Oleh: Sri Sugiastuti
"Kasihnya yang membiarkan saya bertumbuh seperti yang saya inginkan menyediakan Maaf tanpa batas dan menguatkan setiap langkah yang saya ambil."
Telly.D.
Kutipan di atas diambil dari buku "Epigraf Safari yang Mengabadi. Telly. D. Buku traveling dan kehidupan yang isinya daging semua. Layak menjadi food suplemen untuk Bu Kanjeng yang fakir ilmu.
Mengapa Bu Kanjeng mengutip kalimat tersebut? Karena yang paling utama dari seorang penulis adalah support dari pasangan yang mencintai apa adanya. Dan selalu ada saat dibutuhkan.
Sebenarnya hari Ahad kegiatan Bu Kanjeng cukup padat. Tetapi ia harus bisa memilih apa yang harus dilakukan. Sudah ada jadwal antrian membaca 4 buku karya para sahabat. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada penulisnya, Bu Kanjeng memilih buku "Epigraf Safari yang Mengabadi untuk disantap mengisi waktunya di sepanjang hari.
Buku setebal 372 halaman ini, sejak awal sudah mencuri perhatian Bu Kanjeng. Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Diantaranya adalah sang Editor adalah owner RVL (Rumah Virus Literasi) yang mempunyai nama rekaan Blantik Literasi atau Dulgemuk sedang nama aslinya Much Khoiri dan penulisnya anggota RVL Ibu Daswatia Astuty yang mengaku sebagai penulis pemula yang ingin produkif di usia senja.
Penulis itu menggunakan nama pena Telly D. Jangan tanyakan D itu singkatan dari apa, karena Bu Kanjeng belum dapat bocorannya.Tertulis di bionarasi bahwa penulis mencintai dunia pendidikan dan seorang relawan yang terjun ke masyarakat. Pernah mendapatkan amanah sebagai kepala lembaga yang bergengsi di Yogyakarta.
Buku ini dikawal dan dieditori oleh Pak Blantik Literasi yang sangat kondang baik di dalam grup RVL atau pun sebagai penulis buku dan editor andal. Penulis tidak salah pilih, karena sudah datang pada sosok yang tepat untuk mengawal buku ini secara maksimal, ditambah penulis adalah pembelajar yang baik dengan segudang ilmu yang dimiliki juga kemauan yang kuat untuk menjadi penulis hebat. Penulis adalah praktisi yang mampu mengatur waktunya dengan baik dan sanggup menuangkan apa yang ingin ditulis dengan baik.
Membaca buku ini sama asyiknya ketika Bu Kanjeng ngopi bareng atau sarapan bersama dan berbagi pengalaman. Saat menceritakan hal-hal yang pernah dilakukan selama ini dan selalu dikenang. Safari atau Kisah Perjalanan ini memang bukan kisah perjalanan ecek-ecek seperti yang pernah Bu Kanjeng baca. Safari di Keimana dan sekitarnya membuat Bu Kanjeng kepincut dan ingin mengikuti jejaknya. Bagimana penulis berhasil mengajak Bu Kanjeng larut dalam pemikiran, suasana dan juga kebahagiaan penulis menikmati safari tersebut. Ada dua jagoan hebat yang menemani saat mengadakan safari. Bu Kanjeng bisa menarik benang merah, bahwa buku ini juga bagian healing batin penulis bagaimana ia harus move on dari kesedihan yang baru saja dialami. Dan yang terpenting rasa syukur penulis terungkap indah juga menohok hati Bu Kanjeng yang selalu ingin berlomba dalam kebaikan.
Walaupun disadari atau tidak Allah sudah memberikan paket-paket khusus kepada hamba-Nya. Sesungguhnya belajar di universitas kehidupan tidak ada batasnya, selama kita mau belajar dan belajar. Kesempatan membaca buku ini pun dalam rangka belajar di universitas kehidupan Bu Kanjeng.
Sang editor buku ini secara tegas menggarisbawahi bahwa penulis telah berhasil menuntaskan karyanya. Penulis yang mengaku pemula, karena kerendahan hatinya dan juga penulis yang ingin berproses untuk menjadi penulis yang tulisannya berkembang bukan hanya dari segi kuantitas tetapi juga berupaya bagaimana tulisannya agar berkualitas.
Penulis punya harapan terdalam yaitu mencoba bertindak sebagai katalisator kecil yang ikut menjadi salah satu simpul kontinuitas pengetahuan dari yang sudah diabadikan ke dalam tulisan. Sungguh satu pemikiran mulia yang harus segera ditindaklanjuti.
Bu Kanjeng merasa bahagia diberi kesempatan membaca setiap kalimat yang disajikan penulis di bagian Prakata. Penulis menjabarkan apa yang didapat dari gurunya.
"Seorang penulis prolifik, Much Khoiri, telah telah mengajari saya menggunakan pena untuk mengurai kesedihan dan menguatkan diri untuk terus berjalan. Saya mulai serius menekuni bidang menulis, sampai saya terinspirasi oleh artikelnya " Berkarya Saat Senja" dalam bukunya yang berjudul Kitab Kehidupan
(Genta Hidayah, 2021)"
Hal ini dibuktikan penulis dengan semangat terselesaikannya buku ini yang diluncurkan bersamaan dengan acara kopdar perdana RVL dan workshop penulisan yang digelar pada tanggal 21-23 Oktober 2022. Sayangnya di momen peluncuran buku ini, penulis perlu rehat karena kelelahan. Berlaku bahwa sesuai skenario Allah yang terbaik.
Semoga apa yang menjadi harapan penulis agar pembaca semakin bertambah wawasan tentang betapa beruntung menjadi orang Indonesia dan agar lebih mencintai tanah air dengan mengunjungi berbagai tempat di pelosok negeri ini dengan rasa bangga.
"Senja adalah pertanda bahwa siapa pun yang hidup di dunia tidak akan pernah abadi"
Surakarta Hadiningrat, 31 Oktober 2022.
25 Comments
Catatan yang sangat bagus tentang buku ini. Buku yang cukup tebal, hasil dari perjuangan yang tak kenal lelah. Sebuah hasil yang sepadan dg perjuangannya.
ReplyDeleteSaya menikmati setiap kalimat yang dihidangkan. Rencana mau saya setor untuk Antologi kopdar RVL
DeleteSAE SAESTU ( Bagus sekali ) buku ini, yg menunjukkan bahwa usia senja bukan alasan tidak berkarya. Begitu pula insinya yg memberi pengetahuan baru bagi kita yg blm pernah keliling Indonesia. Dengan gaya penulisan yg bagus sekali dg bimbingan Mr. Blantik. Selamat bu Telly D. Dengan karya kita ada.
ReplyDeleteAlhamdulillah saya bisa menikmati buku ini sepenuh hati
DeleteSaya membaca uraian yang inspiratif. Meskipun belum membaca bukunya tapi saya yakin buku yang dibahas Bu Kanjeng adalah buku istimewa
ReplyDeleteSangat istimewa. Pemikiran dan harapannya untuk mengabadikan langkah sangat mewarnai buku ini.
DeleteSangat istimewa Ibu judul bukunya dengan ketebalan Yang lumayan Serta editor Yang tidak mungkin diragukan lagi kemampuannya. meskipun saya belum membaca bukunya
ReplyDeleteAyo Bun,masih ada kesempatan untuk pesan bukunya
DeleteYang hidup di dunia tidak akan pernah abadi. Namun, selama senja masih setia menjumpai setiap hari, yang ditinggalkan sang penulis masih bisa dinikmati.
ReplyDeleteSelamat kpd Bu Telly atas karyanya yang luar biasa. Terima kasih kpd Bu Kanjeng atas bocoran isi buku yang disajikan dengan menarik.
Terima kasih untuk komen istimewa nya
DeleteMasya Allah bu Kanjeng. Barokallah bu. Tulisan dan semangatnya begitu menginspirasi. Terima kasih Allah beri kesempatan untuk berguru di kopdar RVL.
ReplyDeleteAlhamdulillah bila bisa memberikan warna tersendiri di hati ibu
DeleteSaya belum berkesempatan membaca buku "berdaging" itu. Namun, tulisan ibu Telly D di blognya pun demikian khas.
ReplyDeleteSeratus buat Pak D Sus.
DeleteSenja tak berarti harus padam, namun senja justru mengajarkan banyak hak dan mampu membuat kita lebih memahami hidup. Selamat Bu Telly untuk karyanya. Semoga saya berkesempatan untuk bisa baca bukunya. Salam literasai...
ReplyDeleteBegitu lah yang bisa saya simak dari buku yang keren karya bu Telly
DeleteBu Kanjeng, apa kabar? Sehat selalu ya Bu.
ReplyDeleteAlhamdulillah baik.
DeleteMenjadi orang hebat tidak selamanya yang berpendidikan tinggi dan memiliki banyak gelar namun yang termasuk orang hebat adalah orang yang terus belajar dan terus berkarya.
ReplyDeleteSetuju Bun.salam Literasi
DeleteKeren...berbagi cerita. Untuk berkreasi tidak ada kata tua / muda. Yg terpenting semangat untuk berkarya sepanjang masa
ReplyDeleteYes. Mak Yamini sudah menjalani
DeleteMasya Allah, sebuah uraian yang menguraikan tulisan luar biasa. Sangat menginspirasi.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSemangat berkarya
ReplyDelete