Pencerahan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)




Oleh: Sri  Sugiastuti 

Menjadi Kepala Sekolah saat usia sudah senja memang berbeda. Itu yang dialami Bu Kanjeng tadi pagi. Serangkaian catatan kecil akan hadir menjadi bagian dari cara Bu Kanjeng berliterasi. 

Dua hari lalu di grup MKKS Surakarta langsung muncul dua nodin (Nota Dinas) 1 nodin undangan untuk Kapro kepala program produktip tiap sekolah dan 1 nodin untuk Kepala Sekolah dan Wakakur. Sedangkan kegiatannya adalah sosialisasi IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka). Dalam minggu-minggu ini gencar dipantau lewat akun belajar.id.

Diskusi masalah kurikulum yang identik dengan ganti menteri ganti kurikulum sudah tidak asing lagi. Rasanya guru belum seratus persen menguasai kurikulum K-13  yang disempurnakan, dengan hadirnya Covid-19  hampir bersamaan dengan ganti menteri,  ganti pula kurikulum pendidikan di Indonesia. Suka tidak suka para guru harus bersegera move on menuju kurikulum merdeka.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam pengembangan Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan Kemendikburistek terkait kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.

Merujuk pada kondisi dimana pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyaknya kendala dalam proses pembelajaran di satuan Pendidikan yang memberikan dampak yang cukup signifikan.

Dalam rangka sosialisasi IKM sekaligus memantau kesiapan tiap kota dan kabupaten dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka itu bagaimana? Kesulitan apa yang dihadapi? Aksi Nyatanya seperti apa? Bagaimana mengajak atau memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan latar belakang yang berbeda. 

Tidak bisa dipungkiri kita yang berada di garda terdepan mendidik generasi penerus, memiliki tanggung jawab moral untuk mengajak peserta didik lewat jalur sekolah menyiapkan mereka menjadi generasi yang unggul. Yang diharapkan pada tahun 2045, dimana Indonesia genap berusia 1 abad sudah mampu menjadi generasi emas yang membanggakan bangsa dan negara.

Di dalam implementasi kurikulum merdeka semua giat sekolah dan guru dipantau dalam 1 platform Merdeka Belajar. Dengan aksi nyata berupa projek kepada  siswa atau aksi nyata dalam Literasi dana praktik baik yang sudah dilakukan. Diharapkan semua berperan aktif  dan  mewujudkan satu program nasional yang berkelanjutan.  Tidak heran bila bermunculan kreativitas para guru yang diunggah di dunia maya dan menjadi catatan digital para pelakunya.

Menyikapi program yang telah dicanangkan. Dalam satu sekolah yang memegang peranan penting adalah Kepala Sekolah yang memiliki power untuk menggerakkan guru karyawan dan siswa untuk memiliki satu target mulai agar bisa hidup sukses dan bahagia.

Pak Langgeng selaku pendamping memaparkan banyak hal, tentang apa yang harus dilakukan  Kepala Sekolah dan staf jajarannya. Bagaimana mengoptimalkan platform Merdeka dengan kemampuan digitalnya masing-masing. Yang pada akhirnya kembali kepada hati nurani kita.Mau berubah atau  tidak. 

Banyak pelatihan gratis diadakan. Upaya pemerintah sepertinya sudah maksimal.  Anggaran yang dikeluarkan  pun tidak sedikit. Sayang bila kita yang menjadi bagian dari perubahan itu tidak merespon cepat dari yang diberikan. Seharusnya kita cepat tanggap,  mau belajar dan merespon positif dari semua kebijakan yang  diberlakukan.  

Bagaimana di dalam satu sekolah memiliki komitmen untuk bersama - sama mewujudkan P5, sesuai dengan cita-cita besar bangsa ini.Artinya penerapan platform belajar harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan aturan yang ada dan kemampuan masing-masing untuk mewujudkan mimpinya

Bu Kanjeng mengikuti rangkaian acara itu hingga pukul 12.00 karena ada satu sesi lagi dari Kasi SMK cabang wilayah VII Surakarta, provinsi Jawa Tengah. Kesempatan emas ini menjadi bagian dari pencerahan yang selama ini dinanti Bu Kanjeng. 

Saat sesi tanya jawab dan sharing, karena narasumber begitu menguasai materi dengan langsung memberikan pertanyaan yang mewakili kebingungan peserta, suasana menjadi tidak hidup, tidak ada peserta yang ngantuk. 

Pertanyaan sepele seperti ; Kapan bapak ibu mengadakan tes formatif dan sumatif ? Kapan kegiatan P5 diadakan? Target apa yang ingin  dicapai ? Bagaimana bentuk rapot dari Siswa kelas 10 yang menggunakan Kurikulum Merdeka? Tentu saja aneka pertanyaan itu jadi menarik mana kala, setiap wakakur menjawab dengan apa yang sudah  mereka lakukan.  Apalagi rata-rata wakakur sudah punya sertifikat mengikuti diklat P5. Saling sharing secara luring seperti ini memang  sangat dirindukan. 

Semoga sosialisasi sebagai pencerahan pagi hari ini menambah wawasan sekaligus untuk penguatan agar bisa lebih kreatif dan produk  dengan komitmen yang baik mewujudkan apa yang menjadi tujuan pendidikan.


Surakarta Hadiningrat, 01 Desember 2022.

Post a Comment

13 Comments

  1. Luar biasa....
    Kegiatan Bunda selalu berbuah tulisan.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah

    Meredeka...

    Belajar memang kudu merdeka

    ReplyDelete
  3. Mantap bunda .. tulisannya sangat bermanfaat... semangat ya Bundaku sayang....

    ReplyDelete
  4. Semangat bunda kanjeng
    Dan tetap berada di garda terdepan demi penerus bangsa

    ReplyDelete
  5. Hebat bunda..kegiatannya padat. Itu Yang menjauhkan Dari pikun

    ReplyDelete
  6. Terima kasih Bu kanjeng telah berbagi infonya

    ReplyDelete
  7. Semangat bunda kanjeng untuk adaptasi menghadapi IKM luar biasa. Mantab

    ReplyDelete
  8. Pengalaman apapun selalu jadi tulisan keren! Mtr nuwun pencerhannya Bu!

    ReplyDelete
  9. Belajar sepanjang hayat. Merdeka belajar. Terima kasih paparannya

    ReplyDelete
  10. Tulisan yang bermanfaat. Salam sehat selalu

    ReplyDelete