KISAH SI BUAH MANGGA


Kisah si Buah Mangga

Oleh: Sri Sugiastuti 

Belajarlah keikhlasan dari akar pohon, akar pohon itu letaknya tersembunyi di dalam tanah dan tidak semua manusia peduli dan mengaguminya. Walaupun begitu, dia tetap bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah dan pamrih untuk kehidupan batang dan dedaunan."

Bu Kanjeng menghubungkan keikhlasan si akar pohon dengan kisah si buah mangga yang membawanya bersemangat mengadakan sepengal perjalanan dari Solo ke Yogyakarta pulang pergi. Kegiatan ini pun tak lepas dari keikhlasannya memberikan waktu, nikmat sehatnya, nikmat sempatnya dan kelonggaran rezeki yang  berupa apapun.

Pohon mangga yang memiliki nama mangga Mahatir atau ada juga yang menyebut mangga Erwin memang bukan sembarang mangga. Pak Kanjeng sudah menanamnya 8 tahun silam. Tahun ini merupakan panen ke 4 dan alhamdulillah bisa dikatakan panen raya..Meskipun saat panen tidak bersamaan karena tidak semua buah tumbuh besar dan tua bersamaan.

Saat pohon mangga itu berbunga saja, para tetangga sibuk memberikan berbagai komen. " Wah bakalan panen raya nih, bunganya lebat sekali." Atau ada juga yang sudah pesan di jauh hari. "Jangan lupa loh, kalau panen saya dibagi.".Ada juga yang.terang- terangan Min ta. "Pak lupa serang ngicipi peleme loh!" Berbagai komen itu menjadikan Pak Kanjeng termotivasi untuk berbagi.

Langkah Pak Kanjeng untuk berbagi pun diawali dengan merawat pohon mangga tersebut dengan baik. Pohon itu tumbuh subur karena keikhlasan sang akar yang menghujam ke tanah. Tingginya pun melebihi atap rumah.

Saat buah mangga mulai besar, penampakannya mencuri pandangan orang yang melewati jalan di samping rumah Pak Kanjeng. Salah orang yang sangat antusias dengan otak bisnis pun mengetuk pintu rumah Pak Kanjeng dan berniat membeli buah mangga yang masih tumbuh berkembang di atas pohon. Orang tersebut menyebut jumlah nominal yang menggiurkan.

Alhamdulillah Pak Kanjeng sudah punya jawaban istimewa. "Maaf Mas buah mangga itu sudah dipesan tetangga dan sedulur." Beberapa hari kemudian datang orang lain ke rumah dengan niat yang sama. Sekali lagi Pak Kanjeng menjawab bahwa buah mangga itu sudah ada yang pesan.

Karena panen tidak bersamaan. Pak Kanjeng memetiknya pun bertahan. Sementara tetangga pun menunggu giliran mendapat rezeki buah mangga hasil kebun Pak Kanjeng. Menurut Bu Kanjeng yang lebih awal menikmati buah mangga adalah codot. Artinya sedekah keikhlasan si akar yang menjaga pohon itu tumbuh hingga berbuah yang menikmati pertama kali adalah codot.

Bu Kanjeng harus bijak dan pandai agar hasil panen itu bisa merata dan full barokah. Prioritas pertama yang mendapat rezeki buah mangga adalah tamu yang berkunjung ke rumah. Karena Bu Kanjeng salah satu pengikut Nabi yang sangat memuliakan tamunya. Prioritas berikut tetangga, teman dekat baru lah sedulur.

Takdir buah mangga pun berbeda. Ada yang dimakan codot. Ada yang diajak ke Jakarta sebelum sampai pada nasib akhirnya. Ada yang masuk dus dan transit di agen pengiriman sebelum sampai pada takdir sesungguhnya.

Ada 7 buah mangga yang menuju takdirnya dikawal Bu Kanjeng menemui takdirnya. Buah Mangga itu dipetik sudah 4 hari lalu. 5 buah takdirnya via Solo, transit 14 jam di Yogyakarta  dan lanjut ke Jakarta. 2 mangga yang lain takdirnya di rumah salah satu sahabat Bu Kanjeng yang tinggal di jalan Kaliurang.

Perjalanan si buah mangga  pun mengikuti jalur silahturahmi Bu Kanjeng. Prinsip Bu Kanjeng bila melakukan satu kegiatan bila bisa harus diikuti kegiatan lain yang  bermanfaat. Ketika mendapatkan kata kunci "Yogyakarta" otaknya mengaitkan beberapa hal yang ada  hubungannya dengan yang lain.

Ahay ada Bu Isti pegiat Literasi dari Mataram yang sedang berlibur  di Yogyakarta. Bila bisa kopdar tipis-tipis pasti asyik. Ada sohib kuliah tahun 80an di jalan Kaliurang. "Wah bisa nih diagendakan sepenggal hari Rabu ceria." Bismillah. 

Gerobak bermesin bakar fertalite meluncur cepat dari Solo menuju Yogyakarta. Ketika melintas  Klaten Bu Kanjeng sudah berpesan.
" Jangan lupa kita berhenti di depan Bong Supit Bogem ya." Ada kuliner dawet seger di sepanjang jalan  setelah Prambanan."

Berhenti sejenak menikmati semangkuk dawet seger yang beraroma nangka dan berisi tape ketan, masih ditambah camilan 2 buah bakwan anget hmmm yummy tiada tara. Yuk lanjut.

Dahaga sirna. Perjalanan dilanjut mengawal 5 buah mangga yang mau dibawa ke Jakarta nanti malam.

Menjelang azan dzuhur berkumandang Bu Kanjeng sampai di tujuan. Memberi salam dan cipika cipiki, langsung  ada tawaran  mau dibelikan lotek? (gado - gado ala yogyakarta) yang menjadi favorit Bu Kanjeng. Tak lama pun lotek terhidang.  

Sebelum menikmati lotek. Tangan Bu Kanjeng sibuk.dengan gawainya.Ia ingin konfirmasi untuk acara berikut. Ya mencari tempat untuk kopdar tipis-tipis dengan dua guru yang satu dari Mataram NTB yang satu lagi dari Yogyakarta DIY. Tempat kopdar pun dipilih..Arista Garden jadi pilihan. Lokasi agak tersembunyi. Beruntung ada Mba smart map GPS yang siap memandu. Jelang asar mereka baru tiba di lokasi Arista Garden. Sebelumnya Bu Kanjeng menjemput sohibnya dulu di jalan Kaliurang tak jauh dari Arista Garden.

Gerobak melaju keluar masuk kampung dan sawah meluncur ke arah titik yang dituju. Taraaa,akhirnya mereka sampai deh di sebuah restoran masakan jawa dengan  konsep taman bunga yang asri. 

Sesaat netra  Bu Kanjeng melahap panorama asri yang menyejukkan hati dan pikirannya . Padahal ini merupakan kunjungannya yang ketiga ke Arista Garden. Menu makanan dan suasana restro ini memang beda. Bu Kanjeng dan pengunjung lain merasa betah berlama lama disana.

Suasana usai hujan membawa kesegaran tersendiri sekaligus mengajak pikiran Bu Kanjeng untuk memilih secangkir kopi robusta dicampur susu. Teman setianya ada blangreng, singkong goreng, mendoakan, kentang goreng juga pisang goreng. Sementara yang lain pilih menu berat yang menggoda.


Post a Comment

10 Comments

  1. Menunggu mangga menemui takdirnya di Musi Rawas. Selalu menarik kemasan cerita Bu Kanjeng. O ya, kok nggak diisi Pertamax? Mahal ya, ha ha ha.

    ReplyDelete
  2. Tergiur tumpengnya, Bunda....
    (Cerita yg seru, nih...)

    ReplyDelete
  3. Sama bunda kanjeng. Mamah saya juga punya pohon mangga, kalo berbuah gede tapi ga nyampe 2kg sih 1 kg

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini memang jenis.mangga besar yang rasanya manis dan kriuk walaupun belum masak

      Delete
  4. Andai saya tetangga tentu kebagian juga buah mangga hasil panen bertahap, ha-ha-ha. Selamat pagi ibu, blogger yang luar biasa

    ReplyDelete