh makanan. Rasanya mulut ini tidak sudi menerima makanan. Saya menuju pembaringan, tetapi di sana pun tidak dapat memicingkan mata. Sungguh sangat sakit di kepala, jantung ini berdebar kencang, meriang, berkeringat, lalu dingin di sekujur tubuh, hingga lemas. Saya sama sekali tidak dapat tidur. Kepada anak kami yang sudah dapat mengendarai motor saya mintai pertolongannya untuk meminta bantuan di Puskesmas Pembantu di pusat desa. Petugasnya kelelahan setelah seharian bertugas sehingga kepada anak kami ini ia menyarankan agar kami berangkat ke Rumah Sakit malam ini juga (05/05/21).

Saya paksakan untuk tidur di sofa. Sekira pukul 23.00 WITa saya pindah ke kamar tidur. Saya benar-benar tidak dapat tidur. Saya mencoba lagi untuk mengambil makanan, tetapi tetap tidak dapat menikmati makanan yang disediakan isteri saya. Ia lalu memberikan teh yang diseduh air hangat. Sesudah meminumnya, saya pun berkeringat lagi dan lemas. Saya terpaksa membolak-balikkan badan saja berharap dapat tertidur.
Pagi pun tiba. Saya menjerang air hangat untuk mandi. Sesudah itu saya mengirimkan kabar kepada rekan-rekan guru, Pengawas sekolah dan para kepala sekolah tentang sakit yang sedang saya alami. Pengawas Sekolah tetap dengan sangat berharap agar saya hadiri rapat reguler para kepala sekolah dalam rangka mendengarkan uraian tugas dan pelaksanaan Ujian Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2020/2021. Saya hendak memaksakan diri untuk ke Puskesmas, ke sekolah dan selanjutnya ke tempat rapat para kepala sekolah.

Pada saat yang demikian, datanglah kabar bahwa dokter dan tim medis dari Puskesmas kecamatan akan berkunjung ke desa Nekmese untuk tes swab para anggota Majelis Jemaat Koro’oto di dengan mengambil tempat di gedung gereja. Saya mencoba ke sana. Tetapi, kabar terbaru dari Bidan di Puskesmas Pembantu dan Wakil Ketua MJ, bahwa dokter dan tim menunda kedatangan mereka, dan akan datang pada Jumat (07/05/21) pukul 07.00 WITa.

Siang hari, Kamis (06/05/21), Ketua Tim Pemeriksa dari Inspektorat Kabupaten Kupang mengirim pesan singkat melalui aplikasi WA. Pesan itu berbunyi, Tim akan ke sekolah pada hari Sabtu. Sebelumnya pada hari Rabu sore (05/05/21), ia telah mengirim kabar ini dengan dilampiri surat tugas. Surat tugas itu sasarannya kepada SD Inpres Buraen 2, tetapi lampiran isiannya SD Inpres Buraen 1. Jadinya kami yang disasar. Saya bersedia menerima tim ini oleh karena kami perlu untuk bimbingan administrasi dan pengelolaan.

Kepada Ketua Tim ini saya sampaikan bahwa saya sedang sakit, dan sementara ini diminta untuk tidak keluar rumah sampai hasil swab diterima dari dokter. Semoga Ketua Tim ini mau memahami situasi ini dan bukan berasumsi saya sedang mengada-ada. Beberapa rekan guru mensuport dengan doa.

Kabar lain dari Dinas P & K Kabupaten Kupang, semua pengelola dana BOS harus melakukan konfirmasi pada website bos.kemdikbud.go.id. Rekan guru yang bertugas sebagai operator sedikit mengalami kendala ketika login. Ia mengabarkannya kepada saya. Beberapa menit kemudian ia menyampaikan bahwa website sedang dalam perbaikan. Saya terus mengikuti perkembangan laporan konfirmasi dari sekolah-sekolah melalui WAG Dinas P & K Kabupaten Kupang. Sudah banyak sekolah mengirim informasi tentang hasil konfirmasi dengan keterangan tambahan yang mengikutinya.
Adik-adik saya yang sudah berkeluarga melalui WAG mengingatkan untuk menjaga jarak dengan seisi rumah.

Seorang di antara mereka menelepon untuk tidak meninggalkan rumah, yang sama dengan peringatan yang disampaikan oleh Bidan di Pustu. Hal ini untuk menghindari bertemu dengan orang lain. Mereka juga mengingatkan tentang makanan, obat-obatan baik fabrikan maupun herbal untuk dikonsumsi, sambil tetap ketat dengan protokol kesehatan terutama bermasker dan selalu mencuci tangan.

Aih… . Suatu perkembangan yang melelahkan. Anak-anak dan isteri saya tetap kelihatan segar-bugar. Sambil menunggu dokter, hari ini saya berada di rumah saja, lantas semoga besok, Jumat (07/05/21), dokter dan timnya tiba untuk maksud tes swab itu. Lantas sesudahnya, saya akan mengguratkan ceritanya sebagai suatu pengalaman ketika berada di lingkaran dan kungkungan pandemi covid-19 dengan segala pengetatan protokol kesehatan ini.

Saya terus mengikuti saran-saran dari anggota keluarga, dan suport yang disampaikan oleh rekan-rekan guru atau siapa pun yang sudah mengetahui kondisi yang sedang saya alami. Optimisme ada pada kami. Kiranya optimisme ini berbuah manis.

Koro’oto Pah Amarasi, 06 Mei 2021

Bu Kanjeng memaknai tulisan sahabatnya itu serasa ikut hanyut dalam kepasrahan yang tabah menghadapi hadiah terindah dari Allah. Rencana Pak Roni akan membukukan apa yang dilakukan saat terpapar Covid-19  dan  ketika ia dikandangkan untuk taat pada protokol kesehatan.

Tubuh boleh dikandangkan, tetapi hati pikiran dan jiwanya banyak menyapa, membaca dan menulis apa yang ada di sekitar untuk tetap bersyukur  dan berterima kasih pada Tuhan yang membuat skenario indah dalam hidupnya.

Surakarta 03 Syawal 1442 H



Post a Comment

13 Comments

  1. Selamat Idul Fitri ibu Kanjeng, maaf lahir batin.

    semoga pak Roni cepat sembuh dan bukunya segera terwujud, slm🙏🙏

    ReplyDelete
  2. Wao... Ada simpan catatan saya ketika pertama kali saya tulis di board WA. Hahaha... Terima kasih untuk ulasannya. Menarik.

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Aamiin YRA. Pengalaman yang sama.dengan Omjay Isolasi mandiri

      Delete
  4. Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri Bu Kanjeng, mhn maaf lahir dan bathin. Tanggung Jawab Pak Roni luar biasa

    ReplyDelete
  5. Semoga lekas sembuh. Belajar menera semua ketentuan Allah

    ReplyDelete
  6. Judul yang bagaimana gitu, di kandang covid.....

    ReplyDelete
  7. Gaya bercerita yang lain lagi. OK, deh.

    ReplyDelete