Sri Sugiastuti
Menghitung bulan ketujuh sejak Pandemi Covid-19 dinikmati lahir batin oleh Bu Kanjeng. Satu buku karyanya yang berkisah tentang corona pun jadi bagian dari keberkahan adanya su Covid-19.
Beralihnya Base data ke Big data juga bagian dari fenomena yang ada. Kecanggihan teknologi mampu merangsang semua orang berbuat sesuatu sesuai dengan takdirnya. Begitu juga dengan istilah ganti Menteri ganti kurikulum. Benarkah? Bukan hoax ya?
Bu Kanjeng yang rada sensi dan sedikit baper bila membahas Kurikulum. Maklum ia termasuk guru kolonial yang berhadapan dengan siswa milenial.
Sejak ia jadi guru 34 yang lalu, sudah mengalami beberapa kali ganti kurikulum. Beruntung Bu Kanjeng punya semboyan "Apapun kurikulumnya, guru kuncinya". Jadi tetap stabil dan ikuti sosialisasinya.
Akhirnya Bu Kanjeng ngulik dong tentang si bakal jadi kurikulum itu. Apa dan bagaimana rencananya. Apakah lebih simpel dan beedaya guna atau hanya wacana tanpa usaha yang maksimal
Ini yang bisa ditulis.ulang .Tulisan ini menyatakan bahwa Kurikulum 2021 akan menitikberatkan penyesuaian konten, asapnya mengepul ke segala arah. Hingga pameo “Ganti Menteri Ganti Kurikulum” kembali mengemuka di jagat media.
Apakah cukup penyesuaian konten saja yang perlu dibongkar? Tidak adakah hal urgen lain yang perlu dicongkel untuk membuang penyakit di tubuh lembaga yang pernah dipimpin Ki Hajar Dewantara ini? Perlu untuk kita ulas lebih dalam.
Dinamika Kurikulum Era 4.0 (Think Locally and Act Globally)
Pendidikan di Indonesia tidak lepas dari adanya perubahan dan penyesuaian. Dari waktu ke waktu ada dinamika. Bahkan sering terjadi dan menjadi sorotan tajam masyarakat. Sehingga setiap ada pergantian menteri pendidikan, pameo “Ganti Menteri Ganti Kurikulum” mengemuka dan menggelinding liar.
Penilaian masyarakat terbukti. Ganti menteri ganti kurikulum betul terjadi. Ambil contoh saja 4 menteri yang masih kita ingat seperti Mohammad Nuh, Anies Baswedan, Muhadjir Effendy, dan Nadiem Anwar Makarim. Keempat tokoh ini menjadi nakhoda kapal besar KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Kurikulum 2013, dan wacana Kurikulum 2021.
Proses panjang dinamika kurikulum di Indonesia sebetulnya lebih diarahkan pada penyesuaian situasional. Mengikuti perkembangan dan tuntutan jaman. Memiliki tahapan-tahapan untuk mereviu dan merevisi. Memberikan layanan terbaik kepada peserta didik.
Mengubah sudut pandang teacher centered ke student centered. Konsep student centered menuntut guru bukan lagi sebagai kamus berjalan. Transfer knowledge tidak cukup hanya disampaikan lewat ceramah. Hanya mengedepankan capaian aspek knowledge. Mengesampingkan ketercapaian aspek psikomotoric dan character value.
Biarkan semua.berproses kata Bu Kanjeng. Ia yakin semua.akan indah pada waktunya. Ayo teman semangat ya. Hadapi semua dengan senyuman.
54 Comments
Mantul, Bu
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteSepertinya memang benar pemeo itu, "ganti menteri ganti kurikulum"
ReplyDeleteJangan panik
Deleteleres saestu bunda 👍👍
ReplyDeleteTetap.semangat
DeleteKurikulum brganti guru tetap stabil dan terus meningkatkan kompetensi
ReplyDeleteKompetensi mengajar memang harus dimiliki guru
DeleteSiiip
ReplyDeleteAlhamdulillah
Deleteterjadi memang seperti di pameo bunda Kanjeng
ReplyDeleteJidup.guru
DeleteMntpp ibu, mdh2an tdk ada pergantian kurikulum yg ada pnyederhnaan dan penyesuain...trims
ReplyDeleteIkut saja kebijakan yg ada
DeleteBenar sekali, Guru adalah kurikum sesungguhnya, apapun kurikulumnya, Guru tetap pemegang kunci keberhasilan pendidikan
ReplyDeleteYa guru kuncinya
DeleteBenar Bunda...tidak adakah yang lebih urgen yang diganti ?
ReplyDeleteSepertinya begitulah
DeleteYes....bunda Kanjeng
ReplyDeleteTq
DeleteMantul Bu. Guru memang garda depan setiap perubahan.
ReplyDeleteSudah saatnya perubahan di lakukan ...tapi siapkah masyarakat menerimanya perlu telaah lebih lanjut ...tetap semangat bapak dan ibu guru..
ReplyDeleteSetiap ada perubahan kurikulum, yang perlu diperhatikan adalah "ruh" kurikulum baru tersebut sehingga pendidik dapat ikut mensukseskan kurikulum baru tsb. Jika setiap ada perubahan kurikulum tidak diikuti pemahaman maksud kurikulum baru tersebut dan tidak diikuti dengan perbaikan proses pembelajaran, maka perubahan kurikulum apapun dan sebagus apapun hanyalah dokumen hitam di atas putih, tidak akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan nasional. Di sinilah letak pentingnya peran serta aktif dari unit terkecil dlm sistem pendidikan yaitu satuan pendidikan (sekolah), terkhusus pendidik dalam mendukung kesuksesan kurikulum. Terima kasih Bu Astuti untuk artikelnya yang inspiratif.
ReplyDeleteNb. Sekadar pendapat pribadi.
Benar bunda kita sebagai seorang pendidik memang harus berani berobah... Semoga pendidikan di Indonesia semakin maju dan berkembang....
ReplyDeletemantul banget bun.
ReplyDelete👍👍👍
Mantab
ReplyDeleteMantap Ibu Kanjeng... Lama tak jumpa.. Semangat..
ReplyDeleteBetul yg di sampaikan Bu Kanjeng.. Tetapi didaerah terkadang tidak sesuai harapan. Jika dikota ayo belajar, Jika didaerah ayo sekolah. Butuh strategi yg jitu baik konvensinal maupun ala Milenial
ReplyDeleteBetul yg di sampaikan Bu Kanjeng.. Tetapi didaerah terkadang tidak sesuai harapan. Jika dikota ayo belajar, Jika didaerah ayo sekolah. Butuh strategi yg jitu baik konvensinal maupun ala Milenial
ReplyDeleteTulisan bu kanjeng selalu menggelitik hati untuk dicermati dan diikuti...mantab..bun
ReplyDeleteNyata memang bunda..yang terpenting sebagai guru kita harus pandai - pandai menyikapinya..
ReplyDeleteWahhhh keren buu
ReplyDeleteApapun kurikulumnya,, guru harus tetap semangat..💪💪💪🙏🙏
ReplyDeleteApapun kurikulumnya,, guru harus tetap semangat..💪💪💪🙏🙏
ReplyDeleteApapun kurikulumnya,, guru harus tetap semangat..💪💪💪🙏🙏
ReplyDeleteSemangat meski pandemi...
ReplyDeleteSemangatt bundaa
ReplyDeleteMantul
ReplyDeleteMantaap Bunda...
ReplyDeleteTulisannya selalu uptodate
Keren bunda sri, tulisannya gurih penuh gizi, saya kagum dengan cara fikir bunda, setelah membaca tulisan ini, pemikiran saya jadi lebih tercerahkan, semangat terus berkarya bundaa
ReplyDeleteKeren bunda sri, tulisannya gurih penuh gizi, saya kagum dengan cara fikir bunda, setelah membaca tulisan ini, pemikiran saya jadi lebih tercerahkan, semangat terus berkarya bundaa
ReplyDeleteKeren bunda sri, tulisannya gurih penuh gizi, saya kagum dengan cara fikir bunda, setelah membaca tulisan ini, pemikiran saya jadi lebih tercerahkan, semangat terus berkarya bundaa
ReplyDeleteSiap
ReplyDeleteguru adalah kurikulum yg hidup, oleh karena itu guru harus mampu beradaptasi dan berinovasi dari apa yang sudah dikeluarkan pemerintah. Kembangkan isi kurikulum dalam kelas anda!
ReplyDeleteTerima kasih ilmunya
ReplyDeleteMantap bu,apapun kurikulumnya,kita sebagai tidak gentar,maju terus mendidik anak bangsa,meskipun kenyataannya bahwa kurikulum 13 inipun baru saja dipahami sebagian guru yang ada di daerah- daerah, namun tetap semangat, belajar dan belajar.Belajar sepanjang hayat. Siapa takut!?
ReplyDeleteApapun kurikulumnya, guru siap melaksanakan
ReplyDeleteTulisan yg mantul
Mantul tulisannya bunda
DeleteKumaha juragan wae, gimana Bunda? Toh akhirnya ya kita yang menjalankan atas berbagai aturan
ReplyDeleteApapun kurikulumnya guru hrs tetap mampu mmbawa siswa maju dan berahklak mulia.
ReplyDeleteKemarin saya menulis di Grup FB Mari Menulis dengan judul Benarkah Kemendikbud akan menghapus Mata Pelajaran Sejarah? Ini pun membahas masalah kurikulum. Mantap ulasannya.
ReplyDeleteAwesome bunda...👍👍
ReplyDeleteApapun kurikulum nya dan harus berganti brpa kali pun guru akan tetap menjadi guru. Yang menjadi masalah adalah ketika konten dalam kurikulum tidak lagi menjadi wajah Indonesia karena menambahkan wajah baru dan menggerus jati diri bangsa...
Kereen...
ReplyDeleteBu Kanjeng itu guru kolonial yang fenomenal hehe...
Bunda, yuk buat buku duo..hehe
ReplyDelete