Bu Kanjeng paham kalau dalam
ajaran Islam, tamu memiliki kedudukan yang mulia lagi utama. Jadi pasti
sangat bahagia bila ada tamu yang datang. Namun tamu Bu Kanjeng pagi ini di
saat PSBB Dunia melawan Corona jadi istimewa dan membuat hati Bu Kanjeng tidak
ikhlas.
Bu Kanjeng lupa bahwa ada hadis yang meminta umat Islam
untuk memuliakan tamu. Saat Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya,” (HR Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah).
Ya, tamu yang datang ke sekolah Bu Kanjeng kemaren ada 3.
Sayangnya ia baru sadar betapa masalah tamu jadi sangat utama. Seperti yang
pernah dibaca dari pernyataan ahli hukum syariat Islam seperti Imam Malik, Imam
Syafii, dan Abu Hanifah, yang memandang bahwa memuliakan tamu sebagai sunah,
sementara al-Laits dan Imam Ahmad melihatnya sebagai wajib.
Demikian juga yang dikatakan oleh para pakar hadis, seperti
Ibn Hajar al-Asqalani, Imam al-Nawawi, dan al-Manawi. Ada keutamaan dan hikmah
yang besar bila memuliakan tamu.
Pertama, mendapatkan pahala, yakni rahmat dan ampunan Allah
SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Tamu datang dengan membawa rezekinya dan pergi
dengan menghapus dosa-dosa kalian, dan Allah menghapus dari dosanya dan
dosa-dosa kalian,” (HR Abu Syaikh).
Selain itu, Ibnu Abas ra mengatakan, Rasulullah SAW
bersabda, “Jika ada tamu masuk ke dalam rumah seorang Mukmin, akan masuk
bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk
pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti
pahala haji dan umrah.”
Ternyata hadisnya cukup banyak dan sangat menjanjikan. Bu
Kanjeng jadi ingat dengan 3 tamunya tadi dan bagaimana ia sudah memberlakukan
para tamu istimewanya itu.
Semua tamu diterima Bu Kanjeng di sekolah, maklum sekolah
adalah rumah ke dua Bu Kanjeng. Selain jaraknya dekat dari rumah, Bu Kanjeng
masih ada tugas melaporkan kegiatan sekolah selama Pandemi kali ini.
Tamu pertama hadir tanpa konfirmasi langsung masuk. Ia permisi ala kadarnya. Seorang pria paruh
baya, lumayan gagah memakai celana jean dan jaket tipis. Tanpa memperkenalkan
diri dengan nada bicara yang sangat cepat menunjukkan KTP asli. Ia
nyerocos tanpa rem.
"Bu, saya minta tolong, ini dalam perjalanan dari
Sragen rumah saya di Magelang, kartu ATM saya ketelan. Saya mau minta sumbangan
untuk beli bensin supaya saya bisa sampai rumah." Ucap sang tamu.
Bu Kanjeng berusaha mencerna permintaannya. Kesimpulan bisa
diambil. Hmm, ini modus baru. Kata hatinya berperang. Diberi atau tidak. Kalau
diberi sama saja memberi peluang orang itu melanjutkan modusnya. Kalau tidak
diberi kok ya tega. Uang 10 ribu tidak akan membuat Bu Kanjeng miskin, atau
juga kaya raya. Kasih dah. Selesai.
Setelah mengucapkan terima kasih, orang itu keluar dan
menyalakan sepeda motornya yang keren hampir mirip Moge tapi tidak terlihat
mereknya. Badalah kok ya ada orang tega masuk ke sekolah minta bantuan dengan
modus kartu ATM ketelan. Harusnya dia ke bank solusinya kok ke sekolah?
Jeda setengah jam datang lagi tamu yang sudah kencan
sebelumnya. Ini tamu yang ditunggu karena bagian dari tabungan akhirat dan
literasi. Ada ya tabungan akhirat dan literasi? Ada. Setelah memberikan donasi
ada 5 majalah Hadila yang terbit tiap bulan.
Majalah ini menurut Bu Kanjeng penuh berkah. Karena sering
disisipkan dalam paket buku yang dipesan kerabat Bu Kanjeng. Begitu juga bila
tamu itu mendoakan Bu Kanjeng dan
keluarga, kadang mata Bu Kanjeng berkaca-kaca. Semoga yang sedikit tapi
istikamah ini bisa jadi penghapus dosa dan pemberat amal Bu Kanjeng.
Tamu berikutnya saat bada dzuhur, Bu Kanjeng sudah berkemas
mau pulang. Ini tamu daring. Sudah lama tidak kontak. Beliau salah satu alumni
peserta workshop Nasional Penulisan Buku Ajar yang tinggal di Bandung. Via
daring beliau mengaku mengikuti tulisan Bu Kanjeng yang ada di Blog dan di
Group. Bahkan tulisan Bu Kanjeng sering untuk bahan diskusi di keluarga.
Alhamdulillah, tentu saja Bu Kanjeng semakin yakin apa yang ditulis tidak sia-
sia.
Tamu daring Bu Kanjeng kali ini membawa oleh-oleh berupa
pertanyaan untuk melengkapi tugas anaknya yang di SD. Oleh-oleh itu pun
dipelajari dan Bu Kanjeng bahagia karena
dijadikan referensi atau narsum untuk melengkapi tugas anaknya.
Bu Kanjeng membaca lagi dan cukup menambahkan pengamalan
Pancasila untuk menghadapi Corona. Ya menurut Bu Kanjeng ada unsur berbagi,
gotong royong, saling menguatkan dan bersatu melawan Corona bagian dari
pengamalan Pancasila. Jawaban dilengkapi tugas Bu Kanjeng pun selesai.
Tugas Bu Kanjeng berikut masih nanti bada asar. Ia pun tak
mau mendzalimi tubuhnya. Maka rehat sejenak juga perlu. Urusan masak untuk
takjil dan berbagi sudah dirancang, insyaallah sebelum magrib akan selesai.
Memang untuk Jumat, Sabtu dan Ahad jadi istimewa buat Bu
Kanjeng dan keluarga. Ia membuat menu sederhana berupa nasi bungkus. Tidak
banyak cukup 10 bungkus plus untuk konsumsi keluarga. Menu hari ini nasi mihun
goreng dan puyunghai.
Cling pukul 17.00 sudah beres semua. Dan siap berbagi. Nasi
bungkus belum keluar dari rumah Allah sudah memberi gantinya. Ada nasi dus
lengkap snack dari kelompok ibu ibu pengurus TPA. Anak lanang pulang bawa oleh-
oleh katanya dari Mase, ada nugget,
Salad Solo juga juga kue kacang. Masih ditambah buah peer.
Melihat makanan berlimpah, niat Bu Kanjeng menggoreng lumpia
dan combro batal. Mengapa harus ribet. Nikmati saja yang sudah tersaji. Apakah
ini reward dari rangkaian melayani tamu hari ini? Hanya Allah yang mengetahui
dan semua itu atas izin-Nya.
#Duniamelawancorona
#Ramadanharike15
#Catatanharianbukanjeng
#Marimuliakantamu
#Soloraya09052020
8 Comments
Tamu membawa rizki. Rizki yg barakah. Kdg ada tamu tak diharap adalah pembelajaran
ReplyDeleteIya Bu Ismi.tadinya gemes banget saya itu orang hbs dikasih uang 10 ngeblas naik motor keren
DeleteAlhamdulilah ibuk...masyaAllah..
ReplyDeleteSambil belajar hadis lagi n8h
DeleteSemua bisa jadi tulisan jika ditangan bunda....
ReplyDeleteTulisan saya memamg yang kasat mata
DeleteLuar biasa 👍👍
ReplyDeletebelajar memuliakan tamu
Delete