Kopdar RVL dan Soto Seger Hj Fatimah Yogyakarta

Sumber gambar  go travelly.com

Oleh : Sri Sugiastuti 

RVL(Rumah Virus Literasi) tanggal  21-23 Oktober 2022 punya hajat yang luar biasa dan patut untuk dikawal oleh Dulgemuk, Bu Telly dan Bu Kanjeng yang punya selera sebelas duabelas dalam berliterasi.  Tetapi memang harus diakui kalau ilmu Literasi Dulgemuk itu sudah di atas angin.  Sementara Bunda Telly dan Bu Kanjeng yang telat belajar menulis tetap bersemgat "nyadong" ilmunya Dulgemuk. Bagi Bu Kanjeng belajar itu  bentuknya tidak harus formal dan kaku. Melalui pertemanan, berada dalam satu komunitas yang sama, menjadi pendengar yang baik, juga menjadi pengamat sejati, pasti semua akan berproses dan menuai hasilnya.

Tidak afdol rasanya saat ngudar rasa tentang  Literasi kita masih meraba apa itu Literasi yang sesungguhnya? Mengapa dijadikan hal yang terpenting dalam pendidikan sekaligus peradaban dunia. Bu Kanjeng dengan pengetahuan yang dipandu dari hasil membaca pun berpijak pada 
National Institute for Literacy, yang mendefinisikan bahwa literasi sebagai “Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang dibutuhkan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” 

Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Hal ini yang dipahami Bu Kanjeng. Tidak heran bila saat menulis Bu Kanjeng sering mengulas apa yang dibaca, didengar, termasuk harapannya bisa mengupgrade diri menjadi lebih bermanfaat di sisa hidupnya.

Sangatlah tepat bila Bu Kanjeng, Bunda Telly dan Dulgemuk kruntelan di Rumah Virus Literasi untuk mengoptimalkan potensi berliterasi yang diberikan Allah  agar selalu saling berpacu dalam melodi literasi dengan aman dan nyaman. 

"Loh nyaman bagaimana? Bukannya sebelum menulis kita harus punya kerangka berpikir, lead yang menarik,  pesan moral, dan kaidah lain dalam menulis?" Bu Telly  protes dari teras rumahnya.

"Begini...Bunda Telly, saya itu kalau menulis masih dalam taraf mengalir sampai jauh. Tanpa ada titik koma. Kadang 1 paragraf  1 halaman.  Nyeyel pol pokoknya.
 Hal ini kan super nyaman " Jawab Bu Kanjeng dengan sedikit rasa sungkan.

Ya. Bu Kanjeng pun jadi teringat saat Dulgemuk pamer tulisan tentang RVL dan kuliner. Bu Kanjeng tak mau kalah. Karena ia pun punya bahan untuk tulisan loh saat sarapan pagi jelang Kopdar hari Jumat pagi tanggal 21 Oktober 2022. Sepertinya Dulgemuk terinspirasi dengan foto Bunda Telly yang pamer sarapan soto seger Hj Fatimah cabang Yogyakarta.

Nah untuk mengabadikan apa yang didengar dan didiskusikan saat sarapan Bu Kanjeng pun ingin mengulas banyak hal. Tentang soto seger dan kawan-kawannya juga tentang konten yang mewarnai obrolan sesama komunitas Literasi.  Anggap saja ini ajang pra Kopdar yang terlewat untuk ditulis.
Diskusi serius untuk bersinergi dalam berliterasi 

Sambil menunggu datangnya pesanan soto yang mereka pesan, tak terasa sudah 2 tusuk sate bacem paru dengan lahap dinikmati Bu Kanjeng.  Asam urat dan kolesterol lupakan dulu untuk sementara. Begitu juga dengan Bunda Telly yang juga penggemar kudapan yang sama. Apalagi yang ada di Makassar tentunya beda rasa dan penyajiannya. Soto pun tersaji. Obrolan juga mengalir seperti derasnya sungai yang sedang dibahas. Maksudnya flash back pada kisah tewasnya  siswa SD yang meninggal karena kegiatan susur sungai yang terjadi di negara Indonesia bagian atas.

Bagaimana dua lembaga pendidikan menyikapi kasus musibah tersebut. Kejadiannya memang sudah lama. Tetapi masih lekat dalam ingatan bagaimana orang tua para korban menyikapi musibah tersebut.  Begitu juga pihak lain yang berkaitan dengan lembaga pendidikan yang memayungi Guru. Sementara berita di koran kadang memperkeruh suasana. Bahkan ada yang tega memanfaatkan kejadian ini untuk "tebar pesona". 

Memang yang bisa dilakukan Bunda Telly, Bu Kanjeng juga Uni Traveling yang sedang membahas peristiwa usang itu apa? Setidaknya  Bu Kanjeng menjadi paham peristiwa yang sebenarnya. Bahwa berita yang beredar di saat peristiwa terjadi, tidak semuanya benar. Banyak yang harus diluruskan. Dan yang terpenting bagaimana  kita memaknai sebuah musibah dan solusi yang dilakukan ap sudah tepat atau belum

" Enak yo, sarapan sambil pra Kopdar dan mengulas dunia pendidikan dari kacamata  para pensiunan yang pemikirannya tidak pernah pensiun."  Bisik hati Bu Kanjeng. 

Dunia Literasi dan passion Bu Kanjeng di dunia menulis, seakan tersadarkan bahwa apa yang diketahui itu sangat terbatas. Ia masih harus belajar lagi dari buku "Kitab Kehidupan " karya  Pak Blantik Literasi. Belajar juga dari sosok Bunda Telly  yang di mata Bu Kanjeng sebagai orang yang cermat dan cerdas saat menjadi policy maker. Bu Kanjeng yang hanya berkutat dengan ilmu yang cetek juga pengalaman yang masih fakir, merasa bak mendapatkan durian runtuh. 

"Tak sia-sia hadir nyata di acara pra Kopdar sambil sarapan bisa menimba ilmu. Ilmu kehidupan yang begitu luas. Dimana  perlu perenungan agar bisa lebih bijak memaknai suatu musibah ataupun peristiwa yang mencekam.

Tak terasa soto yang tersaji sudah hampir ludes. Pemantauan keberadaan Dulgemuk bersama keluarga yang sedang meluncur ke Yogyakarta  pun tetap  terjaga. Sesekali tayang foto keberadaan Dulgemuk yang sedang menikmati kuliner yang sama di Klaten. Ya judulnya sama yaitu soto seger. 

Ternyata nikmatnya sarapan  soto di pagi hari sama nikmatnya saat berdiskusi tentang dunia nyata bukan dunia rekayasa yang saat ini banyak tercipta demi kepentingan semata.

"Hmm, kira-kira pembaca paham tidak ya, maksud dari tulisan ini? Apa hubungannya pra Kopdar RVL dan Soto  Seger?  Ya dibuat nyambung sajalah
 Wong nyatanya memang begitu.  Sambil menikmati soto, berbicara yang bermutu tentang dunia pendidikan. Kenyataan yang ada, dan harapan diinginkan. Rasanya tidak akan jemu untuk dibahas. Semua itu menjadi bagian dari Literasi.

Benarkah? Silakan baca perlahan dan resapi intinya. Bagaimana dengan Literasi kita?

Surakarta Hadiningrat  08 November 2022

Post a Comment

11 Comments