Renungan dan Amalkan
Oleh: Sri Sugiastuti
Ramadan genap 30 hari berlalu. Setelah singgah di hati para pemburu pahala untuk meraih surga. Bu Kanjeng tak ketinggalan ia tak ingin kehilangan kesempatan saat pahala diobral dengan berbagai amalan yang bisa dilakukan.
Di penghujung Ramadan saatnya Bu Kanjeng bermuhasabah dengan khusuk berharap bisa berjumpa dengan Ramadan yang akan datang. Bu Kanjeng banyak kehilangan saudara kerabat dan sahabat di tahun 2021 ini. Yang artinya para sahabat tidak merasakan lagi nikmatnya beribadah di bulan Ramadan.
Pada saat salat Ied , Bu Kanjeng mendapat kemudahan bisa salat di halaman masjid dekat rumah. Dalam melaksanakan salat Bu Kanjeng tak bisa membendung derai air matanya. Apalagi saat khotbah salat Ied disampaikan. Inti khotbah tersebut bahwa kemenangan yang paling didamba adalah saat berjumpa dengan Sang Khalik. Disitulah sejatinya pertemuan yang hakiki. Adanya pesan itu membuat Bu Kanjeng harus lebih hati-hati di sisa usianya yang ada.
Sebagai hamba Allah yang penuh dosa terutama yang tidak disengaja terhadap tetangga kanan kiri ketika berinteraksi. Maka usai salat Ied. Ketika tetangganya yang berprofesi sebagai tukang sampah ke rumah bersilaturahmi dan punya kegiatan ke door to door Bu Kanjeng ikut bergabung. Tidak di banyak rumah cukup kanan kiri dan deretan yang sering dilalui. Rasa syukur Bu Kanjeng bertambah Allah mudahkan langkahnya tanpa gengsi dia lebih tua. Tetangga dan anak cucu yang dikunjungi pun senang.
Hari ini Bu Kanjeng silahturahmi ke Group komunitas Menulis yang diikuti. Link yang diberikan Prof Chirzin di group WAG Sahabat Pena Kita (SPK) merupakan rezeki Bu Kanjeng do hari ke 2 Idull Fitri atau 2 Syawal 1442.
Alhamdulillah hasilnya Bu Kanjeng mendapat banyak pencerahan dari tulisan Prof Chirzin di web tanwir.id. Sebagian yang bisa dikutip Bu Kanjeng.
"Puasa memerdekakan hidup manusia dari penjajahan hawa nafsu. Puasa mengolah raga, mengolah jiwa, mengolah rasa. Puasa mencerahkan rohani, meningkatkan mutu aqidah, ibadah, dan mu’amalah. Puasa menyuburkan iman di dalam dada. Puasa mendorong untuk giat bekerja dan bergaul dengan saksama. Puasa menyelaraskan hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama."
Semua itu diamini Bu Kanjeng. Bagaimana selama bulan Ramadan Bu Kanjeng berikhtiar memaknai Ramadan dengan optimal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Prof Chirzin mengutip ayat:
"Kebaikan itu bukanlah menghadapkan muka ke timur atau ke barat; tetapi kebaikan ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi; memberikan harta benda yang dicintai kepada para kerabat, anak-anak yatim, fakir-miskin, orang dalam perjalanan, dan orang-orang yang meminta-minta, serta untuk memerdekakan hamba sahaya; mendirikan shalat dan menunaikan zakat; memenuhi janji bila membuat perjanjian, dan sabar dalam penderitaan, kesengsaraan, dan dalam suasana kacau. Mereka itulah orang yang benar; dan mereka itulah orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah/2:177)
Ada satu hadis yang melegkapinya.
“Siapa yang melepaskan seorang muslim dari kesusahan dunia, niscaya Allah melepaskannya dari kesusahan pada hari kiamat; siapa memudahkan seseorang yang mengalami kesusahan, niscaya Allah swt memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah swt menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah swt senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR Muslim).
Selesai membaca pencerahan tadi Bu Kanjeng merasa mendapat asupan gizi yang sangat dibutuhkan saat ia harus berpisah dengan Ramadan. Ia bisa menggarisbawahi beberapa hal berikut ini;
1. Allah swt adalah tujuan pencarian. Setiap amal yang tidak dimaksudkan karena Allah sia-sia. Setiap hati yang tidak dihubungkan dengan-Nya menderita. Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan. Setiap orang menentukan kebahagiaannya. Di mana ada kesederhanaan, di situ ada kebajikan.
2. Keanggunan itu dalam kesederhanaan. Untuk mencapai kebahagiaan, hiduplah sederhana. Nikmatilah kebahagiaan dari hal-hal yang sederhana. Orang yang tak puas dengan yang sedikit, tak akan bahagia. Orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, tak akan bahagia. Kebahagiaan dirasakan oleh orang yang puas terhadap diri sendiri.
3. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati. Kesehatan masyarakat adalah dasar kebahagiaan. Kebahagiaan tak mungkin terwujud tanpa dukungan ketabahan. Keadilan, kebenaran, dan kebebasan, itulah pangkal kebahagiaan. Kebahagiaan adalah keharmonisan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Raja ataupun petani bahagia bila damai dalam rumah tangga.
4. Jalan menuju kebahagiaan: bebaskan hatimu dari rasa dendam dan rasa takut; hidup sederhana, sedikit berharap, banyak memberi; isilah penuh harapanmu dengan kasih sayang; pancarkanlah cahaya; lupakanlah dirimu sendiri dan ingatlah orang lain; perlakukanlah sesama manusia seperti engkau ingin diperlakukan.
5. Berbahagialah atas apa yang kau dapat hari ini, dan berusahlah serta mohon kepada Tuhan untuk kebaikan hari esok. Lebih baik diam daripada bicara buruk. Lebih banyak mendengar dan lebih sedikit bicara. Banyak peluang yang luput dari perhatian jika mendominasi percakapan. Mendengarkan memberi mereka kesempatan untuk bersinar.
Menghargai orang lain dengan diam sejenak untuk mendengarkan. Berikan sahutan yang sepadan, jawaban sesuai panggilan. Jumlah yang pas, tidak lebih dan tidak kurang, itulah yang terbaik.
6.Penyeimbangan antara keinginan dan kebutuhan itulah yang membawa kepada kepuasan. Kebutuhan untuk melakukan perjalanan diimbangi kebutuhan akan keamanan dan keselamatan.
7.Keseriusan dan kesenangan harus berjalan beriringan. Meluangkan waktu agar fokus dan terhubung kembali dengan diri sendiri. Istirahat yang cukup membantu menjernihkan pikiran. Pikiran sehat terdapat dalam tubuh yang sehat. Relaksasi berarti menjernihkan pikiran dan hati.
8.Konektivitas tanpa henti menghalangi kemampuan untuk menjalani hidup yang lebih seimbang. Tidak ada berita berarti berita yang bagus.Gunakan yang lima sebelum yang lima: muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, luang sebelum sibuk, hidup sebelum mati.
9. Kesehatan yang baik memungkinkan orang mencapai potensi penuh dan turut memberi sumbangan pada pembangunan masyarakat.
10. Ciptakan target-target terukur yang dapat dicapai secara logis. Perut lebih cepat kenyang daripada mata. Orang harus makan, jika tidak ia akan mati, tapi hidup bukan untuk makan. Sumur yang paling dalam juga bisa kering. Orang yang berhemat akan berpunya. Dia yang merasa puas itulah orang kaya. Tidak boros, maka tidak akan kekurangan.
11. Lebih baik seekor burung di tangan daripada sepuluh burung di dahan. Sepotong roti di kantong lebih baik daripada seonggok roti di warung. Kesadaran dan keadilan sosial bertujuan untuk memastikan tidak ada seorang pun di antara kita yang terabaikan. Semakin banyak kita membicarakan topik mendasar secara terbuka, semakin sedikit masyarakat kita menghindar darinya.
Kita adalah makhluk sosial yang dirancang untuk mencari penghiburan dan kenyamanan satu dari yang lain. Jika ikut suatu permainan, kita harus menerima aturannya. Berterus terang itu mengatakan dapat atau tidak dapat melakukan sesuatu.
12. Berkata “tidak” untuk pekerjaan yang tidak relevan. Kalimat jujur “maaf, saya tidak bisa” selalu lebih baik daripada janji yang tidak ditepati. Jangan menghakimi segala hal yang Anda lihat, jangan percaya semua yang Anda dengar, jangan melakukan semua yang bisa Anda lakukan, jangan mengatakan semua yang Anda ketahui, jangan makan semua yang Anda miliki, jangan biarkan siapa pun tahu apa isi hati atau isi dompet Anda.
13. Kita perlu melakukan apa yang kita katakan, dan bersungguh-sungguh dengan apa yang kita lakukan. Berbicara dengan baik akan sia-sia belaka jika tidak hidup dengan baik pula.
14. Tak ada baiknya ucapan tanpa pengamalan, pengetahuan tanpa ketakwaan, sedekah tanpa ketulusan, kekayaan tanpa kedermawanan. Hati hidup dengan hidayah, mati dengan kesesatan; jaga dengan dzikir, tidur dengan kelengahan.
14 pesan Prof Chirzin dalam menyambut hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442 H menjadi catatan khusus Bu Kanjeng. Dan di akhir tulisan ini kalimat yang harus tetap tumbuh subur di hati Bu Kanjeng.
"Siapa yang bertakwa dilindungi Allah
Siapa yang bersyukur ditambah rezekinya. Siapa yang bertawakal dicukupkan kebutuhannya. Dan Siapa yang bersedekah , dilipatgandakan balasannya."
Catatan 2 Syawal 1442
27 Comments
Aamiin. Mari kita perbanyak sedekah dan berbuat baik
ReplyDeleteSiap grak
DeleteTulisannya mantap Bu kanjeng.
ReplyDeleteBerkolaborasi dengan Prof Chirzin alhamdulillah ada jejak di bulan syawal
DeleteMasya Allah tulisan yang penuh makna untuk diamalkan. Bismillah.
ReplyDeleteMari ingatkan diri untuk mengamalkan kebaikan.
DeleteRefleksi yang luar biasa, mendalam dan dilihat dari sudut hati nurani. Terimakasih bu Kanjeng, menjadi *reminds* juga bagi pembaca. Sangat bermanfaat tulisannya.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Baguan dari menaknai idul fitri
DeleteAmin, terimakasih.
ReplyDeleteKembali kasih
DeleteMasya Allah, indah dan penuh makna, begitu mengena.
ReplyDeleteTrimakasih bu Kanjeng
Alhamdulillah..sami2
DeleteMasya Allah, indah dan penuh makna, begitu mengena.
ReplyDeleteTrimakasih bu Kanjeng
Semoga kita bisa memiliki bekal yang cukup saat kembali padaNya. Aamiin. Terima kasih Bu Kanjeng atas sharing-nya.
ReplyDeleteKembali kasih sayang ku
DeleteMuhasabah diri yang menggerakkan hati pembaca seperti saya untuk berusaha lebih baik lagi dalam beribadah.
ReplyDeleteTerimakasih Ibu Kanjeng, sehat selalu
Tercurah doa yang sama untuk Pak Indra dan keluarga
DeleteAda banyak pelajaran, hikmah dalam tulisan ini. Sehat selalu ibu penulis dan juga sehat selalu sang Tokoh dalam tulisan.
ReplyDeleteAamiin YRA. Tercurah doa yang sama untuk Pak D dan keluarga. Terus lah berkarya
DeleteKeren bun, terima kasih atas ilmunya.
ReplyDeleteMatur nuwun Pak MSN
DeleteSelalu ada pencerahan di setiap tulisan ibu🙏
ReplyDeleteAyo Bun menulis
DeleteTerimakasih Bu Kanjeng atas pencerahannya 🙏
ReplyDeleteKembali kasih Pak Yon
DeleteBunda tulisannya bisa dibuat buku,. banyak pelajaran yang dapat dipetik. Terima kasih atas pencerahannya.
ReplyDeleteBunda tulisannya meng insfirasi buat kita semua
ReplyDelete