Oleh: Sri Sugiastuti
“Cara
terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan
hidup seseorang, adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi).
Cara terbaik untuk menanamkan budaya literasi yang kuat pada seseorang adalah
dengan menjadikannya sebagai seorang penulis. Karena setiap penulis, secara
otomatis akan melewati tahapan membaca, berpikir, dan tentu saja menulis serta
berkreasi.”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku
Indonesia
Saat memiih kata bijak tetang literasi, mata
Bu Kanjeng tertuju pada kata bijak yang
ada di https://www.goodreads.com/quotes/tag/literasi.
Kebetulan Bu Kanjeng kenal dengan sosok yang tertera di bawahnya. Ya Lenang
Manggala sosok muda Founder Gerakan
Menulis Buku Indonesia ini tinggal di
Solo. Bu Kanjeng ikut berpartisipasi di
tahun 2018, ia ikut menulis 2 buku.
Judul bukunya Perempuan Terbungkas”
sebuah novel. Dan “Merawat Harapan
merupakan buku Parenting. Kodratullah
kedua buku itu masuk nominasi 10 besar. Sayangnya hanya satu
pemenang dan Bu Kanjeng belum beruntung. Itu bagian dari kenangan Bu
Kanjeng November 2018 saat menghadiri acara literasi bersama Gerakan Menulis
Buku Indonesia (GMBI) yang saat iti juga bekerjasama dengan Balai Bahasa Jawa
Tengah.
Tak
terasa saat ini sudah berada di penghujung tahun 2020. Bu Kanjeng menghitung bulan, dan sangat
menikmati detik-detik menjelang tahun
2021. Bulan November ia sempat terpapar virus typus, yang menyerang
pencernakannya. Asam lambung ikut naik. Konon itu salah satu penyakit penulis.
Memang seberapa sibuk Bu Kanjeng dengan kegiatan literasinya? Bu Kanjeng sangat
menikmati suasana pandemi dengan literasi.
Terpaan
Pandemi. Mengikat kakinya untuk diam di rumah. Raga di rumah tetapi pikiran dan
jiwanya melayang keman-mana. Sebagai pegiat literasi, ia menyadari dan bisa
mengambil kesimpulan bahwa Pandemi melejitkan literasi. Ia sangat bersyukur
bisa ikut menyebarkan virus cinta literasi ke seluruh negeri, dari Aceh hingga
Papua.
Komunitas
Asosiasi Pegiat Literasi Nusantara (APLN)
dimana Bu Kanjeng sebagai salah satu adminnya yang lumayan aktif
menyebarkan virus cinta literasi. Menurut Bu Kanjeng tahun
2020 itu tahun cantik. Jadi ia bersama komunitasnya membuat antologi dengan
tema tahun 2020. Dari tema itu muncul dua
buku antologi.” Go to 2020” bertema resolusi penulis di tahun cantik tersebut.
Dan satu judul lagi” The Sprit of 2020” kedua buku tersebut lumayan tebal
karena total jumlah penulisnya ada 80 orang. Rencana dua buku tersebut peluncurannya di bulan
Maret 2020. Sayangnya Pandemi Covid-19 keburu datang. Rencana pun tinggal di
angan.
Pertengahan
Maret 2020 masih dalam gerak literasi Bu Kanjeng sempat memberikan diklat
sekaigus mengikuti Seminar yang digelar Pengurus PGRI setempat dan bekerja sama
dengan Universitas PGRI Kupang. Sedang narasumber Wardiman Djojonegoro mantan
menteri di era Presiden Soeharto. 3 hari berada di Kupang untuk literasi,
wisata, kuliner, dan silahturahmi. Semua berjalanmulus dan dikemas apik.
Saat
kepulangan dari Kupang, suasana Pandemi sudah mulai terasa. Perjalanan Surabaya
– Solo, sudah mulai menggunakan protokol kesehatan. Ada Thermogun, masker dan handsanitizer. Alhamdulillah lancar. Bu
Kanjeng dijemput Pak Kanjeng di stasiun Balapan dan dibrondong saran agar
segera ke Rumah Sakit demi keamanan keluarga. Pak Kanjeng yang over protect saat takut kalau Bu Kanjeng
membawa covid-19 dari Perjalanan jauh. Saran Pak Kanjeng dituruti. Hasil dari swab negatif. Dan yang melegakan UN
ditunda dan akhirnya dihapus. Ada istilah Belajar dari rumah (BDR) ada Work
from Home(WFH). Banyaknya masyarakat
yang terpapar maka aturan pun diperketat.
Suasana
Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat Literasi di komunitas yang diikuti
Bu Kanjeng. Keprihatinan para anggota justru memacu mereka berliterasi. Maka terbitlah buku “
Lembayung Rindu Antologi Puisi Melawan Corona”.
Kurator Dr, Marjuki, M.Pd. dan Much
Khoiri berkenan memberikan Kata Pengantar. Buku ini terbilang laris
manis. Proses pembuatan dan pengumpulan naskahnya juga unik, karena puisi
dibuat spontan dan berantai. Ada kepuasan batin tersendiri bagi penulisnya.
Perasaan, pikiran dan rasa prihatin dengan munculnya pandemi Covid-19 tertuang
dalam barisan aksara bermakna dari masing-masing penulis. Alhamdulillah buku
itu terbilang laris manis. Pak Marjuki sebagai kurator salah satu penulis yang
memiliki teknik pemasaran yang keren.
Bu
Kanjeng masih ingat saat itu bulan April 2020. Omjay meminta Bu Kanjeng sebagai
narasumber dalamkkegiatan Belajar Menulis Gratis via Daring Bersama Omjay dan
PGRI” Permintaan direspon dengan baik.
Tampillah Bu Kanjeng di setiap gelombang yang saat ini sudah berada di
Gelombang 16.
Hampir
setiap saat Bu Kanjeng menyapa sahabat literasinya. Ia bersilahturahmi dengan
sahabatnya di dunia maya, puluhan penulis pemula yang ingin membuat buku bisa dikawalnya. Termasuk
ikut membidani buku Antologi hasil webinar
kopdar SPK di Cirebon, atas permaintaan Bu Linawati. Alhamdulilh sukses berkat tangan dingin Bu
Nunung pengurus SPK yang luar biasa.
Tahun
2020 yang katanya tahun wabah dan penuh musibah, saat kita bisa bertahan dari goncangan,
menurut Bu Kanjeng malah penuh berkah.
Bahkan beberaa penulis antologi justru menjadikan judul antologinya “ Pandemi
Melejitkan Literasi.Disadari atau tidak literasi dalam hal menulis dan membaca
menjadi booming, layaknya tanaman hias yang digandrungi saat ini.
Ada
4 buku Bu Kanjeng yang terbit di saat pandemi . Catatan Corona Bu Kanjeng,
Catatan Motivasi dan Literasi, UnrealLover, dan Catatan Pada Ilahi.
Sesuatu yang sangat disyuuri. Buu yang dicetak itu selain dijual secara online
juga dijadikan buku pendamping atau
bonus untuk peserta yang ikut menulis di buku Antologi dengan bersama Bu Kanjeng dengan berbagai
tema. Dalam kurun waktu 9 bulan ada 15 judul buku antologi yang dikawal, 25 Buku tunggal penulis pemula yang membuat buku
resume hasil belajar, dan 7 buku dariTesis, PTK dan Best Practice menjadi buku,
masih ada 4 buku puisi.
Tak
terasa Bu Kanjeng berada di penghujung tahun, tahun cantik 2020 akan segera
berlalu. Banyak suka duka yang dirasa. Waktu tak mungkin berulang, tiada kata
sesal. Tahun 2021 tepatnya bulan April Bu Kanjeng purna tugas. Cukup 35 tahun
mengabdi sebagai pendidik anak negeri.
Berbagai resolusi, menari- nari di hati. Skala
prioritasnya saat telah purna, ia harus
fokus pada Hadist Bukhori buku tebal
biru di rak buku, yang belum diakrabi. Buku Riyadus Salihin yang 2 jilid pun
belum dituntaskan. Apalagi 1 set tafsir Ibnu Katsir yang 10 jilid itu pun
seakan mengikuti bayang Bu Kanjeng agar segera dipeluk dan diamalan kandungan
isinya.
Dalam
asa dan resolusinya tiga buku tebal itu lah yang menjadi target Bu Kanjeng di
tahun 2021. Memang sangat terlambat, dan berbeda jauh dengan anak pondok yang
sejak usia dini sudah akbab dengan kalam Ilahi.
“ Yaa Allah mudahkan
apa yang jadi target saat sudah purna untuk mendalami ilmu yang ada dalam
panduan hidup, berlah usia panjang yang bermanfaat. Mudahkan juga meraih
rida-Mu, Aamiin YRA.”
Tidak
ada kata terlambat untuk belajar dan berlomba dalam kebaikan. Sesungguhnya
hidup ini belajar banyak hal. Belajar sabar, belajar mengerti keadaan orang dan
banyak lagi yang bisa diipelajari dari seluruh Ciptaan-Nya.
14 Comments
Semoga lancar dan tercapai resolusinya. Amin.
ReplyDeleteAamiin YRA tercurah juga doa yang sama untuk Resolusi Pak Naim
DeleteMembacalah setiap hari dan buktukan apa yang terjadi
ReplyDeleteBetul sekali Bu. Selama hidup manusia selalu belajar. Bukankah ada ungkapan "Belajar dari buaian sampai ke liang lahat". Semoga kita bisa mengambil makna dari apa saja yg terjadi sebagai pelajaran.
ReplyDeleteTerimakasih sudah berbagi👍🙏
Terima kasih kita bisa saling mengingatkan
DeleteSaya selalu teringat satu kalimat yang diucapkan oleh Prof Suyitno, (dulu Dirjen GTK Kemenag RI). Seorang Guru mau tidak mau harus melakukan Learn, Relearn, and always Learn..keren Bu.
ReplyDeleteYuk belajar terus hingga ajal menjemput
DeleteBarokallaah bu Kanjeng, never too old to learn... semangat Bunda sngat memotivasi kami..
ReplyDeleteI hope so
DeleteSehat selalu Ibu Kanjeng
ReplyDeleteTetap semangat membimbing kami berliterasi.
Insyaallah mari berkolaborasi
DeleteBahagianya saya pernah berkolaborasi dan belajar mjd pegiat literasi bersama Bunda Kanjeng. Saya satu di antara peserta belajar yang kelahiran buku solo dibidani beliau. Sehat selalu.
ReplyDeleteTercurah doa yg sama buat Pak Susanto
DeleteSukses selalu buat bu Kanjeng, terus maju pantang mundur
ReplyDelete