Sri Sugiastuti
Seharusnya hari ini terjadi arus
balik yang cukup ramai seperti kebiasaan rutin setiap Hari Raya Idul Fitri.
Tetapi tidak untuk Hari Raya Idul Fitri tahun ini yang terhadang Corona. Mudik
sangat identik dengan penyebaran virus Covid-19 dan ini sudah diantipasi sejak
awal. Jadi kebijakan dilarang mudik harus diterima dengan lapang dada oleh para
pemudik.
Mudik yang sudah dinanti setiap
tahun saat Ramadan berakhir, untuk tahun ini closed. Lalu lalang, hingar bingar
nuansa mudik dan lebaran yang jadi budaya bangsa Indonesia untuk tahun cantik
2020 Masehi, atau si cantik 1441 Hijriah tidak ada sama sekali. Adanya
Karantina 14 hari sebagai ancaman untuk mereka yang berani mudik. Hal ini
benar-benar membuat kota Solo tempat Bu Kanjeng tinggal jadi sunyi sepi.
"Menteri Sekretaris Negara
Pratikno mengatakan, Surat Edaran (SE) No. 4 Tahun 2020 dari Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 tak menggugurkan larangan mudik. Ia memastikan mudik tetap
dilarang. "SE Gugus Tugas No.4 2020 ini penjelasan teknis Permenhub No. 25
tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idulfitri 1441
Hijriah dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid 19, yang memberikan
pengecualian pembatasan perjalanan," ( Kutipan dari Kompas. Com). SE ini
lah yang bisa menjerat pemudik yang memaksakan diri untuk pulang kampung
mengunjungi keluarganya.
Akibat pemberlakuan itu, empat
kuliner yang biasanya jadi sasaran pengunjung dari luar Solo terlihat tutup.
Mobil yang biasa berderet dari berbagai daerah yang ada di pulau Jawa pun tidak
terlihat. PSBB menjadi alasan utama. Sebagai warga masyarakat yang baik memang
harus taat pada aturan dan jangan coba-coba melanggar. Ada pasal khusus yang
bisa menjerat.
Bu Kanjeng sempat memperhatikan
kiprah Pak Wali kota Solo Bapak FX Hadi
Rudyatmo dalam menangani KLB Covid-19. Untuk mengantisipasi pemudik yang nekat
Beliau menyediakan tempat untuk karantina yaitu gedung gragha wisata, yang
terletak di pusat kota jalan Slamat Riyadi. Ternyata cukup efektif terbukti
hanya ada beberapa pemudik yang terpaksa dikarantina karena kenekatannya.
Momen "Dilarang Mudik"
pun dijadikan satu ikon masker bergambar dengan kepala plontos tetapi berkumis.
Ada tulisan "Do Manuto" yang artinya Patuhlah. Dengan patuh pada
aturan yang berlaku diharapkan warga bisa terhindar dari virus Covid-19.
Dampak Dunia melawan Corana
memang luar biasa. Virus itu bisa menggagalkan berjuta rencana. Hampir semua
lini terkena imbasnya. Hotel, restoran, mall, ruang publik, sekolah, sampai
pada tempat ibadah. Semua ini sungguh di luar skenario manusia. Untuk yang
tidak siap pasti stress atau penyakit bawaannya bisa terpicu untuk kambuh.
Bu Kanjeng juga sempat
memprihatinkan banyak orang yang terkena dampak Corona. Ada tukang parkir yang
lahan parkirnya tutup. Ada pedagang PKL yang biasa mangkal di depan sekolah,
ada OJOL yang kehilangan pelanggannya.
Pasar Klewer yang biasanya panen
saat Lebaran kali ini sepi. Pemudik yang biasa belanja batik dan pernak pernik
terpaksa tak boleh panik karena pandemi memang melarang mereka mudik.
Pusat oleh-oleh pun terlihat
sepi. Siapa yang mau beli karena tidak ada pemudik. Perputaran uang yang biasa
dibawa pemudik menggairahkan perekonomian kota Solo dan sekitarnya pun tak lagi
bergema.
Nah untuk peredaran uang
barupun tidak ada ceritanya. Biasanya
sebelum Lebaran tiba, di sepanjang jalan Slamet Riyadi berjajar orang yang
menawarkan jasa tukar uang baru. Para Ibu dan pensiunan biasanya senang
memiliki uang baru pecahan yang akan diberikan kepada anak-anak kecil sebagai
fitrah atau angpao.
Menurut Bu Kanjeng anak- anak pun
kena imbas Corona, pendapatan mereka mengalami paceklik akibat tidak ada open
house. Mereka tidak bisa berkeliling door to door untuk mendapatkan uang
fitrah. Aneka camilan masih bertahan tidak berkurang. Bu Kanjeng pun kadang
bosan. Biasanya banyak tamu datang pergi termasuk aneka macam makanan yang
datang, maupun harus keluar.
Indahnya berbagi di hari
kemenangan untuk tahun ini memang sangat berbeda. Dan ini dialami oleh penduduk
di belahan dunia lainnya. Indonesia yang mengalami keadaan seperti ini hampir
memasuki bulan ke empat. Akan ada kehidupan dengan kenormalan baru. Kenormalan
baru yang harus disikapi dengan sigap dan cerdas.
Sesungguhnya untuk kembali normal
yang seutuhnya perlu waktu. Corona belum bisa diprediksi kapan pergi atau akan
selamanya berada di negeri ini. Kita yang harus bertahan dengan segala
ketentuan yang ada agar# terbebas dari Covid-19.
#Syawal1441Hharike-8
#Catatanharianbukanjeng
#Lebarantanpamudik
#Soloraya31052020
17 Comments
Suka bacanya....
ReplyDeleteMengalir spt air ...
Berasa menulis itu mudah
Mantul ...
Melihat situasi aktual dalam sepekan ada yang beda dari tahun kemaren
DeleteKalau sudah biasa menulis, mengalir saja dan enak di bacanya bun. Faktual dan terpercaya
ReplyDeleteTetapi masih tetap belajar dan masih merasa kurang Bu
Deleteya betul, corona akan sdikt banyak mengubah habit kita teruatam menjaga kebersihan dan pola hdp sehat
ReplyDeleteSemoga ada hikmah di balik wabah dan Indonesia makin cerah
DeleteSuka sekali membacanya.
ReplyDeleteAlhamdulillah ada yang bisa disampaikan sebagai pesan termasuk action orang berkuasa di daerah dengan istilah Do Manuto
DeleteSuka sekali membacanya.
ReplyDeleteSudah manut bu. Tidak mudik yoaaa. Ha33
ReplyDeletecukup ber vical ria dengan keluarga ya Bu, dan ini jadi momen tak terlupakan
DeleteLuar biasa tulisannya....
ReplyDeleteLuar biasa witing kulino
DeleteKeren bunda narasinya...telat saya bacanya.
ReplyDeleteDon't worry be happy. Better late than never
DeleteBetul ibuk. Sepi...
ReplyDeleteAnak2 d rmh jg buk aq ga dapat fitrah lgi.. Klo kita ga ke tempat sdr2 kita..hehe.. Ini sata kasih. Aq bilang.. Tp ga bnyak sprti lebaran tahun lalu buk..katanya..
Krn mnjdi kbiasan d tiap lebaran mrk dpt amplop berisi uang baru dr sanak famili.
Iya ini uang baru pecahan saya utuh bisa buat belanja sayur
Delete