Oleh Sri Sugiastuti
Memiliki suatu komunitas menulis
itu memang membuat Bu Kanjeng sangat bahagia. Perannya sebagai tim doa dan tim
hore, dari lahirnya sebuah buku Antologi membuatnya semakin kaya hati dan orang
paling bahagia di dunia literasi. Untuk mengawal seorang Kurator dan editor
demi terwujudnya sebuah buku Antologi itu gurih campur gemes. Maksud hati ingin
segera tuntas dan buku segera terwujud.
Ahay ternyata butuh napas panjang
dan menggerus kesabaran. Yaa, ISBN harus dua kali kerja, Cover pun demikian.
Rasanya hampir tak mau mengurusnya lagi. Que
sera-sera, What will be will be. Tetapi ini amanah. Penulis yang
berkontribusi sudah komitmen menulis dan ada yang hampir lupa, ada juga yang
masih setia menunggu. Sabar-sabar Belanda masih jauh. Bermodal itulah akhirnya
lahir juga buku Antologi itu. Buku karya penulis yang tergabung dalam Komunitas Pegiat Literasi Nusantara.
Terima kasih Bu Kanjeng ucapkan
kepada Ibu Hidmi Gramatolina dari Lombok sebagai Kurator yang sangat sering
dicereweti Bu Kanjeng. Terima kasih kepada Mba Dian Riasari sebagai Editor yang
sudah bersusah payah memoles sekaligus mengeksekusi naskah teman-teman Penulis.
Dengan kemauan dan semangat yang luar biasa akhirnya buku setebal 370 halaman
dari 41 penulis hadir dan menemui takdirnya sesuai kehendak Allah.
Bu Kanjeng secara pribadi dan
berjamaah dengan penulis di buku ini mengucapkan terima kasih kepada Pak
Dr.Didi Junaedi yang sudah berkenan memberi kata Pengatar pada buku ini. Terima
kasih jugaa kepada sahabat dan rekan pemerhati literasi yang sudah memberikan
apresiasi untuk buku ini Berikut Kata Pengantar dan Apresiasi yang Bu Kanjeng
kutip. Setelah membaca dan mencermati payang sudah dituliss, Bu Kanjeng sangat terharu. Ya Buku ini produk di tengah Covid-19 melanda dunia
Membangun Karakter Melalui Keteladanan
Oleh: Dr. Didi
Junaedi, M.A.
“Lisanul hal afshahu min lisanil maqal”
“Action speaks louder than words.”
Keteladanan lebih fasih berbicara daripada kata-kata.
Demikian kira-kira makna dua ungkapan sarat pesan moral yang saya kutip di awal
tulisan ini. Ya, uswah hasanah, teladan yang baik jauh lebih dahsyat
kekuatannya daripada ribuan kata-kata.
Ungkapan hikmah atau kata-kata bijak (wise words) ini
tampaknya perlu kembali digaungkan agar suaranya terdengar ke seantero negeri
ini. Lebih khusus lagi dalam ranah pendidikan. Karena pendidikan adalah fondasi
utama kokohnya sebuah bangsa atau negara. Jika pendidikan--- dalam
pengertiannya yang luas, mencakup segala aspek--- di sebuah negara berjalan
baik, maka bisa dipastikan negara tersebut akan memiliki kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang baik, terdidik (educated). Sebalik keadaan, jika
pendidikannya buruk, maka kualitas SDM negara tersebut pun buruk.
Pendidikan yang sesungguhnya bukanlah sekadar transfer of
knowledge (transfer pengetahuan) dari pendidik ke peserta didik. Tetapi, lebih
dari itu adalah transfer of attitude (transfer sikap atau perilaku). Dari
sinilah kemudian muncul istilah pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang dimaksud adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, para pendidik tidak sekadar menyampaikan materi sesuai dengan
bidang keahlian masing-masing, tetapi juga mengajarkan keteladanan dalam
bersikap dan berperilaku.
Dalam pendidikan karakter, peserta didik tidak sekadar
diajari menggunakan aspek kognitif untuk memperoleh kecerdasan intelektual (IQ)
semata, tetapi juga dibekali dengan sentuhan pada aspek afektif untuk mengasah
kecerdasan emosional (EQ)-nya. Karena cerdas intelektual tanpa disertai cerdas
emosional hanya akan melahirkan arogansi intelektual. Lebih lanjut, para
peserta didik juga diajari tentang pentingnya kecerdasan spiritual (SQ), agar
lebih siap menghadapi warna-warni serta dinamika kehidupan dengan menyertakan
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Para pendidik sering disebut juga dengan guru. Dalam kata
”guru” ada makna yang tersirat, yaitu digugu dan ditiru. Maksudnya, saat
menyampaikan ilmu pengetahuan, seorang guru itu patut untuk digugu atau
dipercaya karena memiliki otoritas keilmuan. Dan dalam perilaku serta sikap
keseharian, hendaknya guru dapat ditiru atau dicontoh dan diteladani. Di titik
inilah keteladanan menjadi kata kuncinya.
Buku yang ada di hadapan pembaca ini, yang merupakan
antologi atau kumpulan tulisan para guru, para pendidik yang tergabung dalam
komunitas Pegiat Literasi Nusantara, memberikan pesan kepada kita semua tentang
pentingnya pendidikan karakter serta keteladanan kepada para peserta didik.
Karya yang lahir dari rahim para pendidik ini layak mendapat
apresiasi dan patut menjadi referensi bagi para pendidik di seluruh negeri ini.
Karena masalah utama kita saat ini adalah krisis keteladanan.
Imbas dari krisis keteladanan ini melahirkan persoalan yang
sangat kompleks dalam seluruh sendi kehidupan. Tidak ada lagi yang bisa
dijadikan role model serta teladan. Sehingga, berbagai persoalan sosial pun
muncul. Inilah saatnya, para pendidik tampil di garda terdepan untuk membangun
karakter anak bangsa ini melalui peserta didik yang kelak akan menjadi
pemimpin-pemimpin negeri ini. Saya sangat yakin, jika pembangunan karakter yang
diawali dengan keteladanan dari para pendidik ini terus dilakukan, maka masa
depan bangsa ini akan cerah dan terang benderang.
Lahirnya karya ini di tengah kegelisahan para pendidik
khususnya, dan masyarakat negeri ini pada umumnya, bagaikan oase di tengah
padang tandus yang mampu menghadirkan kesejukan dan kesegaran. Sebuah inisiatif
dari para pendidik yang patut diapresiasi dan layak diikuti oleh para pemangku
kebijakan di negeri ini.
Brebes,
11 Juni 2020
Dr. Didi Junaedi, M.A., Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon,
Pegiat Literasi, Penulis Buku-Buku Motivasi Islami. Penulis bisa dihubungi via
email: junaedi.didi1979@gmail.com dan WA: 081326876004.
(Dr. Adi Atmoko, M.Si., Wakil Dekan I, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Malang, Dewan Pembina ABKIN (Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia) 2018 – 202)
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK
adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olahraga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).
PPK merupakan upaya untuk menumbuhkan dan membekali generasi
penerus agar memiliki bekal karakter baik, keterampilan literasi yang tinggi,
dan memiliki kompetensi unggul abad ke-21 yaitu mampu berpikir kritis dan
analitis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Ada lima nilai utama karakter
yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan.
David Elkind dan Freddy Sweet Ph.D (2004) menyatakan bahwa
pendidikan karakter merupakan upaya-upaya untuk membantu peserta didik
memahami, peduli, dan berperilaku sesuai nilai-nilai etika yang berlaku. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku
guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru
bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Menurut T. Ramli (2001), pendidikan karakter memiliki esensi
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriterianya adalah nilai-nilai
sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di
Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit) (Direktorat Pembinaan SMP, 2010).
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki
pengetahuan kebaikan, belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya,
jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.
Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian,
diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character)
yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan
(penguatan emosi).
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan
mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan
tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang
(perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap
(decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling
merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia
berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus
dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience),
percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty),
cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan
hati (humility).
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang
merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami
apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus
dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan
(will), dan kebiasaan (habit).
Implementasi pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan
dalam dua kelompok kegiatan, yaitu terpadu dengan kegiatan pembelajaran, dan
terpadu dengan kegiatan ekstrakurikuler. Berbagai hal yang terkait dengan
karakter (nilai-nilai, norma, iman, dan ketakwaan, dan lain-lain) dirancang dan
diimplementasikan dalam pembelajaran mata pelajaran-mata pelajaran yang
terkait, baik dalam kelompok mata pelajaran normatif, adaptif, dan kejuruan.
Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah membaca dan mendalami Penguatan Pendidikan Karakter
melalui Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek karya Hidmi Gramatolina Ramdhayani,
dengan ini saya menyetujui dan mendukung isi konten tulisan tersebut dengan
alasan sudah sesuai dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter, sesuai dengan pendapat para ahli dan penulis sebelumnya
yang berfokus pada pengembangan pendidikan karakter di lingkungan pendidikan
dengan objek siswa pada mata pelajaran non PPKn dan Pendidikan Agama,
menggunakan pendekatan tertentu dan hasilnya dapat dibuktikan.
Menanamkan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia kepada
siswa akan membentuk generasi muda yang memahami jati diri bangsa Indonesia,
bersikap sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, berperilaku sesuai
dengan norma-norma peradapan bangsa Indonesia, mampu bersaing dikancah
internasional, tanpa kehilangan karakter bangsa Indonesia.
Tetaplah berlari dan bernyanyi di pantai meskipun ombak
tidak mendengar, walau pasir tetap diam, kelak akan didengar dan dibaca oleh
orang yang bijak.
(Drs. Ngatnuri, M.Pd., Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi NTB, Pengawas Bina SMKN Lombok Barat)
(Drs. Sudirman, M.M., Kepala SMK Negeri 1 Gerung, Ketua MKKS
SMKN Lombok Barat NTB)
(H. Bakhtiar Ardiansyah, S.Pd., M.Pd., Widyaiswara Madya
LPMP NTB, Penulis Buku Mutiara-mutiara Karakter dalam Keluarga)
Syukur alhamdulillah, kalimat yang paling tepat atas hasil
karya teman-teman guru yang memanfaatkan waktu sebaik mungkin menyelesaikan
buku Bunga Rampai Pembelajaran Berkarakter di Era Perubahan. Bukan hal yang
mudah bagi guru untuk menghasilkan karya tulis, walaupun menjadi syarat
kenaikan pangkat. Berbagai alasan, mulai dari tidak bisa menulis, tidak ada
waktu karena sibuk dengan tugas, dan lain-lain. Empat puluh satu karya guru
senusantara, termasuk beberapa karya guru NTB, semuanya membahas tentang pendidikan
karakter dengan judul dan gaya khas masing-masing penulis.
Era perubahan di masa pandemi covid-19, tentunya menjadi
catatan dalam sejarah pendidikan di Indonesia, di mana proses pembelajaran di
sekolah dipindahkan ke rumah-rumah peserta didik. Pembelajaram dalam jaringan
menjadi salah satu alternatif. Situasi ini tentunya membawa dampak perubahan
karakter bagi peserta didik. Komunikasi antara guru dan orang tua diharapkan
tetap berjalan dengan baik, dengan memanfaatkan teknologi.
Akhir kata, apresiasi setinggi-tingginya kepada para guru
penulis atas hasil karyanya. Semoga buku ini dapat menginspirasi guru-guru
lainnya. Sejatinya pendidikan bukanlah milik mereka yang kaya, bukan pula
kekuatan mereka yang cerdas, pendidikan adalah milik mereka yang mau belajar,
mencari kebenaran, menemukan kekuatan, dan membawa perubahan. Untuk itu bacalah
buku ini.
(Erma, Ketua IGI NTB, Fasilitator Daerah Sekolah Ramah Anak NTB)
*****
Setelah membaca Buku Bunga Rampai Pembelajaran Berkarakter
di Era Perubahan ini, menyadari bahwa penanaman pendidikan karakter pada anak
dapat diberikan guru dengan beragam pola dan beragam pendekatan. Bahasa yang
digunakan juga sangat mudah dicerna. Aktivitas pembelajaran yang berpusat
kepada siswa menjadi titik tekan. ”Karakter dan siswa” mengandung makna bahwa
guru mempersiapkan skenario pembelajaran dan pengalaman belajar yang bermakna
bagi pengembangan dan peningkatan karakter siswa. Semoga buku ini mampu
menginspirasi guru lain di nusantara untuk tetap berbuat yang terbaik dalam
pembelajaran, pembelajaran di dalam kelas maupun dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Maju terus guru penulis. Maju terus peradaban anak bangsa.
(Ainun Asmawati, S.Pd., M.Pd., Guru Berprestasi Bidang Inovasi
Pembelajaran Tingkat Nasional)
****
Karakter generasi menunjukkan peradaban sebuah bangsa. Buku
ini dapat memperkaya wawasan dan membangkitkan rasa peduli tentang pentingnya
karakter. Jika tak ingin tertinggal, bacalah buku karakter lengkap ini.
(Dra. Sunarti, Guru SMA Negeri 1 Gerung, Guru Berprestasi Nasional dan Penulis Buku NTB)
*****
Tulisan yang seperti cahaya, terdapat banyak inspirasi untuk
pembacanya. Selamat meraup hikmah dan makna dalam setiap kisah yang disajikan
oleh Kak Gramatolina dan kawan-kawan. Insya Allah manfaat.
(Kak Wawan Herman Husdiawan, Pendiri Sahabat Anak dan Orang
tua Foundation, Penulis Buku Golden Parenting)
Membaca uraian panjang yang terhimpun di dalam buku ini, rasanya terbayr sudah penantian, perjuangan dan usaha semua yang terlibat dalam kepenulisan buku ini. Semoga buku yang sudah terbit ini membawa manfaat dan keberkahan buat pembacanya. Aamiin YRA
28 Comments
Amin Bunda.. Semoga keberkahan bagi kita semua keren
ReplyDeleteAamiin YRA
DeleteSemoga mampu membawa inspirasi buat banyak orang ... Aamiin
ReplyDeleteBerharapnya begitu
DeleteMantap inspiratif
ReplyDeleteTulisan tentang Karakter dari berbagai sudut pandang
DeleteWaaw hebat bu kanjeng melahirkan karya antologi lagi?...semoga bnyk manfaat.aamiin
ReplyDeleteIni khusus dari komunitas Pegiat Literasi Nusantara yang anggotanya 00 lebih . Hampir 2 buan sekali buat Buku Antologi
DeleteWaaw hebat bu kanjeng melahirkan karya antologi lagi?...semoga bnyk manfaat.aamiin
ReplyDeleteAamiin YRA
DeleteAlhamdulillah. Terima kasih sudah memotivasi kami, bahkan dr saya nggak tahu apa2 jd paham. Semoga lahir lagi karya2 terbaik Pegiat Literasi Nusantara.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Terima kasih sudah memotivasi kami, bahkan dr saya nggak tahu apa2 jd paham. Semoga lahir lagi karya2 terbaik Pegiat Literasi Nusantara.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Terima kasih sudah memotivasi kami, bahkan dr saya nggak tahu apa2 jd paham. Semoga lahir lagi karya2 terbaik Pegiat Literasi Nusantara.
ReplyDeleteAlhsmdulillah mba Dian Semoga ilmunya bermanfawt
DeleteSetiap baca blog bunda ini, decak kagum saya tak henti tuk bu kangjeng....semoga kebaikan Ibu Alloh lipatgandakan..Amin
ReplyDeleteAamiin YRA
DeleteSelamat untuk Ibu Kanjeng dan para penulis pegiat literasi. Terus tunjukkan pribadi-pribadi teladan untuk membangun karakter anak didik.
ReplyDeleteSiap Bu Nini
DeleteLuar biasa bunda
ReplyDeleteAsyiknya mengajak kebaikan
DeleteSangat menggugah, karena memang yg diperlukan bangsa kita adalah pendidikan karakter, u memperbaiki ahklak para pemimpin dan masyarakat bangsa kita
ReplyDeleteSemoga kita bisa menjadi panitan ya Pak
DeleteSangat menggugah, karena memang yg diperlukan bangsa kita adalah pendidikan karakter, u memperbaiki ahklak para pemimpin dan masyarakat bangsa kita
ReplyDeleteDari judulnya sudah wooouuuuuw berbunga-bunga deh.....
ReplyDeleteSo pasti, Sista
DeleteGood job. Mari Menulis
ReplyDeleteSiap Komandan
DeleteBu Kanjeng memang OKAY, bisa menginspirasi banyak penulis untuk terus berkarya. Semoga buku Bunga Rampai ini bermanfaat tidak hanya bagi para penulisnya tetapi para pembaca pun dapat memetik hikmahnya.
ReplyDelete