Sepertinya bukan bu Kanjeng namanya kalau tidak memanfaatkan
kesempatan yang ada di depan mata. Apalagi kesempatan itu berhubungan dengan
literasi yang selalu ada di hati.
Hmm, kesempatan yang mana ya? Pasti penasaran. Itu loh,
Wisata Literasi yang digelar RKWK (Rumah Kreatif Wadas Kelir). Kegiatan yang
dirancang jauh hari, akhirnya datang juga.
Bu Kanjeng itu tidak mau kehilangan momen berharga untuk
bisa belajar dan silaturahmi yang dikemas jadi satu. Persis seperti tema Wisata
Literasi RKWK Juni-Juli 2019."Jalin Silahturahmi dengan Literasi".
Ternyata memang sehati, tema itu sesuai dengan rencana
ngebolang bu Kanjeng. Dirancanglah langkah menuju upgrade diri bersama Wisata
Literasi. Ia bergabung dengan rombongan Semarang yang dikomandani Pak Bagong. Transit
di rumah Bu Kun di Ambarawa sohibnya yang punya hobi beda tipis. dengannya.
Mengajak teman juga untuk gabung ke Ambarawa. Ia adalah bu Kus. Ya mereka
komunitas literasi yang ada di Jawa
Tengah yang dipertemukan Allah lewat hobi yang sama.
Jumat pagi bu Kanjeng deal dengan supir grab yang siap
mengantar mereka ke Bawen, meeting point yang ditentukan bu Kun. Tepat pukul
08.00 sudah sampai di lokasi. Acara ke toilet dan nunggu sebentar itu bagian
dari seni orang janjian. So dinikmati saja.
Kali ini Ambarawa membawa kenangan tersendiri di hati bu
Kanjeng. Padahal sudah ratusan kali seumur hidupnya melewati kota itu. Ternyata
kota Ambarawa menyimpan banyak sejarah juga keindahan alam yang masih bisa
dioptimalkan. Dalam waktu yang singkat 3 obyek bisa mereka kunjungi.
Luput ngebolang di Dusun Sumilir karena datang terlalu awal
tidak mengecewakan mereka. Mobil putar arah menuju Banyubiru, ya mereka ingin
beli wader goreng langsung dari produsennya. 30 menit transaksi selesai. Mereka
lanjut memenuhi hajat untuk sarapan. Bu Kun rekomendasi sarapan di warung makan
mbak Atun yang menyediakan menu khas serba ikan dan sayur. Semua menu yang
tersaji menyelera. Mereka makan dengan lahap. Pilihannya nasi pecel plus belut
goreng.
Usai sarapan, mereka melewati Kampung Rawa. Obyek wisata
dengan view Rawa Pening dari dekat. Semilir angin jelang siang, dan rindangnya
pohon di sekitar membuat mereka betah. Apa daya panggilan untuk menunaikan
sholat Jumat lebih utama. Mereka beranjak meninggalkan lokasi itu.
.
Sementara pak Kanjeng dan pak Kun sholat Jumat. Tiga ibu
rempong itu menyiapkan sayur istimewa berbahan daun dan batang lompong ayu.
Dalam hitungan sekejap hidangan tersaji. Bu Kanjeng dan bu Kus rupanya diberi
keberkahan dalam silaturahminya. Ada sirsak madu matang pohon yang siap
disantap sebelum makan siang. Buah sirsak yang luar biasa enaknya. Langsung
dimakan. Segarnya buah yang matang di pohon itu memiliki sensasi tersendiri.
Bada Asar acara ngebolang dilanjut. Ya mereka menuju Eling
Bening. Mereka menikmati view Rawa Pening dan gunung Telomoyo dari tempat yang
akan tinggi. Tempat ini surga bagi pengunjung yang hobi berswafoto. Ketiga ibu
itu asyik saja klik sana sini dengan spot yang berbeda. Jelang magrib mereka
baru kembali ke rumah.
Malam di Ambarawa dinikmati bu Kanjeng dan dua temannya jadi
ajang kangen-kangenan. Mereka melepas rindu, diskusi, saling tukar ide dan
merancang ke depan untuk Literasi mereka. Mungkin tak tidur pun mereka rela
untuk berbagi ilmu dan pengalaman literasi yang sudah dijalani.
Pukul 03.30 kehebohan mulai terjadi. Ketukan di pintu kamar
membuat bu Kanjeng terbangun dan sadar bahwa saat itu ia di rumah bu Kun. Ia
segera masuk dapur, mengambil wajan. Proses goreng lumpia mulai. Sementara bu
Kun masuk kamar mandi.
Bu Kanjeng mulai panik, karena lumpia yang digoreng hasilnya
tidak maksimal. Ternyata dia salah ambil wajan. Ada korban di wajan itu. Lumpia
yang digoreng beberapa pecah dan mengotori minyak. Bu Kun ambil langkah ganti
wajan dan menggoreng hingga tuntas.
Barang yang sudah dipacking disiapkan. Tet, bada subuh
mereka harus meluncur ke stasiun Tawang yang akan mengantarkan mereka ke
Purwokerto tepatnya ke Baturaden dan RKWK (Rumah Kreatif Wadas Kelir) basecamp
kegiatan Wisata Literasi.
Kehebohan kedua terjadi ketika bu Kun mengingatkan untuk
menyiapkan KTP dengan percaya diri bu Kanjeng membuka dompetnya. Ternyata KTP
tak ditemukan. Bu Kun dan bu Kus ikut sibuk mencari. Mungkin KTP itu terselip
di antara banyak kartu plastik lain yang
dimiliki bu Kanjeng. Ternyata zonk.
Bu Kanjeng berusaha tenang. Bismillah semoga hape pintar
yang dimiliki bisa mengatasi masalah ini. Langsung galeri dibuka foto KTP lalu
dikirim ke nomer WA Bu Kun dan juga pak Bagong sebagai kepala suku pertiketan
Semarang - Purwokerto dari peserta Wisata Literasi.
Cling foto dikirim dengan keterangan KTP
"ketlisut". Akhirnya bu Kanjeng tenang dengan harapan masalah KTP
untuk boarding bisa teratasi.
Semua sudah siap di dalam mobil. Perjalanan Ambarawa -
Semarang lancar berkat adanya jalan bebas hambatan yang berbayar. Tepat pukul
05.40 Mereka sudah berada di area stasiun Tawang, Group kecil yang berisi
peserta Wisata Literasi mulai ramai, saling sapa dan memberi info posisi dan
lokasi masing-masing.
Rupanya kesabaran mereka masih harus diuji. Harapan dan
kenyataan yang dihadapi berbeda. Pak Bagong kepala suku mereka belum muncul,
keberadaannya belum jelas dimana. Dan tidak bisa dihubungi. Mereka sudah berada
di menit kritis untuk segera masuk ke dalam kereta yang akan membawa mereka ke
Purwokerto.
Mata mereka tertuju pada pintu keberangkatan dan berharap
pak Bagong segera muncul. Akhirnya datang juga. Segera tiket dibagikan.
Kodratullah mereka belum ketinggalan kereta. Suasana mencair dari ketegangan
sesaat. Semua bernapas lega.
Kereta bergerak menuju stasiun Poncol. Lanjut melaju membawa
mereka ke Purwokerto. Komunikasi dengan Relawan RKWK terus terpantau yang akan
menjemput mereka di stasiun. Pemandangan di luar jadi bonus bu Kanjeng
menikmatinya
Ada dua mobil yang akan mengantarkan mereka ke hotel di
Baturaden. Senyum sapa ceria dari penjemput mengobati kerinduan bu Kanjeng pada
relawan yang super duper itu. Mereka sangat militan dan punya dedikasi yang
tinggi untuk bisa melayani tamu dan berbagi.
Sebelum tiba di Baturaden mereka mampir makan siang di
warung Kya Kye yang pemiliknya salah satu relawan RKWK. Menu yang dipilih bu
Kanjeng agak beda. Perpaduan bakso kuah yang dilengkapi dengan ketupat. Mau tau
rasanya? Someday akan dibahas lagi lebih detail sensasinya. Oke ya
Proses kedatangan peserta yang tidak bersamaan bisa ditebak
bu Kanjeng pasti membuat panitia agak ribet, Jadi tidak heran kalau acara jadi
molor atau melenceng dari jadwal. Tapi fleksibel saja wong namanya wisata.
Walaupun agak molor dan cahaya hampir redup ketika tiba di lokasi tepatnya di
Umbul Bengkok yang memiliki view cantik. Acara ramah tamah atau pembukaan
dibuka. Mereka serius dan kebahagiaan
para peserta wisata literasi terpancar dari raut wajah masing-masing.
Usai pembukaan masih ada beberapa agenda wisata malam.
Wisata religi untuk bisa sholat magrib di masjid Alun-alun Purwokerto.
Terbentur waktu di jalan kena macet, maklum imbas suasana malam minggu
Baturaden seperti itu.
Bu Kanjeng hanya sempat ke Toilet masjid, faktor baju kotor
dan cari tempat parkir susah jadi alasannya. Di ber peserta Wisata Literasi ala
RKWK digelar di alun-alun, Nasi kotak dan segelas air mineral selain membuat
kenyang juga menambah keakraban.
Pukul 20.00 mereka harus sudah ada di armada guna lanjut ke
The Village dan Wonderland Ala Purwokerto. Wah tempat ini cocok buat orang yang
sedang memandu kasih dan keluarga yang ingin kuliner di malam hari. Temaran
lampu taman dan cahaya dari dalam gedung food court, bisa digunakan untuk
membayangkan suasana the Village saat langit cerah.
Aksi berswafoto terjadi dimana-mana. Tak peduli hasilnya.
Yang penting mereka bisa menikmati kebahagiaan itu. Sebelum meninggalkan the
Village ada Milo hangat yang didapat dengan menukarkan kupon. Rasa milonya sih
biasa, tapi sensasi antri dan minum bareng sambil ngobrol itu yang tak biasa.
Ada bersama komunitas yang biasanya cuma ngobrol di WA, tapi malam ini bisa
kopdar bercanda ria.
Tiba di hotel, rasanya dzolim banget kalau tubuh ini tidak
diberi kesempatan untuk istirahat. Pikir
Bu Kanjeng. Ia langsung persiapan rehat. Niat mau lembur menyelesaikan
tulisan itu pun urung.
Ahad hari kedua di Purwokerto, full konsentrasi di RKWK
bersama team pak Guru Heru. Bagi bu Kanjeng ini kunjungannya yang kedua. Sudah
tidak asing dengan suasana Wadas Kelir. Karena acara pertama
sarapan suasana jadi semakin akrab.
Di sela sarapan ajang pamer buku dimulai, yang semalam sudah
kasih bocoran tentang Karyanya dan yang penasaran dengan karya temannya
langsung merapat. Teristimewa dapat tanda tangan penulisnya yang tertera di
halaman dalam buku. Alhamdulillah buku bu Kanjeng laris manis. Ia juga buku
karya temannya dan buku pak Heru titipan teman yang ingin bergabung di group
menulis Wadas Kelir.
Inti acara literasi
ada di hari Ahad. Pak Guru Heru blak blakan memberikan semua ilmu dan
pengalamannya dengan literasi termasuk cara kerja da harapannya depan. Tentu
saja peserta sangat antusias untuk segera mewujudkan naskahnya jadi buku.
Tumbuh rasa percaya diri dengan potensi yang mereka miliki.
Duh, dasar bu Kanjeng, di tengah acara berlangsung dia punya
kepentingan membatalkan tiket kereta Joglosemarkerto. Rencana pulang berubah
total ia ingin memanjangkan silaturahmi sampai sampai Wonosobo. Dicoleknya bu
Romdonah agar ia bisa pulang bareng. Tentu saja bu Romdonah dengan senang hati
menerimanya. Ada dua kemungkinan, naik armada travel atau ada pertolongan
jemputan. Berharap yang terbaik agar tak kecewa. Itu bu Kanjeng. Urusan
pembatalan bermodalkan kesabaran dan kebaikan Relawan pun selesai.
Kembali ke acara Literasi yang saat itu waktunya break
Coffee. Kembali gerai buku ramai. Sambil menikmati jajanan khas wadas kelir,
mereka bersinergi tuk punya produk naskah atau buku yang mereka tulis. Yang
paling penting bu Kanjeng punya kesempatan memperkenalkan bukunya, juga bisa
barter dengan teman.
Malam kedua di Baturaden, mereka pindah hotel. Ada pentas
seni nanti bada Isya. Pengisinya ya peserta Wisata literasi bersama Relawan.
Dikondisikan untuk bisa saling menghibur dan menampilkan bakat terpendam
masing-masing. Ada 4 group dan spontanitas dari Relawan yang akan mengisi
pentas seni.
Saatnya mereka menghibur dan dihibur. Sungguh ini jadi
bagian yang tak terlupakan setelah dua tampilan terakhir yang membuat mereka
gembira ria dengan tampilan jogedan Kewer- Kewer dari video yang mereka tonton.
Dan sebagai penutup ada mba Hani pemenang lomba Dongeng nasional yang mengajak
penonton ikut senam wajah dan tertawa
bersama. Mereka menikmati pentas seni malam itu secara total. Acara sudah bubar
tapi mereka masih ingin kebersamaan itu berlanjut. Dalam dinginnya udara malam
di Baturaden mereka membuat kopi lalu melanjutkan ngobrol santai hingga larut
malam.
Di luar udara dingin menusuk tulang sumsum. Tapi dalam
keadaan mata masih ngantuk suara penjaul kopi
susu dan nasi sudah keluar masuk hotel. Bu Kanjeng terbangun dan
lanjutkan ritual rutinnya. Segera mandi dan packing. Karena pagi ini masih ada
giat wisata literasi dan games yang dikemas sukarelawan RKWK. Dengan dress vode
kaos biru dongker. Peserta wisata literasi menuju obyek wisata Baturaden.
Pikiran bu Kanjeng flash back ke tahun 1990 saat pertama
kali ngebolang wisata ke Baturaden. Walaupun sudah puluhan tahun, taman dan
suasana tetap sama yang beda bu Kanjeng. Ia semakin tua sudah tak selincah dulu
lagi. Tapi pagi ini ada energi khusus. Ia dan komunitasnya pagi ini sangat
bersemangat mengikuti games literasi. Mereka penuh ceria dan kembali berswafoto
disana-sini.
Sebagian dari mereka terpikat dengan pecel, pisang goreng,
mendoan, dan aneka jajanan yang ada di obyek wisata itu. Sebelum games dimulai
mereka bebas jajan yang mereka sukai.
Teng teng teng. Games segera dimulai. Mereka diminta
berbaris sesuai dengan kelompoknya. Menyajikan yel-yel dan mengikuti games
dengan serius tapi santai. Gelak tawa dan guyonan seru menggema. Dari mulai
tebak kosa kata, yel-yel hingga keterampilan motorik dan konsentrasi jadi
bagian dari acara games itu. Acara games ditutup dengan pengumuman juara 1, dan
2. karena cuma ada 4 kelompok. Hadiah yang diterima 2 piring mendoan hangat
yang bisa mereka nikmati bersama.
Mereka dibatasi waktu pukul 12.00 harus check out. Jadi
diminta segera ke mobil. Sambil. Menuju mobil bu Kanjeng melihat kerumunan
orang belanja oleh-oleh, bu Kanjeng ngga mau ketinggalan. Uang 50.000 pun
bertukar dengan getuk goreng dan sale pisang. Alhamdulillah sudah ada yang bisa
ditenteng.
Akhirnya tiba juga di penghujung acara. Mereka harus
berpisah. Kembali ke habitat masing - masing. Atau melanjutkan kegiatan yang
lain. Selesai makan siang di Gereh Lodeh yang bikin gagal paham bu Kanjeng dan
kawan-kawan. Mereka gagal paham karena menu yang terhidang bukan sayur lodeh
dan gereh, tapi gulai nangka dan telur dadar. Ibu-ibu masih berharap ketemu
sambel. Alhamdulillah akhirnya sambel terhidang walaupun terlambat.
Satu persatu peserta setelah mendapat sertifikat dan urusan
pertitipan buku selesai, mereka berpamitan. Termasuk bu Kanjeng dan bu Romdonah
yang sudah dijemput untuk melanjutkan perjalanan ke Wonosobo. Dengan perasaan
yang mengharu biru walau hanya 3 hari 2 malam kebersamaan itu sangat melekat.
Mereka punya misi dan visi yang sama untuk berjuang di bidang literasi
sekaligus menjalin silaturahmi.
Rupanya bu Kanjeng, masih punya celah memanfaatkan waktu
nyambung silaturahminya ke Kali Bawang Wonosobo ke rumah bu Romdonah. Ternyata
lagi-lagi bu Kanjeng gagal paham. Disangka jarak rumah bu Romdonah dengan
alamat yang dituju bu Kanjeng kisaran 5-6 Km. Ternyata Oh ternyata jarak itu 30
km. Dengan kontur jalan berliku, naik turun gunung.
Bu Kanjeng, ngga habis pikir. Semangat dan daya juang
sohibnya itu luar biasa. Maka tak heran muncul buku Romdonah dengan judul
"Never give up". Andai bu Kanjeng yang menjalani belum bisa bertahan.
Melintas hutan sengon, kopi, cokelat dan
juga pohon kelapa, sesekali melewati jalan yang kanan kiri jurang. Melewati juga
jalan bekas longsor. Dan yang lebih horor melintas jembatan rusak yang tetap
berfungsi karena blm ada dana.
Mentari jingga terlihat cantik menyembul dari sela pohon. Bu
Kanjeng menikmati keindahan itu sambil terus memuji sang Pencipta. Perlahan
meredup berganti dengan datangnya malam. Baru duduk sebentar azan magrib
berkumandang.
Tiba saat nya sholat Dalam sujudnya bu Kanjeng bersyukur
bisa sampai di desa yang dikelilingi gunung. Nama gunung itu pun sesuai dengan
kondisinya. Ada gunung Lanang, ada gunung Lawang da. Beberapa gunu g lagi.
Bu Romdonah sangat memuliakan tamu. Semua makanan yang
dimiliki langsung terhidang di meja tamu. Carica Home made, slondok, salak dan
seporsi bakso yang bersanding dengan timun muda, enaknya yummy yummy. Rasanya.
Mereka masih ingin ngobrol. Bu Rom. meminta bu Kanjeng. bermalam di rumahnya.
Ahh, bu Kanjeng sudah janji bermalam di rumah keponakannya. Rupanya bu Romdonah
bertanggung jawab. Ada putranya yang siap mengantar bu Kanjeng sampai tujuan.
Waktu tempuh 45-60.menit naik sepeda motor.
Sampai di tujuan bu Kanjeng masih ngobrol asyik. Ngudar roso
untuk kehidupan yang lebih baik, dan mengingat susahnya hidup di desa saat itu.
Di. Sela ngobrol bu Kanjeng menyisipkan kegiatan literasinya, yang berujung 6
bukunya terjual. Bu Kanjeng berpikir buku itu dibeli mau dibaca atau cuma
sebagai koleksi. Pokokmen Alhamdulillah.
Ketika badan yang merasa didzalimi minta rehat
sejenak, Bu Kanjeng pun. memerintahkan tubuhnya beristirahat. Besok
masih ada perjalanan panjang untuk sampai rumah. Bu Kanjeng merefleksi sejenak
dengan kegiatannya di luar rumah selama 5 hari bagai mengikuti kursus singkat di lembaga kehidupan yang mengikuti
perjalanannya.
Kedekatan bu Kanjeng dengan keponakannya yang satu ini
memang istimewa. Bu Kanjeng ikut mengawal gerak dan langkahnya. Hingga akhirnya
sang keponakan pun mengalami pahit getirnya hidup dan terus berproses, hingga
menemukan jati dirinya. Jadi kalau acara bu Kanjeng mengupgrade diri bersama
Wisata Literasi itu sangat pas mantap. Bu Kanjeng bisa membaca kehidupan dari
yang dia lihat. Entah itu orang yang dikenal atau tidak. Perenungan sebelum
tidur pun terbawa mimpi. Pagi jelang subuh bu Kanjeng sudah bangun dan merasa
fresh. Alhamdulillah.
Obrolan semalam yang terputus tersambung lagi. Kruntelan di
kamar sambil "say helo" di group komunitas yang mereka miliki. Bu
Kanjeng sudah dibelikan tiket travel via online. Kuliner pagi ditawarkan.
Posisi bu Kanjeng sebagai tamu sangat dimuliakan. Tak heran bila ia diminta
memilih. Pilihan bu Kanjeng adalah soto yang seger dan tak terlalu
mengenyangkan.
Soto Pak Broto jadi pilihan. Tidak salah pilih. Sotonya
"enak pol". Soto ayam yang dipesan nasi ya sedikit. Sayuran/taugenya
yang banyak segera terhidang. Bu Kanjeng melihat hamparan piring dengan isi
aneka jenis makanan temannya soto. Ada sate telur puyuh, sate usus, sate ati,
tempe goreng, bergedel, cireng juga bakwan. Semua menyelera. Tapi bagi bu
Kanjeng yang paling menyelera ya jeruk nipis dan sambel ijo.
Pulang kuliner mereka memilih jalan kaki. Bu Kanjeng ingin
bakar lemak. Ya tadi 3 berkedel sudah bersarang di perutnya. Bu Kanjeng yakin
kalori yang masuk sepagi ini sangat berlebih. Solusinya harus segera bergerak
dan beraktivitas yang bisa membakar lemak. Bu Kanjeng dengan senang hati
berjalan sambil ngobrol.
Bu Kanjeng dapat tiket travel keberangkatan pukul 10.00. Ia
janjian bertemu dengan bu Latifah. Ada kecap produk bu Latifah yang diminati bu
Kanjeng. Waktu terus bergilir. Bu Latifah juga memanfaatkan waktu paginya untuk
cuci baju dan membuat bakwan. Pukul 09.45.bu Latifah baru datang, bersamaan
dengan datangnya telpon dari travel yang meminta segera ke Tiga Bintang karena
sudah ditunggu penumpang lain.
Duh lagi- lagi bu Kanjeng gagal paham. Dikira dijemput dan
cukup duduk manis menunggu ternyata tidak. Segera hubungi grab. Cipika cipiki
dengan bu Latifah, terima kecap dan bayar. Ritual penting lainnya berfoto ria.
Grab pun datang. Pihak travel, telpon maning, telpon maning.
Sementara di jalan pun ada cegatan atau razia zebra. Bu Kanjeng terlambat 5
menit. Ia minta maaf pada pak driver dan juga penumpang lain yang sudah
menunggu. Tak lama Luxio berpenumpang 4 orang plus 1 driver meluncur menuju
Solo lewat Muntilan-Yogya-Klaren Solo. Bu Kanjeng yang duduk di depan merasa
puas bisa leluasa memandang ke depan melintas jalan yang berlika-liku dan mengasyikkan.
Memori bu Kanjeng, flash back 6 tahun lalu saat ia dan pak
Kanjeng melintasi jalan itu dalam kondisi hujan lebat, belum tau medan, gelap menjelang. Mereka yang tanpa
rencana dari silahturahmi ke Salatiga lanjut ke Wonosobo dengan sepeda motor.
Itu pengalaman mahal dan penuh tantangan. Mungkinkah bisa diulang lagi. Saat
ini pak Kanjeng usianya hampir kepala 7. Berkhayal pas jalan saat musim duren.
Wah pasti menyenangkan.
Jarak tempuh Wonosobo - Solo dalam keadaan macet di beberapa
lokasi butuh waktu 5 jam plus dua kali berhenti, di rest area Randusari dan
Condong catur tuk sholat. Pas azan asar berkumandang bu Kanjeng tiba di rumah.
Pak Kanjeng yang ditinggal 5 hari menyambut gembira
kedatangan istrinya. Bongkar oleh-oleh pun dimulai. Ternyata rezeki yang
berlimpah berupa pisang. Bari Ambarawa ada pisang kepok. Di Baturaden bu
Kanjeng beli pisang sale sale dan getuk goreng. Dari bu Romdonah dibawain
pisang Ambon ijo dan salak. Dari keponakan ada carica dan pisang Nangka. Lah di
rumah pak Kanjeng pun panen pisang. 10 sisir pisang kepok siap antar ke cucu
dan ketetangga. Ya rezki serba pisang.
Nikmat Allah manakah yang kau dustakan. Bu Kanjeng
memejamkan matanya, dan menarik napas panjang mensyukuri nikmatnya mengupgrade
diri dan berwisata literasi. Satu paketan istimewa pengisi liburannya di tahun
ajaran 2018-2019 sudah diseting Allah untuknya.
Sri Sugiastuti pegiat literasi yang selalu ingin berbagi.
Soloraya 04-07-2019.
18 Comments
Siap..termotivasi Bu Kanjeng... Silahkan sy tunggu kunjungan baliknya di www.sarastiana.com
ReplyDeleteBaik Pak Saras siap
DeleteSangat meyakinkan bu Kanjeng emang luar biasa he he rempong, ngebolang, istri sholihah, inspirator bla bal pokoknya top dah
ReplyDeleteAyo Bu Husnul kapan kita bisa kopdar silahturahmi
DeleteWajah penuh semangat literasi semoga berkah di mlm lailatul qadar tetep mencipta
ReplyDeleteTulisan indah selalu hadir. Meski peristiwa lama tetap indah jadinya
ReplyDeleteIya Bu, indahhya.berbagi
DeleteKulinernya jd terbayang bayang hmmm
ReplyDeleteWisata.Literasi satu paket..dengan kuliner
DeleteLuar biasa ibuk... Pingin sll jln2 sorti bu kanjeng bnyak teman..
ReplyDeleteIya potensi dirinya silahturahmi
DeleteKerenn Bun
ReplyDeleteTerlalu asyik.mejikmati.wisata.literasi
DeletePerjalanan yg sgt berkesan. Senangnya.... Ikut mengenang jg nih, sy, di WL RKWK.
ReplyDeleteYa Bu Alhamdulillah
DeleteSaya simpan di blog kenangan ini
ReplyDeletemenyenangkan
wah menyenangkan
ReplyDeleteAlhamdulillah ada nikmat sehat dan sempat
Delete