"Tiwi, mau gado-gado atau rujak?" Suara lembut itu tetap saja mengagetkan Pratiwi yang sedang asyik main Halma bersama saudara tirinya.
"Tiwi, gado- gadonya tidak pedas dan nggak pakai lontong ya Bude, " pinta Tiwi.
Bude Maria selain sebagai istri tentara, ia juga seorang penjual gado-gado, rujak, dan sayur mayur. Warung itu dikelola sejak ia menempati komplek saat usia anak bungsunya masih bayi.
Dalam hitungan sekejap Bude Maria meracik gado-gado yang diminta Pratiwi. Sementara kedua anak perempuan yang hampir sebaya itu, melanjutkan main Halma.
Pratiwi ada di rumah Bude Maria sedang menikmati liburan sekolahnya. Saat liburan memang jadi momen spesial buat Pratiwi kecil dan dua adiknya. Mereka diizinkan ibunya menginap di rumah Bude Maria selama liburan.
Bude Maria tinggal di Kebayoran baru, tepatnya di komplek CPM beserta 5 anaknya dan Pakde Sutrisno. Enam bulan yang lalu Pakde Sutrisno menikahi ibunya. Sejak itu mereka jadi keluarga besar.
Hubungan Pratiwi dengan Bude Maria sangat dekat. Sepertinya sosok Bude Maria melengkapi sosok ibunya Bu Ambarwati yang sibuk dan punya banyak ide, tetapi keinginannya sangat keras. Kadang ketika memerintah semi diktator. Sementara Bude Maria lebih sabar dan lembut dalam melayani Pratiwi dan adik-adiknya. Perlakuan seperti itu rasanya memang aneh dan langka. Tetapi nyata dan ada. Pratiwi tidak bisa melupakan sosok Bude Maria.
Bude Maria yang perkawinannya diduakan sebagai istri tua. Rela berbagi suami, sekaligus mampu menyayangi 3 anak dari 'madu' nya. Bude Maria dan Ambarwati membesarkan anak- anak bersama. Mereka dua perempuan pekerja keras, yang membantu ekonomi keluarga demi masa depan anak mereka.
Ketika Pratiwi masih kecil, dia belum paham, saat ibunya mau menikah dengan orang yang sudah punya istri. Pratiwi hanya ingat ketika ibunya mengatakan bahwa perkawinannya sah, dan tidak menuntut nafkah penuh dari Pakde Sutrisno, karena Bu Ambarwati mampu menghidupi ke-3 anaknya.
Begitu juga saat Bude Maria yang
mengagumi Bu Ambarwati karena sangat tegas, pintar cari rezeki dan menyayangi anak- anak Bude Maria. Bila Bude punya masalah dengan anak-anak dan suaminya, Bude Maria akan lapor ke Bu Ambarwati. Selalu ada solusi terbaik bila Bu Ambarwati diminta menyelesaikan masalah.
Suatu hari Pratiwi sempat nguping. Bude Maria ke rumahnya dan mengeluh kalau putra sulungnya yang sekolah di STM Penerbangan diancam akan dikeluarkan dari sekolah karena tawuran. Solusi yang diambil Ambarwati saat dimintai saran, dengan cepat diputuskan anak itu pindah sekolah dan tinggal bersama keluarga Ambarwati.
Artinya ada warga baru. Pratiwi dan adik- adiknya menerima Mas Tutuko, anak sulung Bude Maria dengan hati senang. Ia berbagi kamar dengan adik laki-laki Pratiwi.
Suasana rumah mereka jadi ramai saat malam hari. Jam belajar dari pukul 19. 00 sampai pukul 21. 00,
saatnya mereka mengerjakan PR atau belajar pelajaran yang tadi pagi diajarkan gurunya. Pratiwi sangat bersyukur, bila ada PR yang sulit ia bisa bertanya pada Mas Tutuko, kakak tirinya
Kebaikan hati Ambarwati kepada keluarga "madunya" juga kepada anak tirinya salah satu yang membuat Bude Maria, hormat dan segan kepada Ambarwati.
Keluarga Ambarwati dan Bude Maria sering menjadi buah bibir tetangga di lingkungan keduanya.
"Kok bisa ya mereka hidup rukun?"
Padahal biasanya kalau perempuan hatinya diduakan kebanyakan bermusuhan, iri dengki bahkan ada yang membuat kubu saling Menyakiti.
Seiring berjalannya waktu, saat Pratiwi sudah dewasa, baru lah, ia paham. Kemuliaan hati Bude Maria, bersedia melamar dan menghadiri pernikahan Bu Ambarwati dan suaminya karena sejak ia melahirkan anaknya yang ke 5 ternyata, Bude Maria tidak bisa melayani suami seperti kewajiban seorang istri.
Pratiwi banyak belajar dari sosok perempuan yang ada di sekitarnya. Ternyata setiap hamba Allah sudah punya takdir masing-masing. Bagaimana si pemilik takdir itu menerima dan menjalaninya.
Bersambung
25 Comments
inspiratif bunda👍👍
ReplyDeleteAlhamdulillah,
DeleteKeren lanjut
ReplyDeleteSiap
DeleteLanjut bunda
ReplyDeleteInsyaallah
DeleteKeren ya bu
ReplyDeleteBu Dosen, mana karyanya saya tunggu
DeleteMuantebb...
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteAsyik...Bu🙏🙏👍 penasaran nunggu sambungannya
ReplyDeleteSiap, ditunggu ya
DeleteLanjut Bunda
ReplyDeletePak Parno juga suka ya tulisan tentang sosok yang ada di sekitar kita?
DeleteEngga bisa berkata-kata
ReplyDelete..jarang lho seperti itu dalam kehidupan nyata...
Ikuti kelanjutannya
DeleteTulisan Bunda selalu inspiratif.
ReplyDeleteSemoga
DeleteTulisan Bunda Kanjeng penuh makna
ReplyDeleteSmg pesannya sampai
Deletetulisan yg menghidupkan suasana. keren bu 😍
ReplyDeleteSuasana apa ?
DeleteTerima kasih, Bu Kanjeng
ReplyDeleteSami2
DeleteWaaw.. Sll bikin pmbaca terinspirasi..n pingin sgra tau kisah slnjutnya...
ReplyDelete