BERGURU ILMU MENULIS DARI GUS ULIL


BERGURU ILMU MENULIS DARI GUS ULIL

Sri Sugiastuti 

Masih ingat tulisan Bu Kanjeng tentang Webinar Kopdar SPK VI  tanggal 6 Februari 2021? Ini kelanjutan reportase ala Bu Kanjeng. Di sesi  2 acara diisi oleh Bapak Ulil Abshar Abdalla, M.A. atau akrab disapa Gus Ulil. Sosok beliau memang tidak asing di mata Bu Kanjeng yang sering membaca tulisannya di media Kompas khususnya di kolom opini.

Dalam kesempatan kali ini Gus Ulil sapaan akrab beliau walaupun tanpa paparan PPT,tetapi beliau mampu membius peserta terpana mendengarkan paparan dari Beliau. Terus terang beliau yang mengakui sebagai generasi jadul sangat mengapresiasi perkembangan dunia literasi di Indonesia. Lahir penulis yang bukunya Best seller tetapi kurang membumi.

Perdasarkan pengamatannya tulisan akademis tidak harus kering. Tentu saja ini menarik dikaji, karena seringkali kita memisahkan dan membuat dikotomi yang justru menyusahkan diri sendiri. Gus Ulil mencontohkan tulisan Ignas Kleden, Budi Hardiman dan Yudi Latif. Tulisan Yudi Latif indah, koheren, logis, dan seterusnya.  Semua itu jadi harapan anggota SPK bagaimana bisa naik kelas menjadi penulis yang berkualitas. 

Banyak yang disampaikan Gus Ulil di webinar pagi itu walaupun tanpa ppt . Kata Gus Ulil menulis itu perjuangan. Jangan asal menulis yang terpenting kuncinya ada di "Menulislah dengan gramatika yang benar dan lengkap sebagai kalimat." Untuk sampai di maqam itu kita harus membaca tulisan-tulisan tokoh zaman dulu.

Proses menulis itu tidak instan. Bagaimana kita menjalani proses menulis, ya menulis dan menulis. Mengupayakan agar tulisan kita menjadi lebih baik dan lebih baik dari hari ke hari. Kuncinya ya membaca buku karya penulis hebat sebelumnya.

"Saya senang pada orang yang mendorong orang lain untuk menulis, yaitu semangat menulis dan kualitas tulisan," ujar Gus Ulil. 
Mengingatkan diri kita dan orang lain untuk terus meningkatkan kualitas tulisan adalah sebuah keniscayaan. Kalimat itu juga yang mendorong Bu Kanjeng semakin penasaran dengan sosok Gus Ulil.

Menurut Gus Ulil, kiat umum menulis  berlaku untuk siapa saja, baik untuk menulis yang bersifat akademis maupun non akademis. Baik untuk yang bersifat fun (menggembirakan) semacam menulis status di Facebook maupun yang agak serius seperti satu esai untuk media-media daring baik keagamaan maupun umum. 

Lebih lanjut Gus Ulil menjelaskan ada enam kiat yang dianggap penting berdasarkan pengalaman pribadinya  sebagai seorang penulis. Menurut Gus Ulil kunci sukses penulis yang baik itu, ia harus mencintai bahasa yang ia pakai sebagai alat artikulasi untuk menyampaikan gagasan.  
Artinya kita harus mencintai bahasa, yaitu bahasa Indonesia. 

Nah inilah penjelasannya lebih lanjut.
Kita harus mencintai bahasa ini dengan baik. Sebab, ia menjadi alat untuk menyampaikan gagasan kita. Bukti bahwa kita mencintai bahasa Indonesia adalah bagaimana kita memperhatikannya secara sungguh-sungguh sebagaimana kita mencintai sesuatu yang tentu akan memperhatikannya lebih.

Salah satu bukti konkret mencintai bahasa Indonesia adalah bahwa kita harus bisa mengubah mindset (pola pikir). Banyak orang yang berpikir hanya karena kita lahir sebagai orang Indonesia dan memakai bahasa ini sejak kecil sampai remaja hingga dewasa, maka bisa memakainya dengan baik. Cara berpikir seperti ini sangat keliru. Sebab ia bukan lahir bersama kita. Saat lahir kita tidak memiliki keterampilan berbahasa yang baik.

Keterampilan berbahasa itu harus kita rebut. Harus kita usahakan. Jadi, jangan sekali-kali berpikir bahwa karena Anda orang Indonesia pasti bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Orang yang berpikir demikian sebenarnya prototipe orang yang malas. Cara berpikir seperti inilah yang membuat orang ini tidak berusaha untuk mempelajari skill atau keterampilan berbahasa dengan baik. Karena dia berpikir ketika dia lahir di sebuah negara tertentu otomatis dia bisa menggunakan bahasa di negara itu. 

Buang Kemalasan. Kemalasan ini harus kita buang. Bila ingin menjadi penulis yang baik, Anda harus menanamkan pikiran dan satu mindset bahwa saya harus menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan itu tidak datang secara alamiah. Ini sebagai  bukti bahwa kita sebetulnya mencintai, menyayangi, dan memberikan perhatian lebih kepada bahasa Indonesia yang menjadi sikap dasar untuk menjadi penulis yang baik.

Gus Ulil juga mengingatkan bahwa Anda tidak akan menjadi penulis yang baik jika Anda tidak memiliki kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Jadi, jika tidak mempunyaitentu bisa meminjam meski ini tidak menarik. Jadi, usahakan anda memilikinya. Minimal mengunduh aplikasi KBBI di android. Mengapa memiliki kamus itu penting, menurut Gus Ulil, karena seorang penulis yang baik itu yang bisa menulis dengan bahasa yang segar. Penulis harus memilih diksi atau pilihan kata yang tepat. 

Kalau Anda menulis dengan bahasa yang kosakatanya terbatas, maka tulisan Anda menjadi tidak menarik. Karena Anda tidak bisa menggunakan variasi kosakata dan diksi yang warna-warni.

Menurut Gus Ulil, setiap tulisan setidaknya memiliki dua elemen penting. Pertama, elemen bahasa. Kedua, elemen ide. Jika elemen pertama bisa kita serupakan dengan baju, maka elemen kedua sama dengan tubuh. Jadi, tulisan itu layaknya manusia. Ada bajunya. Ada badannya.

Dua elemen ini, harus seiring sejalan. Namun, penulis musti berlatih secara terpisah di dalam kaitannya dengan dua elemen ini.  Sedangkan untuk meningkatkan mutu bahasa kita harus berlatih pelan-pelan dan sabar.

Terima kasih ya Allah di pagi cerah ini masih diberi kesempatan tadabur ilmi via daring di kopdar SPK yang ke VI. Kehadiran sekaligus penyampaian materi dari Gus Ulil membuka wawasan Bu Kanjeng bagaimana ia harus mencintai bahasa Indonesia,  menghargai para penulis hebat terdahulu dengan maha karyanya, dan yang tidak kalau penting bu Kanjeng ingin lebih produktif  dan kreatif. Yuk siapa yang mau mengikuti jejak Bu Kanjeng.

Surakarta Hadiningrat, 10 Februari 2021

Post a Comment

12 Comments