Sport Jantung

Action  usai cari kayu bakar Dok pribadi

Oleh: Sri Sugiastuti 

"Aduh" suara Pak Kanjeng yang ada di sebelah Bu Kanjeng membangunkan tidurnya.
Tiba-tiba Pak Kanjeng tidak sadarkan diri. 
"Istiqfar Pak. Astaqfirullahalazim...Astaqfirullahalazim." Bu Kanjeng sudah langsung dredeg. Terlintas wajah Buliknya saat di ICU jelang sakratul maut menjemputnya.

Tinggal di rumah hanya berdua dengan Pak Kanjeng, dalam kondisi seperti ini sangat membingungkan. Bu Kanjeng keder apa yang harus dilakukan. Memberi pertolongan Pak Kanjeng, menelpon anak yang di Kartasura, buka pintu minta pertolongan tetangga.

Melihat kondisi Pak Kanjeng dengan mata terbalik dan tidak merespon sama sekali. Hati dan pikiran Bu Kanjeng tetap tertuju kepada Allah. Panik tetap menyelimuti. Pegang hape tangannya gemetar.  Menuju telpon duduk, ribet dia harus mencet- mencet angka beberapa digit.

Upaya membuat Pak Kanjeng sadar sulit dilakukan, kecuali menepuk- nepuk wajahnya. Dan memasukkan jari tengah ke mulut Pak Kanjeng. Tentu saja jari itu tergigit dan berdarah.

Akhirnya, ia berhasil menelpon anaknya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pak Kanjeng yang gempal. Bu Kanjeng ingin suami sadar dan mendapatkan pertolongan secepatnya. Usahanya sisa-sisa. Pak Kanjeng matanya tetap terpejam dan tidak merespon sama sekali.

Sambil menahan tangis akhirnya Bu Kanjeng berhasil menghubungi anaknya yang sulung.

"Bapak...Bapak pingsan,  Nak. Ini tidak respon sama sekali. Cepat ke rumah." Langsung telpon ditutup. 

Masih dengan tubuh gemetar Bu Kanjeng berhasil membuka pintu pagar rumahnya. Di luar masih hujan sejak tadi sore. Suasana sepi.Beberapa rumah yang diketuk tidak respon. Bu Kanjeng berlari ke arah Utara. Akhirnya Pak Arief terbangun, dan meluncur bersama istrinya ke rumah Bu Kanjeng.

Ketika Bu Kanjeng kembali ke kamar,  Pak Kanjeng dalam posisi miring tertidur tenang. Perlahan Bu Kanjeng membangunkannya. 

"Pak ...Pak..bangun Pak!" Perlahan  mata Pak  Kanjeng terbuka. Tetapi pandangannya kosong.

"Ini lihat tangan ibu berdarah. Tadi ibu panik. Ibu masukkan jari tengah ibu supaya bapak merespon, saat Bapak pingsan tadi."

Pak Kanjeng masih tetap terdiam dan tidak mengenali Bu Kanjeng, juga Pak Arief dan istrinya   yang datang karena diminta  Bu Kanjeng agar menolongnya.

"Ngopo...kok datang kesini?" Tanya Pak Kanjeng dengan tatapan kosong.

Apa mungkin Pak Kanjeng kesurupan? Sampai anak-anak datang Pak Kanjeng masih blank. Pertolongan pertama yang dilakukan anak-anak memijiti kakinya sambil mengajak Pak Kanjeng berkomunikasi. Memberinya minum jahe hangat. Sementara Bu Kanjeng ambil air wudu dan salat tahajud. Usai salat dan berdoa. Kejadian yang baru dialami melintas berulang. Ada hikmah apa di balik peristiwa ini.

Entah masih blank atau faktor apa, Bu Kanjeng mengamati kondisi Pak Kanjeng sangat berbeda. Sementara ketika ditanya yang dirasakan apa, jawabannya ngantuk dan lemas.

Bu Kanjeng mencoba menelusuri kronologis kegiatan Pak Kanjeng.dan dirinya. 
Menikmati  sejuk dan indahnya panorama alam air terjun Jumog.  Dok Pribadi

Ya, hari Selasa sibuk ada  tamu 5 orang dari Jakarta  ada kegiatan nyekar ke makam orangtua dan kerabat. Lanjut ke rumah Bude yang baru pulang umrah.Setelah itu menjamu tamu di Ndalem kopi Solo Anyar sampai pukul 22.00.

Hari Rabu masih dalam rangka ngantar tamu, mereka ke obyek wisata air terjun Jumog, ke kebun teh Bukit Teletubis Kemuning, lalu makan siang di Ayam tim Mbok Yem. Pulangnya masih mampir salat asar di masjid Agung Madaniyah Karanganyar.

Di masjid Agung Madaniyah Karanganyar.Dok Pribadi

Kamis sore ke Sragen acara peringatan 40 hari meninggalnya adik. Dalam pantauan Bu Kanjeng aman saja karena dalam suasana santai dan nyaman. Walaupun cuaca kurang bersahabat. 

Kegiatan hari Jumat hanya ngantar Bu Kanjeng rapat di Yayasan dan pagi ke kebun samping rumah memetik beberapa buah alpokat yang siap dipetik. Bada isya masih makan bareng Bu Kanjeng sepiring berdua dengan lauk seadanya. 

Kegiatan selanjutnya,  Bu Kanjeng selonjoran sambil menjawab WA yang masuk dan Pak Kanjeng asyik dengan channel youtube kesayangannya. Bu Kanjeng duluan rehat karena sudah ada rencana bangun lebih awal karena ada yang harus diselesaikan saat dini hari.

Ternyata yang terjadi  Sabtu dini hari ada  sport jantung untuk  terapi Bu Kanjeng. Ia harus menyadari bahwa orang yang mendampinginya selama 37 tahun, sudah tidak muda lagi. Termasuk dirinya. Harus bisa mengatur irama hidup agar  selaras antara kesehatan fisik dan kesehatan lahir batin. Semoga  sport jantung yang dialami Bu Kanjeng cukup kali ini saja.

Surakarta Hadiningrat, 18 November 2022

Post a Comment

8 Comments