Sri Sugiastuti
Matahari masih bersinar tak ingkar janji. Walau dikabarkan
Merapi erupsi. Hal ini tak berdampak di tempat Bu Kanjeng. Situasi semi clockdown masih terasa. Memasuki minggu
ke tiga berjalan terasa lambat. Di benak Bu Kanjeng, masih terlintas antara
percaya dan tidak percaya dengan berbagai kebijakan dan berita yang simpang
siur di medsos maupun TV. But the show
must go on walaupun larangan salat jumat di masjid diberlakukan ini satu kejadian yang langka. Tak heran bila pro
kontra bermunculan.
Hari Jum'at kemarin Bu Kanjeng masih setia datang ke sekolah
yang letaknya tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia bisa berjemur sejenak di
halaman sekolah. Fasilitas gratis dari Allah yang bisa dimanfaatkan untuk
kesehatannya dinikmati. Sambil membaca postingan di WA tak terasa sinar mentari
yang tembus di punggung dan pinggangnya,
dinikmati dengan suka ria. Kehangatan sinar mentari pagi memang tiada
tara.
Usai berjemur, ia asyik dengan tabletnya dan mulai mengikuti
Arisan Puisi yang digelar sohibnya dari Surabaya. Hanya diminta berbagi kalimat
indah dengan tema Indahnya Negeri Bumi Pertiwi. Bermunculan untaian kalimat
indah dari para pemuja aksara indah. Ternyata sambil berjemurpun ia bisa
berkarya. Jadi nikmat Allah manakah yang kau dustakan.
Begitu juga saat ia membuka group Asosiasi Pegiat Literasi
Nusantara, ada puisi indah dari Pak Doktor Marjuki yang sedang galau tingkat
dewa. Puisi yang mengalir dari buah pikir yang yang tersihir bak disambar petir.
Bu Kanjeng dibuat terkagum sejenak. Terbersit di benaknya sambil sedikit terbelalak, inikah refleksi
jiwa merana karena corona.
Semakin diikuti semakin gencar. Para pendekar APLN mulai
terpapar. Virus untaian cetar tentang corana bak halilintar. Tar tar berlanjut
dan bergelayut dari satu tema ke makna rasa duka tak berdaya dalam asa. Begitulah corona memporakporandakan rencana
yang sudah ada.
Bu Kanjeng yang biasanya lugas dan hanya sebagai penikmat
puisi berusaha agar bisa menata kata hingga bermakna penuh pesona. Duhai angan
yang selalu berpikir dan berzikir, ingatlah dunia ini tempatmu berkelana, ada
saatnya kau akan kembali ke haribaan-Nya dengan bekal yang kau punya.
Batinnya terus bersenandung agar mendung yang bergelantung
segera pulang kampung. Bu Kanjeng pun dalam mematuhi larangan itu tetap tawakal
dan optimis. Badai pasti berlalu, dan ia yakin itu.
Ketika jarinya digerakkan Allah membuka video yang terkirim
padanya, ada yang membuat Bu Kanjeng
menangis tersedu dan sesak napasnya. Video yang merekam saat ustadz di
Palestina ikut mendoakan Indonesia agar terhindar dari virus corona dan musibah
yang lain. Bu Kanjeng ikut mengamini doa panjang yang dilantunkan itu. Ia pun
rela menahan rasa laparnya.
Sementara gunung Merapi ikut erupsi juga bisa disaksikan
dari kiriman temannya di Boyolali. Merapi mengapa kau pun sibuk cari perhatian?
Bukankah kau tahu bangsa ini sedang berduka dan berjuang melawan corona. Bu
Kanjeng mengajak Merapi bicara.
# Soloraya Maret 2020
#Dunia Melawan Corona
#Berpuisi bersama PLN
#Ikhtiar sehat dengan Berjemur
# Stay at home
Bersambung
24 Comments
Merapi hendak merayapi tapi matahari telah terlebih dahulu merayapi tubuh para penjemur.
ReplyDeletemantap
Hangat mentari dan manfaatnya rezeki yg patut disyukuri
DeleteMantabs suratabs
ReplyDeleteBelajar berpuisi ria zpak Haji
ReplyDeleteBe optimist
ReplyDeleteof course
Deleteterpancing jiwaku tuk memujamu
ReplyDeleteyang selama ini beku
kau tarik dalam virus buku
sungguh bidadari mengusik kalbu
ku jadikan sosok guru abadiku
kau tanamkan sendi keindahan
kau kenalkan untaian kata keabadian
ntuk menggapai kemuliaan
dalam percaturan kehidupan
maafkan andai kelancangan
mengganggu ibadah dan kesibukan
hasrat sekedar menyampaikan
ucapan beribu-ribu terimakasih dan ampunan
Untaian kalimat indah pemantik diri untuk berlari mengejar mimpi dan terus mengabdi untuk bisa berbagi .Terima kasih untuk apresiasi tertinggi yang sudah diberi
DeleteHebattt Buuu. Tetap aktif berkarya dlm situasi apapun.
ReplyDeleteSelagi ada kesempatan untuk bisa belajar
DeleteSangattt luarrr biasa tulisannya mengalir bak air sungai mengalir sampai ke hilir
ReplyDeleteBerusaha bercerita apa adanya dan terus belajar dari komunitas yang ada
DeleteDiam dirumah bukan berarti tak bisa produktif ya mbak. Terbukti dengan tulisan inspiratif ini. Makasih sdh shate
ReplyDeleteJeng Abby terima kasih sudah singgah dan berbagi disini
DeleteLuar biasa Bun
ReplyDeleteSalah satu gurunya Pak Cecep Gaos.Hatur nuwun
DeleteBunda hebat
ReplyDeleteAyo menulis dan berbagi tulisan
Deletekeren bu kanjeng luar biasa
ReplyDeleteBlognya Bu Eva juga keren ❤
DeleteSemangat, ibu kanjeng.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung. selamat juga untuk hadiahnya dari Omjay dkk
DeleteSemoga Bu Kanjeng sehat selalu dan makin sembangat
ReplyDeleteAamiin YRA. Terima kasih. Tercurah doa yang sama untuk kita semua
Delete