Sepenggal Senja di Makassar Pasca Banjir


Sepenggal Senja di Makassar Pasca Banjir 

Oleh: Sri Sugiastuti 


Senja tak beda dengan nadir. Ialah waktu saat sang musafir melewati takdir.”

Kutipan di atas sangat cocok dengan suasana hati Bu Kanjeng saat ia menulis catatan perjalanannya kali ini. Menjelang senja saat pesawat Lion Air menerangkan ya dari Yogyakarta Internasional Airport menuju Makasar. Ialah musafir yang mengharapkan takdirnya baik.

Rencana mengunjungi Indonesia bagian timur sudah membuncah sejak  akhir tahun 2022. Banyak magnet yang menarik hatinya agar agenda tersebut bisa terlaksana. Kodratullah tiket sudah dipesan 3 minggu sebelum mengadakan perjalanan. Rute yang diambil, Yogyakarta menuju Makassar  yang terjadwal tanggal 17-21 Februari  2023. Pertanyaan pasti muncul " ngapain ke Makasar? Ada tugas? Mengunjungi keluarga? Atau sekadar healing?
Suasana YIA Kulonprogo dengan view yang memesona Docpri

Jawabannya ada di catatan perjalanan ini. Alhamdulillah perjalanan dari Solo menuju bandara YIA via bus umum dengan merogoh kocek 100 ribu rupiah sudah dengan porter di terminal dan bandara, aman, dan nyaman.


Bu Kanjeng sangat menikmati perjalanan siang hari itu. Udara cerah langit biru menyusuri jalan yang padat dan melintasi pemandangan sawah dan perumahan desa yang modern maupun yang tradisional.
Sudut Bandara YIA Yogyakarta Internasional Airport 

Pengemudi Bus yang membawa penumpang umum ke tujuan akhir Cilacap, bersedia mengantar Kanjeng sampai pintu kedatangan Bandara. Barang bawaan berpindah ke porter.  Duh penyakit  selfie Bu Kanjeng kumat. Untung ada Pak Porter, ia  minta tolong  supaya mengambil foto
Bu Kanjeng di depan Bandara loh.

Bu Kanjeng menikmati setiap jengkal keadaan YIA dan membandingkan dengan Bandara lain yang sudah disinggahi. Check in selesai Bu Kanjeng menuju musala. Bu Kanjeng berharap toilet juga ada di sekitar musala. Ternyata tidak. Terpaksa sambil salat ia menahan pipis. Usai salat masih tersisa 2 jam untuk menunggu kedatangan pesawat.
 
Alunan musik di ruang  tunggu membuat Bu Kanjeng bernostalgia dengan lagu- lagu yang disajikan. Sementara Bu Kanjeng membuka bekal nasi yang dibawa dari rumah. Nasi porsi besar yang harusnya untuk adik sepupunya yang di Yogyakarta. Tetapi karena tidak mampir ke Yogyakarta terpaksa harus dimakan bekal itu.

Akhirnya panggilan untuk segera masuk ke pesawat diumumkan. Bersegera Bu Kanjeng menuju pesawat.  Wow ternyata pesawat kosong... nyaman. Suasana mendung menyelimuti bumi, tak mengurangi semangat Bu Kanjeng sampai ke Makasar. Pastinya ada Bu Telly dan Pak Ardi yang menjemputnya di bandara.

Saat tiba di bandara  Sultan Hasanuddin Makasar. Docpri

Wow dari kejauhan terlihat Bu Telly dengan busana muslimah berwarna hitam yang cantik menawan. Usut punya usut bocorannya, gaun yang dikenakan, gaun saat umrah sebelum pandemi. Ada juga Pak Ardi yang siap mengajak kami, menikmati malam pasca banjir di Makasar. Tentu saja Makasar sangat berbeda dengan  Makasar yang Bu Kanjeng kunjungi 9 tahun lalu.

Sepanjang jalan keluar dari tol, kami asyik ngobrol tentang banjir, RVL, dan juga perkembangan kota Makassar yang melesat. Sepanjang perjalanan Bu Kanjeng mengingat memorinya 9 tahun lalu.  Jalanan tidak macet, tidak juga lenggang. Saat berhenti di trafic light,  terdengar sayup- sayup ada orang yang mengaji. Kami hal itu Q.S At Tin. Ternyata ada orang yang menjual ayat di trafic ligh5 dengan tujuan tertentu.  Bu Telly spontan ikut melantunkan ayat- ayat yang dilantunkan. Sementara tangannya sibuk merogoh tas mengambil uang, sedangkan Pak Ardi waspada mengamati dari kaca mobil. Orang tersebut lanjut dengan Q.S  Ar-rahman, lampu hijau menyala, kami meninggalkan si penjual ayat. 

Pak Ardi pun berbagi pengalaman. Pernah terjadi saat sibuk mengambilkan uang,  hape melayang. Intinya modus kejahatan ada  dimana- mana. Mobil kami melaju sambil sesekali Bu Telly sebagai guide lokal memandu Bu Kanjeng dengan gayanya.

Ya, Makasar berkembang pesat. Diurugnya laut hingga muncul permukiman baru Citraland Ciputra. Penghuni lama para nelayan dengan rumah kumuhnya musnah. Mereka pindah ke Rumah Susun. Tentu saja saat mereka harus rela melepaskan kampung halamannya. Tetap saja orang yang punya uang yang punya ide lebih dominan menguasai  dunia.

Senja beranjak malam. Waktunya kuliner,  kata batin Bu Kanjeng.  Pak Ardi parkir di depan coto jalan gagak. Ahh, ternyata 9 tahun lalu Bu Kanjeng pernah menikmati Coto  yang luar biasa. Melegent dan memang andalan. Padahal sudah sampai generasi ke 3.

Suasana malam, udara sejuk pasca banjir masih terasa. Semanggok Coto bersama beras dan ketupan sangat menyelera dan lezato. Kami nikmati 3 mangkuk coto, plus lain- lainnya.

Tak terasa waktu bergulir. Sudah hampir jam cindrelela. Sambil menuju ke rumah Bu Telly obrolan masih berlanjut. Mau membaca kisahnya? Tunggu ya di catatan berikutnya

Post a Comment

18 Comments

  1. Membaca tulisan ini, serasa ikut melakukan perjalanan bersama bu kanjeng. keren dan asyik tulisannya bu Kanjeng.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah singgah. Tunggu lanjutan yang ya

      Delete
  2. Hem...nikmatnya travelling...ke Makassar...
    pisang epe...sop konro...mi thithik...
    Nikmat sekali...
    Selamat berhealing ria Bunda...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Ini bagian dari mensyukuri nikmat sehat dan sempat

      Delete
  3. Wowww....., perjalanan memberi asyik dan hiburan, penuh dengan catatan yang digores tangan penulis yang penuh motivasi dan inspirasi.

    Semangat Bu Kanjeng, holiday dan history bersambung dalam catatan pena penuh petualang , kaya makna dan manfaat.
    Good dan good !!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Pak Made,next bisa ya saya healing ke pulau dewasa?

      Delete
  4. Luar biasa ...jelong2 bersama keluarga. Sampai bisa jadi tulisan yg indah dan menawan 😍😍😍😍😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sendiri. Ketemu sahabat literasi dan teman SMP

      Delete
  5. Baca artikel bu kanjeng, saya hanyut terbang ke mskasar4

    ReplyDelete
  6. Kisah perjalanan yg menyenangkan

    ReplyDelete
  7. Wah, jadi pingin jg jalan-jalan ke Indonesia Timur.

    ReplyDelete
  8. Wahh asyik sekali. Kapan ngajak aku Bu jalan-jalan. Semoga perjalanan lancar penuh makna. Salam tuk Bu Telly. Sehat selalu Bu Kanjeng

    ReplyDelete
  9. Masya Allah, perjalanan singkat namun bisa menorehkan catatan panjang, mhn maaf jika layanan tdk maksimal Bu Kanjeng.. Jangan bosan bosan ke Makassar yah.. next time ajak keluarga.. in shaa Allah jika diberikan kesehatan prima dan umur panjang, siap melayani.

    ReplyDelete