REFLEKSI KOPDAR RVL ALA BU KANJENG.
Oleh : Sri Sugiastuti
Malam belum larut. Semangkuk bakso oleh-oleh Pak Kanjeng di tanggal muda baru saja disantap Bu Kanjeng. Lidahnya masih terasa panas akibat sambal yang dicampur ke dalam mangkuk bakso tersebut. Enam bakso halus khas wonogiri sudah bersarang nyaman di perut Bu Kanjeng yang semakin tebal karena lemak.
Sambil selonjoran Bu Kanjeng mulai ngemil menulis di gadgetnya yang mungil. Ia malas membuka tab A8-nya, apalagi laptop jadulnya yang amat sangat lemot dan tidak bersahabat. Gadget is the best for ngemil menulis. Kebalikan dari salah satu kebiasaan Prof Ngainun yaitu ngemil membaca.
Bu Kanjeng sedang asyik ngemil, tiba-tiba muncul Pak Blantik Literasi mengagetkan sekaligus membuyarkan apa yang mau ditulis Bu Kanjeng.
"Bu Kanjeng, mbok kalau menulis itu rada berbobot. Mosok tulisan monoton dan recehan kayak gitu. Mana efek virus Literasi yang saya tularkan? Itu dibaca di grup sudah saya pancing dengan beberapa tema. Ayo diperbaiki dulu tulisannya kalau mau naik kelas dan bukunya banyak dicari orang,"
Waduh Bu Kanjeng yang mengaku dan punya branding Pegiat Literasi serasa ditampar sandal jepit. Iya sih selama ini dia sadar ngga mau belajar dari apa yang sudah dibaca. Padahal kalau mau serius dan belajar pasti bisa. Lah sudah dinyatakan bahwa menulis itu keterampilan bukan bakat atau sesuatu yang tiba-tiba nempel di otak dan mengalir begitu saja.
"Jadi saya harus bagaimana Pak Blantik, supaya menjadi penulis yang berkelas dan tulisan saya bisa bermanfaat buat pembaca?" Bu Kanjeng yang fakir ilmu mengharap dapat bocoran ilmunya Pak Blantik.
"Itu kalau sedang menulis ya yang serius. Jangan sambil selonjoran, pakai daster klenyer yang membuat Pak Kanjeng usil dan tulisan tidak selesai." Ujar Pak Blantik serius.
"Yaa Allah kok Pak Blantik mudeng ya, kebiasaan emak-emak dengan daster klenyernya."
Lagi-lagi suara Pak Blantik mengagetkan Bu Kanjeng.
"Bu Kanjeng sudah membaca "Epigraf Safari yang Mengabadi" tah? Siapa itu penulisnya? Telly D. Sudah kenal belum?" Ucap Pak Blantik.
"Ya kenal lah, itu sohib Literasi baru saya yang dari Makassar yang suaranya menggelegar tapi membahagiakan. Dia itu mengaku penulis pemula, padahal pernah jadi policy maker di satu lembaga. Sikapnya sangat humble, dan saya banyak belajar dari dia. Padahal hanya bersamanya tidak lebih dari 3 hari." Bu Kanjeng malah nyerocos sak karepe dewe.
"Bukan itu yang saya tanyakan. Sudah baca bukunya belum? Siapa yang memberikan kata pengantar dan editornya?" Cecar Pak Blantik.
"Kalau tidak salah baca,editornya itu Much Khoiri yang punya nama beken Mr. Emcho." Bu Kanjeng jadi ingat merek celana jeans yang ngetrend tahun 80an.
"Bagaimana menurut sampeyan kata pengantar, layout dan juga isi bukunya?" Pak Blantik minta pendapat Bu Kanjeng yang sudah mengaku membacanya.
Sambil membayangkan apa yang sudah dibaca dari buku " Epigraf Safari yang Mengabadi " Bu Kanjeng berusaha menjawab dengan jujur.
"Enak ya Pak, kalau menulis dari hati dan menuangkan apa yang dialami dan harapannya, juga memasukkan pesan moral kepada pembaca secara cantik. Saya mau belajar boleh ngga ya berguru dengan Bu Telly. Saya ini sudah banyak menulis buku tapi naik kelasnya lama. Mungkin Pak Blantik punya trik yang cespleng." Pinta Bu Kanjeng
Rupanya Bu Telly terasa bahwa nama dan bukunya sedang dibahas. Dia pun muncul tiba-tiba dan ikut ngobrol.
"Bu Kanjeng saya itu baru sadar bahwa menulis itu bisa jadi healing dan mengobati kesedihan. Saya bisa menyelam, memanah juga berenang karena saya ingin punya buku traveling yang berkualitas, sekaligus mengajak pembaca mencintai negeri sendiri. Alhamdulillah dua putra saya dengan setia dan siaga mengawal ibunya selama di Sorong 1 bulan."
Bu Kanjeng hanya bisa manggut-manggut mengamini ucapannya.
Bu Kanjeng pun teringat saat Kopdar RVL bersama Bu.Telly, dia sempat sarapan soto seger Hj Fatimah di Yogyakarta. Selain sotonya enak menyelera, di sela sarapan itu ada percakapan asyik yang sempat disimak Bu Kanjeng.
Bu Kanjeng dapat banyak wawasan saat Bu Telly pernah mengunjungi kediaman 11 suku terasing di Indonesia. Bu Telly juga pernah mengunjungi sekolah yang ada di kepulauan Mentawai dimana untuk sampai kesana dengan kapal mengarungi ombak normal yang tingginya 11 meter. Bu Telly juga pernah naik mobil rakitan roda 3 yang biasa buat mengangkut barang, karena tidak ada transportasi lain. Pernah juga dua hari tidak makan dan uang tidak ada nilainya.
Tentu saja apa yang dikisahkan Bu Telly bukan isapan jempol. Karena ada Bu Nunik, mantan kasubag di lembaga yang pernah Bu Telly pimpin.
Waktu itu mereka asyik ngobrol sambil menghabiskan, soto dan kawan-kawannya. Tentu saja itu bagian dari rezeki yang diturunkan Allah untuk Bu Kanjeng. Lengkap sudah, asupan gizi jasmani dan rohaninya.
Lamunan Bu Kanjeng dan flash back kegiatannya saat Kopdar RVL, terusik dengan keusilan Pak Kanjeng yang mematikan lampu ruangan tempat Bu Kanjeng selonjoran sambil nulis di gadget.
"Hai hai, saya masih kerja ya, kenapa lampu dimatikan!" Teriak Bu Kanjeng.
"Ini loh ada tawon di sekitar lampu." dalih Pak Kanjeng. Aslinya dia cemburu dengan gadget yang ada di tangan Bu Kanjeng.
Bu Kanjeng pun meninggalkan gadgetnya dan melangkah ke toilet dan dilanjutkan dengan berwudu. Sorot matanya pun sudah meredup minta diistirahatkan.
Surakarta Hadiningrat, 1 November 2022.
36 Comments
MasyAllah Tabarakallah,,, tulisan sangat luar biasa Bu. Sangat inspirasi dan produktif sekali. Yuk semangat terus berkarya.
ReplyDeleteInsyaallah. Terima kasih sudah berkunjung
DeleteLebih asyik bacanya, tulisan dengan model narasi.
ReplyDeleteBegitu ya. Makasih.Bu Mien
DeleteTulisan yang enak dibaca. Asyik juga nulis seperti ini. Terima kasih ilmunya Bu Kanjeng
ReplyDeleteBerproses dengan berbagai variasi sambil menghibur diri
DeleteAsyiiknya selonjoran sambil ngemin menulis,jadi lebih bermakna kekosongan waktunya ya Bu Kanjeng hee mantaab
ReplyDeleteGaya nenek nenek dengan keterbatasannya
DeleteMantab bunda...pembaca dibawa enjoi nikmayi tiap kata dalam tulisan..enak... Ngalir dan menarik serta berisi.
ReplyDeleteHasil menyimak yang tercecer.
DeleteMasya Alloh... cerita yang mengasyikkan.
ReplyDeleteSampai ada Pak Kanjeng yang usil memberi kode.. hehee..
Sehat - sehat selalu bun..
Menulis suka suka saja
DeleteMenulis bukan tujuan, melainkan bisa menjadi wahana dakwah mencerahkan kesadaran pembaca untuk dapat mengarungi kehidupan lebih baik ....
ReplyDeleteSepakat Pak Abu
DeleteSambil selonjoran saja sudah bisa menghasilkan karya loh... Kereen bunda iri saya dengan semangatnyaa
ReplyDeleteKan punya mind set writing is My Passion
DeleteManteb Bu Kanjemg
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteBunda kanjeng ini tulisannya selalu luar biasa dan membuat kesan klo menulis itu mudah...
ReplyDeleteSaya jd malu dg semangatku yg masih naik turun
Ayo Bun kibarkan semangatnya
DeleteDari pertemuan dengan orang yang satu hobi pasti banyak manfaat dan keuntungan ya. Menyesal sy tidak bisa ikut,. Terbayang bahagianya hati bertemu orang2 hebat.
ReplyDeleteInsyaallah Tahun 2023 akan ada kopdar 2 di yogyakarta juga. Ayo gabung di RVL
DeleteTulisan bunda kanjeng selalu renyah
ReplyDeleteBaru diangkat dari penggorenngan ya
Deleteasyik bisa kopdar di yogya
ReplyDeleteAsyik dong. Tapi salat istikharah dulu
DeleteSambil nglaras bisa nulis. Ok lho Bun.
ReplyDeleteManfaatkan hape pintar.Pak D Sus
DeleteKeren...berbagi cerita. Asyik bisa bertemu dg sahabat / teman2 yg seperjuangan dlm berliterasi
ReplyDeleteIya Bun, insyaallah kita juga bisa kopdar ya
DeleteAsyik sekali mbacanya sambil selonjoran juga, menambah wawasan penulis pemula bunda ...saya.lagi vacum bund...kejar deadline laporan hehe..
ReplyDeleteSemoga tulisan ini bisa jadi food suplemen ya
DeleteKeren bu. Alhamdulillah ada komunitas luring seperti ini. Sangat menginspirasi. Terimakasih ilmunya
ReplyDeleteBisa gabung di grup RVL
DeleteWah banyak yang membaca
ReplyDeleteEnak dibaca, bahasanya mudah
ReplyDelete