Resensi Buku Ala Bu Kanjeng
Sabusakel Episode Januari 2023
Judul Buku: Imam Shamsi Ali: Menebar Damai di Bumi Barat
Penulis: Julie Nava
Jenis Buku Memoar
Tebal Buku :334 halaman
Penerbit: Naura books( PT Mizan Publika)
Tahun 2013
Nomor ISBN:978-602-1606-13-1
Peresensi: Sri Sugiatuti
Mengapa Bu Kanjeng memilih Buku ini untuk diresensi? Buku terbitan tahun 2013 ini memang kurang layak untuk diresensi bagi komunitas RVL. Karena yang disarankan buku tahun di atas 2020. Tetapi karena masih proses belajar untuk mengabadikan apa yang sudah dibaca, maka muncullah tulisan ini.
Buku ini sebuah buku memoar yang ditulis oleh Julie Nava. Siapa Julie Nava? Beliau adalah sahabat literasi Bu Kanjeng sekaligus mentornya ketika belajar menulis buku memoar. Walaupun belajarnya via daring karena beda benua. Lewat komunitas IIDN yang Foundernya Indari Mastuti, Bu Kanjeng jadi cukup akrab dengan penulisnya. Ada buku yang dihasilkan dan Bu Kanjeng mendapat hadiah buku yang saat ini sedang diresensi.
Julie Nava seorang penulis, konsultan, dan Entrepreneur. Ia bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) America-Canada dan menetap bersama keluarganya di Michigan, AS. Banyak sekali jejak literasi yang dimiliki. Bersyukur Bu Kanjeng bisa mengenalnya dan sering berbagi terkait literasi.
Tokoh di dalam buku ini adalah Imam Shamsi Ali. Siapakah beliau? Ia terlahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Jenjang pendidikan berlatar belakang pondok pesantren Muhammadiyah Darul Arqam, Gombara Sulawesi Selatan. Kisah hidupnya sebagai dai dan penggagas Internasional Conference of Imams and Rabbis for Peace. Ia pun digelari sebagai sebagai Duta Besar Perdamaian oleh Internasional Religious Federation tahun 2006. Masih banyak lagi penghargaan yang diperoleh karena menebar damai di bumi Allah.
Buku ini terdiri dari 10 bagian yang terdiri dari beberapa subjudul yang menarik. Sejak Shamsi belajar di pesantren, menempa hidup di Pakistan, bertemu jodoh, menjalani kehidupan di Jeddah, welcome to America, hingga bagaimana ia memimpin komunitas baru.
Buku ini sangat menarik untuk dibaca, selain menambah wawasan bagaimana kehidupan orang Islam di belahan bumi lain, buku ini juga menyampaikan sebuah memoar yang luar biasa. Dalam prolog sudah terbayang bagaimana ia harus menerima hujatan saat ia akan pulang ke Queens pasca adanya peristiwa serangan bom ke gedung WTC New York.
"Aku menghela napas. Kutenangkan hati sebelum berkata, " Ada orang Islam yang baik, ada juga yang jahat. Barangkali mereka itu Muslim, tetapi yang berhati jahat the evil one." ( halaman 7)
Imam Shamsi yang semasa kecil dipanggil Utteng, dan belajar di pesantren sering membuat Amma ( ibu)nya marah, karena apa yang dilakukan ibunya bertentangan dengan yang diajarkan di pesantren. Dan sebagai anak yang paham akan ajaran Islam ia melawan ibunya.
" Ini tidak ada dalam Islam Bu, jangan sampai kita terjerumus dalam kemusyrikan." Begitu berani ia melawan ibunya untuk urusan menegakkan kebenaran( halaman 17).
Puang/ Ayah Utteng saat ditanya Kyai Jabbar apa arti Utteng dan tidak bisa menjawab dapat diputuskan untuk mengganti nama tersebut menjadi Muhammad Shamsi Ali yang diharapkan menjadi orang yang memiliki sifat terpuji serta dapat menerangi umat dengan cahaya kemuliaan yang tinggi.
Harapan ini terbukti setelah lulus pesantren Shamsi Menempa hidup di Pakistan. Ia bukan orang kaya sempat ada keraguan saat ingin berangkat. Tetapi karena ada calon penerima beasiswa yang meninggal, ia pun maju sebagai penggantinya. Tentu ini bukan kebetulan. Semua atas izin Allah.nMasa kuliah di Pakistan menempanya menjadi dai yang mumpuni.
Pada memoar pertautan hati, buku ini mengisahkan bagaimana ia berjodoh dengan Muthiah. Muthiah gadis kecil yang sudah lama dikenal, tetapi muncul saat ia sudah mapan dan ingin berumah tangga. Ia memboyong istrinya ke Pakistan tahun 1991. Perjuangannya sebagai guru sekaligus sebagai mahasiswa dengan memiliki keterampilan mengajar atau sebagai pelatih bela diri puncak silat, sangat menolong kehidupannya.
Imam Shamsi sebelum pindah ke AS beliau sempat tinggal di Jeddah bersama istri dan 2 anaknya. Profesinya sangat dihargai dan sering diundang memberikan ceramah agama kepada pegawai dari pemilik toko di Jeddah. Ia pun banyak mendapat hadiah berupa buku yang akan menambah wawasannya dalam berdakwah.
Tahun 2020 di AS, ia melebarkan sayap dan membuka kerja sama dengan gereja Saint John di wilayah dekat Colombia Uniersity. Ia memberikan presentasi tentang Islam kepada jamaah gereja. (Halaman 122). Kehidupannya saat bertetangga dengan orang Irlandia yang akhlaknya baik, sehingga membuka wawasan tentang konsep fitrah. Bahwa di setiap diri manusia ada fitrah yang tak padam.
Di dalam buku ini digambarkan bagaimana Islam yang cinta damai. Ada pesan untuk presiden Bush dari pemimpin agama untuk menjaga perdamaian.
"Sekalipun di tengah kemelut yang tampaknya tak berujung, aku berusaha untuk tetap teguh dengan pilihanmu. Mengabarkan kepada setiap orang tentang bagaimana esensi Islam yang sebenarnya.
Kehidupan Imam Shamsi di AS bersama keluarga saat membangun komunitas muslim dengan Yahudi penuh strategi. Bagaimana ia menerapkan agar Islam Nasrani dan Yahudi bisa hidup berdampingan dengan damai.
Buku ini merekam jejak seorang Imam Shamsi yang sukses membangun komunitas dalam berdakwah. Penulis berhasil mengabadikan setiap langkah dan pengalaman hidup Imam Shamsi secara mendetail. Bahasa di dalam buku ini mudah dicerna dan penuturannya pun sangat menarik untuk dibaca hingga tuntas. Itu lah yang menjadi salah satu kelebihan buku ini.
Dari sisi kekurangan, hampir tidak ada. Buku ini sudah dalam pengawalan ketat tim editor penerbit mayor yang sudah profesional. Bersyukur bisa meresensi buku ini, karena bisa ikut berkelana ke bumi bagian barat sekaligus Africa. Bagaimana keberuntungan satu diikuti keberuntungan lain saat Imam Shamsi Ali berdakwah.
Surakarta Hadiningrat 17 Januari 2023
#Sabusakel khusus resensi.
7 Comments
Alhamdulillah....
ReplyDeleteTerima kasih, Bu.
Pelajaran yang berharga.
Alhamdulillah bisa Istikamah membuat resensi walaupun belum maksimal
DeleteWah keren sekali tulisannya
ReplyDeleteAlhamdulillah, apalagi baca bukunya
DeleteBerkali-kali membaca, enggak bosan.
ReplyDeleteMari belajar meresensi buku
DeleteKeren...membuat resensi buku. Salam sehat dan tambah sukses 👍👍👍👍👍
ReplyDelete