Nostalgia Mahasiswa
Oleh: Sri Sugiastuti
Yesterday is history, tomorrow is a mystery and today is gift from God.
Kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri dan hari ini pemberian dari Tuhan.
Sepenggal kalimat bijak itu membuat Bu Kanjeng selalu optimis dan riang gembira menjalani sisa hidupnya. Mencapai usia 60 tahun itu amat sangat disyukuri. Banyak cara yang dilakukan Bu Kanjeng.
Sejak semalam ia sudah menghubungi sahabat mudanya saat kuliah di S1 UNS pada tahun 80an. Ya seorang single parent yang sebaya dengan Bu Kanjeng. Bu Kanjeng memanggilnya " Mbayu Ambon" karena rambutnya yang brintik dan kurang Njowo. Bu Kanjeng mengajak Mbakyu Ambon silahturahmi ke rumah teman kuliah mereka yang akrab dipanggil Likno.
Likno di group alumni Engdept UNS 80 dikabarkan baru pulih dari sakit radang paru-paru. Likno tidak mau dirawat di RS karena takut dicovidkan. Ia cukup berobat ke dokter spesialis Paru-paru dan dirawat istrinya di rumah.
Rumah Likno sekitar 10 km dari rumah Bu Kanjeng. Sebenarnya sudah beberapa kali berkunjung, tetapi karena faktor U tetap saja minta pertolongan google Map. Apalagi Pak Kanjeng yang tidak terlalu percaya dengan arahan si Mba di GPS. Yang ada malah berdebat dengan Bu Kanjeng.
"Tanya sama orang lebih jelas dan afdol dari pada tanya sama Mbah Google." Ujar Pak Kanjeng sewot.
Sementara Bu Kanjeng tidak mau kalah.
"Ini lihat tinggal 3 menit lagi sampai. Posisi ada di sebelah Pondok Al Fallah." Jelas Bu Kanjeng.
Sepanjang jalan tetap saja Pak Kanjeng ngomel. Ini yang membuat suasana jadi tidak nyaman. Dengan menahan rasa kesal dan berharap segera tiba di lokasi, Bu Kanjeng memperbanyak istighfar. Alhamdulillah akhirnya sampai juga.
Pandemi telah menghambat silahturahmi secara langsung. Bu Kanjeng dengan mematuhi prokes bisa sampai di rumah sahabat yang sudah lama tidak saling berkunjung. Likno Desember 2020 sudah purna. Bu Kanjeng pun banyak bertanya tetang serba serbi mengurus pensiun.
Wah mendengar prosesnya yang tidak rumit Bu Kanjeng nyicil tenang dan tersenyum. Bu Kanjeng berharap tabungan pensiunnya bisa terwujud dan full barokah.
Mereka ngobrol ngalor ngidul dan kembali bernostalgia zaman mereka kuliah. Likno memang punya daya ingat yang luar biasa. Terutama tentang dosen mereka saat kuliah. Waktu itu ada dosen ketika mengajar yang jadi patokan waktunya ada rokok yang dihisap. Kalau rokoknya belum habis beliau belum mengakhiri kuliahnya. Likno dan Kentus punya akal bulus. Saat sang dosen keluar sejenak, mereka mengambil beberapa batang rokok yang ada di meja dosen. Ternyata cara ini cukup efektif. Sang dosen pun segera keluar menyudahi perkuliahan hari itu.
Likno sahabat Bu Kanjeng ini, asli orang desa tetapi pemikiran orang tuanya sangat maju. Semua anaknya sejak SMP disekolahkan di sekolah favorit yang ada di kota. Sehingga mereka bisa berprestasi semua. Bu Kanjeng yang saat itu menjadi anak kos punya modus main ke rumah Likno di desa dan ketika pulang.bisa membawa telur dan beras.
Usai salat dzuhur, Likno mengajak Bu.Kanjeng, Pak Kanjeng dan Mbayu Ambon menuju rumah ke dua Likno. Mereka pun percaya. Ternyata yang dimaksud rumah ke dua itu Rumah Makan Bebek Goreng Mbak Iik ala lesehan. Sambil menunggu pesanan datang ngobrol pun dilanjut.
Bu Kanjeng bertanya tentang adiknya Likno yang di Papua. Mengapa Bu Kanjeng bertanya? Karena ada kisah unik tentang adiknya Likno yang berkesan di hati Bu Kanjeng sampai saat ini. Ya Bu Kanjeng hadir saat pernikahan Dik Sarni yang setelah menikah diboyong ke Papua.
Dimana uniknya kisah itu? Pasti penasaran ya? Uniknya ada di kisah datangnya jodoh Dik Sarni.
Pada suatu sore datang seorang pemuda ke rumah orangtua Likno. Mereka tidak mengenalnya. Tetapi pemuda itu memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuannya bertamu.
"Saya berasal dari Boyolali dan berniat mencari jodoh. Menurut kata hati saya, jodoh saya ada di rumah ini. Apakah Bapak Ibu punya anak gadis yang bersedia saya nikahi? Saya bekerja di Papua jadi setelah menikah, istri saya akan saya boyong ke Papua."
Orang asing itu memberikan informasi lengkap tentang dirinya beserta keluarga besarnya. Tentu saja orang tua Likno tidak percaya begitu saja. Mereka pun mengirim utusan untuk tabayyun untuk mendapatkan informasi yang akurat. Alhamdulillah semua yang dikatakan orang asing itu benar adanya. Maka selang beberapa minggu pernikahan pun dilaksanakan.
Sesuai dengan keinginan sang pengantin pria, usai menikah mereka ke Papua dan hidup di sana sampai saat ini. Bu Kanjeng tidak habis pikir. Apa yang ada di benak Dik Sarni ketika ia menerima lamaran dari orang yang tidak dikenal sebelumnya yang tiba- tiba muncul di hadapannya lalu meminangnya.
Mereka hidup rukun dikarunia 3 orang anak yang disekolahkan di Jawa. Tetapi saat lulus kuliah mereka kembali ke Papua. Dahulu suami Dik Sarni bekerja di PU.tetapi lebih dikenal sebagai tukang sumur bor. Mereka makan dari gaji murni seorang ASN di PU. Sedangkan rezeki yang didapat justru lebih banyak dari profesinya sebagai tukang sumur bor dengan memiliki beberapa orang sebagai satu tim yang solid.
Dik Sarni yang memiliki kepandaian memasak dimanfaatkan untuk membuka katering kecil-kecilan. Karena ada usaha itu , walaupun suaminya sudah pensiun mereka tetap nyaman di Papua.
Belajar dari perjalanan hidup dan jodoh seseorang itu memang mengasyikkan. Maka benar bahwa semua sudah ada dalangnya. Kita tinggal menjalani dengan ikhlas dan tawakal
The difference between successful and failing people is that success is always committed and consistent in their intentions, whereas people fail to always justify the rules they violate.
Perbedaan orang sukses dan orang gagal ialah orang sukses selalu komitmen dan konsisten pada niatnya, sedangkan orang gagal selalu membuat pembenaran atas aturan yang dilanggarnya.
Catatan 04 Syawal 1442
28 Comments
Kalimat terakhir menarik. Ada beda sikap yang jauh pada orang sukses dan orang gagal ... Komitmen-komsistensi; ujar pembenaran. Selamat pagi.
ReplyDeleteSelaras hati dan pikiran itu terpenting
DeleteIklas menjalani semua yang Allah datangkan untuk kita. Hehe.. Hal yang sama bunda aku alami.. Di pinang seseorang yang blm lm di kenal. Alhamdulilah kami pacaran setelah menikah di karuniani 2 orang anak.
ReplyDeleteNah akan jadi kisah yang indah bila ditulis dan dibukukan
DeleteLuar biasa Bunda ceritanya, jodoh memang tidak ada yang tahu. Rupanya pengalaman Mbak Sarni hampir mirip dengan saya. Yang menikah dengan orang yang baru dikenal🤭🤭🤭
ReplyDeleteTapi rupanya Allah yang lebih tahu yang terbaik untuk kita.
Berkisah masalah jodoh memang unik.dan saya ingin buat Antologi khusus nih
DeleteBetul bu Kanjeng masa lalu selalu indah untk dikenang. Kadang tersenyum sendiri saat bisa melewati hal2 yg diluar nalar. Sekarang bisa dijadikan ide tulisan dan tetap memotivasi dan inspirasi bagi yg membacanya.
ReplyDeleteAllah mempertemukan jodoh seseorang memang caranya sangat unik
DeleteHanya tinggal kenangan yg indah bun😁😁
ReplyDeleteDan selalu asyik kalau dibahas lagi
DeleteDi.mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
ReplyDeleteInjih Pak D
DeletePwnutupnya benar2 maknyus
ReplyDeleteMatur nuwun Pak Haji
DeleteMantul bunda
ReplyDeleteApa kabar Pak Kainan?
DeleteMantul nostalgia. Dimana kita tinggal dan bekerja di situ ada jodohnya. Kesuksesan itu bergantung pada kita.
ReplyDeleteLeres Cak
DeleteSebuah kenangan jika dituliskan akan semakin indah dan terkenang.
ReplyDeleteAlhamdulillah Omjay
DeleteNostalgia yang asyik sekali Bu.
ReplyDeleteNostalgia yang harus dirawat
DeleteParagraf terakhir sangat menyadarkan...
ReplyDeleteTerimakasih Bu Kanjeng
sehat selalu
Tercurah doa yang sama buat Pak Indra dan keluarga
DeleteMemang kisah cerita diatas tahun berapa Bu..kok ada covid....
ReplyDeleteMmg tahun 80 an covid nya
Silahturahmi nya sat covid-19 Bun lalu kami ngobrol dan bernistalgia
DeleteTerkesan dengan cerita jodohnya. Seperti dapat jodoh dari langit. Terima kasih Bunda sharingnya
ReplyDeleteMeyakinkan kita bahwa urusan jodoh tetap jadi rahasia Allah
Delete