CORONA DAN TAMU DARING LURING (26)





Bu Kanjeng paham kalau dalam  ajaran Islam, tamu memiliki kedudukan yang mulia lagi utama. Jadi pasti sangat bahagia bila ada tamu yang datang. Namun tamu Bu Kanjeng pagi ini di saat PSBB Dunia melawan Corona jadi istimewa dan membuat hati Bu Kanjeng tidak ikhlas.

Bu Kanjeng lupa bahwa ada hadis yang meminta umat Islam untuk memuliakan tamu. Saat Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya,” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Ya, tamu yang datang ke sekolah Bu Kanjeng kemaren ada 3. Sayangnya ia baru sadar betapa masalah tamu jadi sangat utama. Seperti yang pernah dibaca dari pernyataan ahli hukum syariat Islam seperti Imam Malik, Imam Syafii, dan Abu Hanifah, yang memandang bahwa memuliakan tamu sebagai sunah, sementara al-Laits dan Imam Ahmad melihatnya sebagai wajib.

Demikian juga yang dikatakan oleh para pakar hadis, seperti Ibn Hajar al-Asqalani, Imam al-Nawawi, dan al-Manawi. Ada keutamaan dan hikmah yang besar bila memuliakan tamu.

Pertama, mendapatkan pahala, yakni rahmat dan ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Tamu datang dengan membawa rezekinya dan pergi dengan menghapus dosa-dosa kalian, dan Allah menghapus dari dosanya dan dosa-dosa kalian,” (HR Abu Syaikh).

Selain itu, Ibnu Abas ra mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Jika ada tamu masuk ke dalam rumah seorang Mukmin, akan masuk bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti pahala haji dan umrah.”

Ternyata hadisnya cukup banyak dan sangat menjanjikan. Bu Kanjeng jadi ingat dengan 3 tamunya tadi dan bagaimana ia sudah memberlakukan para tamu istimewanya itu.

Semua tamu diterima Bu Kanjeng di sekolah, maklum sekolah adalah rumah ke dua Bu Kanjeng. Selain jaraknya dekat dari rumah, Bu Kanjeng masih ada tugas melaporkan kegiatan sekolah selama Pandemi kali ini.

Tamu pertama hadir tanpa konfirmasi langsung masuk.  Ia permisi ala kadarnya. Seorang pria paruh baya, lumayan gagah memakai celana jean dan jaket tipis. Tanpa memperkenalkan diri dengan nada bicara yang sangat cepat menunjukkan KTP asli. Ia
nyerocos tanpa rem.

"Bu, saya minta tolong, ini dalam perjalanan dari Sragen rumah saya di Magelang, kartu ATM saya ketelan. Saya mau minta sumbangan untuk beli bensin supaya saya bisa sampai rumah." Ucap sang tamu.

Bu Kanjeng berusaha mencerna permintaannya. Kesimpulan bisa diambil. Hmm, ini modus baru. Kata hatinya berperang. Diberi atau tidak. Kalau diberi sama saja memberi peluang orang itu melanjutkan modusnya. Kalau tidak diberi kok ya tega. Uang 10 ribu tidak akan membuat Bu Kanjeng miskin, atau juga kaya raya. Kasih dah. Selesai.

Setelah mengucapkan terima kasih, orang itu keluar dan menyalakan sepeda motornya yang keren hampir mirip Moge tapi tidak terlihat mereknya. Badalah kok ya ada orang tega masuk ke sekolah minta bantuan dengan modus kartu ATM ketelan. Harusnya dia ke bank solusinya kok ke sekolah?

Jeda setengah jam datang lagi tamu yang sudah kencan sebelumnya. Ini tamu yang ditunggu karena bagian dari tabungan akhirat dan literasi. Ada ya tabungan akhirat dan literasi? Ada. Setelah memberikan donasi ada 5 majalah Hadila yang terbit tiap bulan.

Majalah ini menurut Bu Kanjeng penuh berkah. Karena sering disisipkan dalam paket buku yang dipesan kerabat Bu Kanjeng. Begitu juga bila tamu itu mendoakan Bu Kanjeng  dan keluarga, kadang mata Bu Kanjeng berkaca-kaca. Semoga yang sedikit tapi istikamah ini bisa jadi penghapus dosa dan pemberat amal Bu Kanjeng.

Tamu berikutnya saat bada dzuhur, Bu Kanjeng sudah berkemas mau pulang. Ini tamu daring. Sudah lama tidak kontak. Beliau salah satu alumni peserta workshop Nasional Penulisan Buku Ajar yang tinggal di Bandung. Via daring beliau mengaku mengikuti tulisan Bu Kanjeng yang ada di Blog dan di Group. Bahkan tulisan Bu Kanjeng sering untuk bahan diskusi di keluarga. Alhamdulillah, tentu saja Bu Kanjeng semakin yakin apa yang ditulis tidak sia- sia.

Tamu daring Bu Kanjeng kali ini membawa oleh-oleh berupa pertanyaan untuk melengkapi tugas anaknya yang di SD. Oleh-oleh itu pun dipelajari dan Bu Kanjeng bahagia  karena dijadikan referensi atau narsum untuk melengkapi tugas anaknya.

Bu Kanjeng membaca lagi dan cukup menambahkan pengamalan Pancasila untuk menghadapi Corona. Ya menurut Bu Kanjeng ada unsur berbagi, gotong royong, saling menguatkan dan bersatu melawan Corona bagian dari pengamalan Pancasila. Jawaban dilengkapi tugas Bu Kanjeng pun selesai.

Tugas Bu Kanjeng berikut masih nanti bada asar. Ia pun tak mau mendzalimi tubuhnya. Maka rehat sejenak juga perlu. Urusan masak untuk takjil dan berbagi sudah dirancang, insyaallah sebelum magrib akan selesai.

Memang untuk Jumat, Sabtu dan Ahad jadi istimewa buat Bu Kanjeng dan keluarga. Ia membuat menu sederhana berupa nasi bungkus. Tidak banyak cukup 10 bungkus plus untuk konsumsi keluarga. Menu hari ini nasi mihun goreng dan puyunghai.

Cling pukul 17.00 sudah beres semua. Dan siap berbagi. Nasi bungkus belum keluar dari rumah Allah sudah memberi gantinya. Ada nasi dus lengkap snack dari kelompok ibu ibu pengurus TPA. Anak lanang pulang bawa oleh- oleh katanya dari  Mase, ada nugget, Salad Solo juga juga kue kacang. Masih ditambah buah peer.

Melihat makanan berlimpah, niat Bu Kanjeng menggoreng lumpia dan combro batal. Mengapa harus ribet. Nikmati saja yang sudah tersaji. Apakah ini reward dari rangkaian melayani tamu hari ini? Hanya Allah yang mengetahui dan semua itu atas izin-Nya.

#Duniamelawancorona
#Ramadanharike15
#Catatanharianbukanjeng
#Marimuliakantamu
#Soloraya09052020

Post a Comment

8 Comments