Kuabadikan Ucapanmu dengan Caraku


Kuabadikan Ucapanmu dengan Caraku

Oleh : Sri Sugiastuti

“Sesungguhnya Dialah yang menjadikan manusia tertawa dan menangis.” 
(Q.S. An-Najm: 43)

Genap 4 bulan kepergian adik Bu Kanjeng ke kampung akhirat, Bu Kanjeng baru punya kesempatan ziarah ke makamnya yang ada di Jakarta. Alhamdulillah Allah mudahan perjalanan Solo - Jakarta.

Bu Kanjeng dengan derai air mata mengenang kedekatan jiwa raganya bersama sang adik dengan cara ngobrol bareng bareng bersama suami dan anak almarhumah. Jelang kepergian adiknya Bu Kanjeng hanya mendampingi dari jarak jauh. Bu Kanjeng di Solo adiknya  di Jakarta. Firasat akan kehilangan orang yang dicintai memang sudah ada setahun sebelum kepergiannya.

Sang adik yang pensiun dini dari ASN profesi dokter umum di usia 55 tahun dengan banyak pertimbangan.  17 tahun mengidap Diabetes membuatnya lelah dan emosi tidak terkontrol. Dengan pensiun dini dia bisa istirahat, memanfaatkan waktunya untuk ibadah. Memanggil ustadzah untuk belajar tahsin, menjalin silahturahmi dan  memperbanyak sedekah. Karena ia meyakini bahwa sedekah juga bisa menyembuhkan penyakit.

Saat masih hidup begitu banyak chat diskusi bersama sang Adik. Diskusi itu lebih banyak bicara tentang kematian dan bekal yang akan dibawa saat pulang ke kampung akhirat. Mereka saling sharing dan support. Tanpa disadari mereka ternyata di tahun 2020  banyak kehilangan saudara dan kerabat dekat yang dipanggil Allah. Selalu bergantian keluarga di Solo dan keluarga di Jakarta.  Akhirnya mereka perpelukan dan saling mendoakan, menjaga kesehatan  dan selalu berbagi agar tetap strong.

Bu Kanjeng sering sekali mengirimkan tulisan yang didapat dari komunitas Literasi yang dimiliki. Salah satunya tulisan Dr. Didi Junaedi yang setiap hari  diposting di grup WA Sahabat Pena Kita (SPK). Bu Kanjeng rajin menyimak bahkan kalau ada tulisan yang disukai ia japri Pak Didi lalu berdiskusi tentang tema yang dibagikan di grup tersebut.

Tulisan di bawah ini jadi bahan diskusi Bu Kanjeng dan sang adik. Saat itu baru saja ada kerabat yang meninggal setelah menyelesaikan disertasi tinggal mengadakan sidang terbuka namun Allah memanggilnya sebelum sidang terbuka itu dijalani.

Benar kata Pak Didi dalam ulasannya. Bu Kanjeng sangat terinspirasi dan tercerahkan. Alhamdulillah. 

Dalam hidup ini, selalu ada saat di mana kita merasakan kesedihan dan kekecewaan. Pada saat seperti itu, tidak jarang air mata menetes membasahi pipi. Bahkan, jika kesedihan dan kekecewaan itu sangat dalam, tanpa terasa kita akan menangis. 

Menangis karena sakit, sedih serta kecewa adalah hal yang wajar dan manusiawi belaka. Menjadi tidak wajar, ketika kita terus-menerus menangisi peristiwa yang membuat kita sakit, sedih dan kecewa itu. Lebih tidak wajar lagi, ketika kesedihan serta kekecewaan itu membuat kita kehilangan semangat hidup, pesimis serta putus asa.

Al-Qur’an mengajarkan kepada kita tentang bagaimana cara yang tepat dalam menghadapi kekecewaan serta menyikapi kesedihan. “...Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (Q.S. At-Taubah: 40). Ayat ini menegaskan bahwa jika kita menyadari sepenuh hati tentang kebersamaan Allah dalam setiap gerak dan langkah kehidupan yang kita jalani, maka tidak ada alasan bagi kita untuk bersedih hati, khawatir atau takut dalam menjalani hidup ini. Karena kita yakin, Allah pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.

Dalam ayat lain dinyatakan, "Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang beriman." (QS. Ali Imran:139)

Ayat ini menggugah kesadaran kita tentang hakekat keimanan kita kepada Allah. Jika kita memang orang yang benar-benar beriman, yakin dan percaya kepada Allah Swt., maka tidak ada alasan bagi kita untuk merasa lemah atau bersedih hati. Karena sesungguhnya kita adalah bagian dari kelompok hamba Allah yang paling tinggi derajat serta kedudukannya di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya.

Keimanan seseorang akan menjadi kunci utama kedewasaan sikapnya dalam menghadapi beragam ujian dan cobaan hidup. Semakin tinggi iman seseorang, maka semakin siap dan dewasa dalam menghadapi pelbagai persoalan kehidupan yang menimpanya. Karena, dia yakin sepenuh hati bahwa Allah Swt. pasti akan memberikan solusi atas setiap persoalan yang dihadapinya.

Semakin rendah keimanan seseorang, maka semakin sulit untuk menerima kenyataan hidup yang dialaminya. Bahkan, pada titik tertentu, ketika dia tidak mampu lagi bersabar, dia akan putus asa serta frustrasi menghadapi hidup ini. Mereka itu, disebut oleh al-Qur’an sebagai orang-orang kafir, yang mengingkari nikmat serta keberadaan Allah Swt. “….Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang  yg kafir.” (Q.S. Yusuf: 87)

Padahal kesedihan, kekecewaan, serta kesulitan yang menimpa seseorang, adalah salah satu cara Allah untuk menghapus dosa-dosanya. Nabi Saw. pernah menyatakan, “Tidaklah seorang mulim ditimpa penyakit, kepayahan, kesedihan, bahkan kerisauan yang membuatnya galau, kecuali dengan itu Allah hapus dosanya.” (HR. Muslim)

Benar sekali apa yang dibaca  Bu Kanjeng dari tulisan Pak Didi. Sedangkan adik Bu Kanjeng curhat bahwa tempatnya mengadu hanyalah Allah. Alqurannya akan basah karena tetesan air matanya saat membaca Alquran. 

Tulisan itu punya tempat tersendiri di hati Bu Kanjeng hingga detik ini. Kenangan dalam mengajak untuk kebaikan dan saling mengingatkan sangat dibutuhkan rohani setiap insan yang hatinya kadang rapuh saat menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. 

Kembali ke Alquran dan hadis sebagai solusi segala kegundahan sekaligus menguatkan iman agar tidak goyah.

Sesungguhnya Dialah yang menjadikan manusia tertawa dan menangis.” 
(Q.S. An-Najm: 43)

Kita yakini itu dan berserah diri kepada-Nya.

Jakarta 07 Syawal 1442.

Post a Comment

20 Comments

  1. Hanya kepada Allah tempat mengadu dan berserah diri. Laahawla wala quwwata illa billahilaliyyil aziim

    ReplyDelete
  2. Semoga almarhumah diterima amal ibadahnya oleh Allah SWT... Dan berbahagia di sana

    ReplyDelete
  3. Menangis dan tertawa adalah cara Allah menghibur kita.

    ReplyDelete
  4. Tulisan bunda selalu menginspirasi.

    ReplyDelete
  5. Betul sekali, ini tadzkiroh yg makjleb. Saling mengingatkan berlandaskan firmannya. Begitu byk pelajaran yg bisa dipahami dan salah satunya dgn saling *memberi* tulisan. Terimakasih bu Kanjeng tulisannya.

    ReplyDelete
  6. Tulisannya banyak memberikan kesejukan hati. Terima kasih Bunda. semoga adiknya mendapatkan husunul khatimah. Aamiin

    ReplyDelete
  7. Hanya kepada Allah tempat kembali. Hanya pada Allah lah kita berkeluh jesah Allah lebih tau segalanya. Apa yang Alkah berikan, srnyum, tawa dan tangis semua cara Allah menyayangi kita. Tetimakasih bunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya. Dengan menuliskan dan menyadari betapa Allah maha menyayangi umat-Nya

      Delete
  8. Luarbiasa senantiasa sukses selalu dan sehat selalu Aamiin

    ReplyDelete
  9. Sehat selalu bu ...🙏🏻🙏🏻

    ReplyDelete
  10. Semoga almarhumah diampuni semua dosanya dan diterima amal ibadahnya..Aamiin.
    Kepada Allahlah tempat kita kembali.
    Saya tahu bagaimana rasanya kehilangan, seperti saat saya kehilangan ibu dan disusul bapak beberapa tahun kemudian.

    Trimakasih tulisannya bunda 🙏🏻🙏🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya kehilangan orang yang kita cintai itu perlu lapang dada

      Delete