Sri Sugiastuti
Bu Kanjeng dalam masa Work
from Home selalu tenang. Sudah bertumpuk ide yang bisa jadi tulisan. Benar
apa yang dikatakan Much Khori dalam bukunya "SOS" ( Sapa Ora Sibuk)
di halaman 7 dengan subjudul "Menulis, Manajemen Kesibukan) yang Intinya
pembaca diminta bisa membagi waktu dengan baik. Salah satu cara ialah dengan
mengelola kesibukan. Beliau memberi contoh beberapa tokoh yang super sibuk
tetapi tetap eksis menulis. Ada Pak Dahlan Iskan, Ust Yusuf Mansur dan Much
Khoiri tentunya yang bisa mengelola kesibukannya.
Bu Kanjeng mengamini pernyataan itu. Dengan bekal
silaturahmi, membaca alam dan lingkungan atau jadi pendengar yang baik. Semua itu bisa menjadi tabungan ide untuk
bahan tulisan. Modal itu digunakan semaksimal mungkin dan menyediakan waktu
untuk ketak ketikdi tablet atau Latop
jadulnya.
Hasil pengamatan Bu Kanjeng , ternyata ada celah di balik
wabah. Benarkah? Tentu saja benar. Ini jadi satu gagasan untuk ditulis Bu
Kanjeng. Celah itu menurut Bu Kanjeng bisa berupa rezeki, ilmu, kesehatan atau
sesuatu yang diperlukan. Mereka yang bisa menangkap peluang itu adalah orang
yang beruntung. Selain itu jangan heran, bila ada yang justru mengambil
kesempatan dalam kesempitan.
Kesempatan itu biasanya diambil oleh orang yang kreatif,
kaya akan ide dan mau bergerak. Yang terpenting ia punya sense of business. Apa
saja yang bisa dijual atau dibutuhkan di saat Dunia melawan Corona? Masker,
empon-empon, hand sanitizer, dan pernak perniknya.
Bu Kanjeng pernah mengamati produk minuman jahe merah saset isi 12 sebelumnya ada
pandemi covid 19 di hargq 12 ribu. Sekarang melesat ada yang menjual 17.500
rupiah ada juga yang tembus dengan harga 20 ribu rupiah. Begitu juga harga
masker melambung bahkan langka di apotik dan di pasaran. Tetapi di pasar online
selalu ada penawaran. Konon larus manis. Itu bagian dari cara Allah memberi
rezeki bagi mereka yang mau mengambil peluang tersebut.
Bagaimana dengan yang membutuhkan empon-empon yang diyakini
sebagai penangkal virus Corona. Bu
Kanjeng juga jadi pengamat saja. Jelas harganya pun ikut berkibar. Apa kah
petani menikmati keuntungannya langsung ? Belum tentu. Yang jelas mereka yang
punya uang, kesempatan dan mau mengambil celah tersebut. Bu Kanjeng ikut
sebagai pembeli. Kalau telannya ikut terjun langsung Bu Kanjeng senang
setidaknya ia bisa ikut membeli.
Ada temannya yang langsung membeli jahe emprit ke petani dan
dijual lagi dalam berbagai kemasan. Dari yang kemasan besar, hingga eceran
dengan menambahkan empon-empon lain untuk sekali konsumsi di harga 4 ribu
rupiah. Alhamdulillah laris manis.
Hasil nguping dan dapat info sana sini, Bu Kanjeng jadi
paham bahwa sebenarnya yang terkena imbas langsung untuk pangan itu petani dan
peternak. Sepinya bisnis rumah makan dan dilarang mengadakan pertemuan, pesta
yang mengundang kerumunan mengakibatkan usaha katering, restro dan hotel sepi.
Jadi tidak heran jika selisih harga di pasar dan beli
langsung ke petani dan peternak sangat jomplang. Siapa yang diuntungkan?
Pedagang yang punya uang dan memanfaatkan situasi ini. Memang ada sebagian
konsumen yang bisa memanfaatkan harga murah itu tetapi tetap kalah dengan
pedagang bermodal besar.
Menurut Bu Kanjeng, bila mau melihat peluang yang ada dan
memanfaatkan pasti ada reward yang didapat. Masalahnya mau atau tidak.
Persaingan tetap ada. Tetapi perlu diingat juga bila berjualan secara jujur dan
fair insyaallah akan barokah. Tetapi kalau menggunakan aji mumpung pasti hanya
sekejap. Pembeli kapok.
Menyoal masalah celah di balik wabah ada pengalaman yang
perlu dimaklumi oleh Bu Kanjeng saat beli bandeng presto dari teman pengajian
yang ada di WAG. Ia harus menekan rasa kecewanya dan berpikirkreatif.
Biasanya di group selain diisi info berbagi hadist, motivasi
atau pencerahan juga bermunculan promo jualan online. Kali ini Bu Kanjeng
tertarik dengan kemasan bandeng presto berisi 2 ekor dibandrol dengan harga 12
ribu rupiah. Menurut Bu Kanjeng itu standar sama harganya bila beli di pasar.
Saat diantar ke rumah dan dibayar ternyata yang dipresto itu
bayi bandeng. Alias tak sesuai dengan bayangan Bu Kanjeng. Bu Kanjeng menyesal?
Tidak. Ia bisa menyulap bayi bandeng itu setelah ditambah daun kemangi dan
bumbu lain lalu dibungkus jadi pepes. Untuk memanfaatkan tenaganya agar tidak
mubazir ada tahu seharga 4 ribu rupiah dan sebutir telur juga dieksekusi jadi
pepes tahu.
Nah akhirnya si pepes bandeng dan pepes tahu pun bersanding
di meja. Hidangan itu bisa sebagai teman makan sekeluarga. Stay at home and work from home masih bisa dinikmati.
#Soloraya 2020
#Dunia melawan Corona
#Celah di balik wabah
#Semangat literasi
Bersambung
30 Comments
Semangat literasi bunda sayang. Terimakasih selalu berbagi kisah inspiratif
ReplyDeleteKembali kasih sayangku
DeleteSalam.literasi
Mantab....sangat menginspirasi bu
ReplyDeleteAlhamdulillah Happy writing
DeleteBiar pun bayi tetap bandeng kan bu kanjeng he he...
ReplyDeleteYa dan bsa disulap jadi pepes yang maknyus
DeleteTerima kasih Bunda, ilmu dan virus semangatnya.
ReplyDeleteMisami,Salam blogger
DeleteBagus bangeet ibu... Terimakasih..
ReplyDeleteJangan lupa PRnya ya
Deleteterimakasih bunda sayang....lanjutannya kutunggu
ReplyDeleteSiap.Buku saya kirim hari ini ya
DeleteSemoga kita semua sehat selalu dijauhakan dari segala wanah penyalit didekatkan dengan rizki yang melimpah dan barokah
ReplyDeleteAllahuma Aamin Aamiin YRA
DeleteLuar biasa tulisannya
ReplyDeleteUsul penggunaan tagar (#) tulisannya bisa tanpa spasi
#SalamLiterasi
Terima kasih Om Bams Krisannya
DeleteSetiap celah adalah berkah.
ReplyDeleteYa sepakat, jadi harus tetap semangat ya. Terima kasih sudah berkunjung
DeleteWahhhh uenakkk dong peoesnya. He33
ReplyDeletePepes korban corona
DeleteWah luar biasa menulisnya renyak dan bisa bersambung. Ini jd inspirasi jadinya. Lanjut Bu kanjeng
ReplyDeleteYa berharap bisa jd buku
DeleteMampir cakinin.blogspot.com
ReplyDeleteSiap Komandan
DeleteTerimakasih Bunda yang selalu membagi kasih lewat tulisan inspiratifnya.
ReplyDeleteKembali kssih
DeleteMeliput suasana menjadi untaian kalimat. Sae bun.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Sehat njih Pak
ReplyDeleteMantaap, Bu Astuti
ReplyDeleteHebat bu.
ReplyDelete