RA Kartini dan Nuzurul Quran
Oleh: Sri.Sugiastuti
Bulan April tahun 2022 bertepatan dengan Bulan Ramadan 1443 H. Ada dua hari istimewa. Indonesia memperingati Hari Kartini dan Nuzurul Quran. Bu Kanjeng membuka kaca mata lima dimensinya. Ia ingin mengetahui lebih dalam bagaimana pandangan RA Kartini tentang Alquran. Banyak artikel yang bisa dijadikan referensi untuk mengetahui bagaimana RA Kartini belajar agama yang dianutnya.
RA Kartini ternyata di dalam.bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang banyak curhat kepada sahabat korespondennya di manca negara. Ya RA Kartini pernah protes atas pengajaran Islam. Hal ini memicu peningkatan kualitas penyebaran ajaran Islam di tanah air. Bu Kanjeng bisa memaknainya dari kisah salah satu fragmen sejarah beliau. Kisah ini membuat Bu Kanjeng semakin kagum.dengan sosok perempuan ini yang hidup di zaman penjajah.
RA Kartini pernah gelisah dengan pengkajian Islam pada saat itu. Hal ini berawal saat pada zamannya Alquran yang beredar tak diterjemahkan. Akibatnya tak semua paham makna yang ada di dalam ayat-ayat Alquran.
Kian hari kegelisahan batin Kartini bertambah. Ia semakin penasaran tentang isi ayat-ayat Alquran. RA Kartini memang dikenal kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sementara ia berada dan lahir dalam keluarga ningrat yang memegang kukuh tata nilai adat Jawa. Sang ayah, RM Sosroningrat, adalah bupati Jepara. Sementara ibunya, Ngasirah, berasal dari masyarakat biasa.
Dalam tata nilai adat Jawa, rasa penasaran perempuan yang kini bergelar pahlawan nasional itu bukan hal lumrah. Terlebih lagi dia seorang perempuan. Kartini makin gelisah lantaran para ulama pada zamannya melarang umat Islam untuk mendiskusikan perkara agama dengan non-muslim.
Kegelisahan RA Kartini tentang Alquran disampaikan dengan menulis curahan hati kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. Curhatan tersebut dikutip dari salah satu surat bertanggal 6 November 1899 yang dikutip dari buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
"Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?" tulis Kartini dalam suratnya.
"Alquran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun agar bisa dipahami setiap muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca."
"Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghapal bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang saleh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?"
Kegelisahan Kartini terus berlanjut sampai beberapa tahun kemudian. Dia lalu mengirimkan surat lagi kepada istri Direktur Pendidikan Agama dan Industri Hindia Belanda Nyonya Abendanon.
Dalam surat tertanggal 15 Agustus 1902 dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang itu, dia menuliskan tak mau lagi mempelajari Alquran.
"Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghapal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya," tulis dia.
"Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kitab ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya," tulis Kartini.
RA Kartini dan Surat Al-Fatihah
Allah yang membolak balikkan hati manusia. Begitu juga dengan hati seorang Kartini. Kegelisahan Kartini terjawab saat dia bertemu seorang ulama dari Semarang, Jawa Tengah. Ulama itu adalah Kiai Sholeh Darat.
Keduanya bertemu dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, paman Kartini. Saat itu, Kiai Sholeh sedang memberikan pengajaran tentang tafsir surat Al Fatihah, surat pembuka dalam Alquran. Satu hal yang sangat baru ditemui dan didengar Kartini.
Pertemuan Kartini dan sang ulama dituturkan cucu Kiai Sholeh, Fadhila Sholeh. Fadhila memaparkan hal ini lewat tulisan dalam bentuk selebaran yang terdapat di makam Kiai Sholeh di Semarang.
"Kartini memang tak pernah tahu apa arti dan makna dari surat Al Fatihah meski ia sering membacanya. Kartini benar-benar terpukau dan tersedot perhatiannya," tutur Fadhila dalam tulisannya.
Begitu pengajian usai, Kartini segera menemui pamannya. Ia mendesak pamannya untuk menemani dirinya menemui sang ulama. Usahanya tak sia-sia. Pamannya yang terenyuh melihat Kartini pun mengantarnya.
"Kiai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?" tutur Kartini membuka dialog dengan Kiai Sholeh Darat setelah berbasa-basi lazimnya orang Jawa.
Kiai Sholeh malah balik bertanya, "Mengapa Raden Ajeng mempertanyakan hal ini? Kenapa bertanya demikian?"
Dijawab lagi oleh Kartini,
"Kiai, selama hidupku baru kali ini saya berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku."
Kartini lalu menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah diberi kesempatan memahami Al Fatihah. Kyai Sholeh tertegun. Kiai kharismatik itu tak kuasa menyela.
"Namun, saya heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam bahasa Jawa. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?" ucap Kartini.
Dialog berhenti sampai di situ. Fadhila menuliskan, Kiai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali bertasbih, "Subhanallah." Kartini telah menggugah kesadaran Kiai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar, menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.
Setelah pertemuan itu, Kiai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.
Surat yang diterjemahkan Kiai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya.
Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikutnya karena Kiai Sholeh meninggal dunia sebelum bisa menyelesaikan terjemahan surat-surat lainnya.
Cerita Fadhila tentang pertemuan Kartini dan sang ulama dibenarkan oleh cicit Kiai Sholeh, Lukman Hakim Saktiawan. Pria yang akrab disapa Gus Lukman itu menyebutkan, Kartini merupakan santri Kiai Sholeh.
"Bu Fadhilla Sholeh membuat catatan itu karena peran Kiai Sholeh Darat seakan sengaja dihilangkan dalam proses pendewasaan berpikir Kartini," kata Gus Lukman.
Gus Lukman menuturkan, tafsir Al Fatihah sang kiai ditulis menjadi kitab berjudul, Faid Ar Rahman. Inilah kitab tafsir Alquran perdana di Tanah Air yang ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab.
"Apa yang ia (Kartini) tulis dalam Habis Gelap Terbitlah Cahaya (Door Duisternis tot Licht) itu pasti dipengaruhi oleh guru yang sangat ia hormati selama mengaji Alquran," katanya.
"Besar kemungkinan, Kartini menemukan susunan kata legendaris tersebut dalam pengajian Faid Ar-Rahman bersama Kiai Sholeh. Sebab kata-kata itu jelas diambil dari Alquran, minazzulumati ilan nur (dari kegelapan menuju cahaya) (QS Ibrahim [14]: 1)," ucap Gus Lukman.
Apa yang dibaca Bu Kanjeng dari hasil berselancar dengan kacamata 5 D Bu Kanjeng semakin paham. Betapa RA Kartini sosok yang dikelilingi oleh tokoh hebat yang akhirnya mengantar beliau menjadi tokoh perempuan nasional yang membawa banyak perubahan khususnya untuk kaum perempuan dari zaman ke zaman.
Kesimpulan Bu Kanjeng, wajib hukumnya kaum Kartini yang beragama Islam menjadikan Alquran sebagai panutan atau petunjuk dalam menapaki kehidupan di dunia milenial.
Selamat memperingati Hari Kartini 21 April 2022.
Sumber tulisan dari Liputsn 6
Kisah Kartini Terpukau Makna Alquran Oleh Edhie Prayitno Ige pada 21 Apr 2017, 12:20 WIB
16 Comments
Luar biasa. Selamat hari Kartini. Teruslah berada dalam koridor ajaran agama dan visi Kartini
ReplyDeleteIngin menulis dari dua sisi lain yang bisa mencerahkan diri sendiri dan orang lain.
DeleteTerimakasih sudah berkunjung
MasyaAllah, satu lagi sejarah yang baru saya ketahui, kudu banyak membaca nih... Haturnuhun Bu Kanjeng
ReplyDeleteAlhamdulillah. Sami2. Kumaha damanf?
DeleteMasya Alloh, terimakasih Bunda, sudah memberikan ilmu baru....
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa memaknai Hari Kartini dan Nuzurul qutan
DeleteMenjabar Kalamullah. Menjadi inspirator dalam berkarya. Oke Bun.
ReplyDeleteAda 2 evenbyg bisa dipadu supaya bukan hanya sukses duna saja
DeleteMasya Alloh.. tulisan yg sangat bagus...
ReplyDeleteAlhamdulillah indahnya berbagi
DeleteKartini ternyata pejuang Islam...luar biasa bunda
ReplyDeleteSudah dikisahkan di buku Habs Gelap Teebitlah Terang
DeleteTerima kasih tambahan ilmu yang sangat bermanfaat. tulisannya sangat bagus
ReplyDeleteAlhamdulillah. Aamiin YRA
DeleteLuar Biasa Bunda...Selamat Hari Kartini Bunda.
ReplyDeleteTerima kasih selamat hari kartini
Delete