Antara Kuliner Reuni dan Berbagi
Oleh : Sri Sugiastuti
"Makanan adalah segalanya bagi kita. Ini merupakan perpanjangan dari perasaan nasionalis, perasaan etnis, sejarah pribadimu, provinsimu, daerahmu, sukumu, nenekmu. Itu tidak dapat dipisahkan sejak awal." - Anthony Bourdain
Kata bijak di atas sangat tepat untuk mewakili perasaan Bu Kanjeng saat sepenggal hari Ahadnya dimanfaatkan untuk bersilaturahmi dan kuliner di daerah Jawa Timur tepatnya di kota Ngawi dan desa Ngale. Memang semua bukan secara kebetulan. Acara ini sudah diagendakan 1 bulan sebelumnya. Acara kuliner kali ini bukan sekadar kuliner. Penasaran?
Bu Kanjeng punya banyak komunitas. Salah satunya komunitas Engdept 80 UNS. Anggotanya kisaran 30 orang. Singkat cerita grup ini lumayan solid. Di grup selalu muncul foto kebersamaan mereka saat kuliah. Ramai dengan motivasi dan pamer cucu. Sejak Pandemi acara reuni stop. Beralih ke saling sapa di grup.
Sepertinya rasa rindu ABG tahun 80an itu tak tahan untuk tidak kopdar. Terselenggara lah reuni itu yang dinilai Bu Kanjeng termasuk sukses. Pasalnya Pak Kanjeng mau ikut berdendang dan joged. Dari semua kegiatan yang paling asyik ya kulinernya. Sehingga acara yang digelar di Ngale saat sarapan dan di Ngawi acara inti jadi sangat berkesan.
Sebenarnya Bu Kanjeng hanya ingin bersyukur sekaligus bangga hidup di Indonesia yang kaya akan kuliner nusantara. Bayangkan di rumah sahabatnya tepatnya Ngale. Ada beberapa menu sarapan yang dihidangkan. Nasi pecel dengan jenis sayur dan bunga. Ya daun Kenikir, daun kemangi, jantung pisang, bunga Turi, buah Mentimun dihidangkan bersama sambal pecel ya lumer joz gandos.
Sedang teman dari pecel tersebut sebagai lauk ada; ayam kampung goreng, jeroan sapi goreng, telur dadar, Tahu tempe bacem dan rempeyek kacang. Semua itu bagian dari menu sarapan yang menyelera dan sangat nikmat. Apalagi makannya bersama teman kuliah S1 di tahun 80an. Maka nikmat Allah manakah yang kau dustakan.
Beralih ke kunjungan berikutnya lebih heboh lagi. Pasalnya di Ngawi tempat tujuan ke dua punya hajat tasyakuran mengenang 39 tahun pernikahan mereka. Tentu saja ini jadi momen spesial kami. Merawat pernikahan hingga mencapai puluhan tahun bukan hal yang mudah. Suka duka pasti ada. Di ajang silahturahmi kali ini memang menjadi kenangan tersendiri.
Waktu terus bergulir tak terasa saatnya makan siang pun tiba. Yang punya hajat sudah menyiapkan menu lokal yang luar biasa..Ada rujak cingur. Rica- rica mentok, ikan patin bumbu acar, sate ayam dan menu penunjang lainnya. Semua lengkap dan menyelera. Menikmati hidangan diselingi dengan iringan orgen tunggal plus penyanyi jadi semakin berkesan. Apalagi penyanyinya ya teman-teman yang hadir siang itu. Serasa kembali muda dengan sweet memories song yang mengalun indah.
Kami yang sudah memasuki masa pensiun saat berjumpa teman kuliah, serasa memasuki lorong waktu. Teringat bagaimana saat kuliah, menunggu dosen di bawah pohon sambil bernyanyi diiringi gitar. Atau mengingat saat ujian semester. Termasuk ketika mulai asyik tebar pesona mendapatkan pacar.
Rasanya tidak lengkap bila acara makan siang, ngobrol bareng mengingat masa lalu bila tidak dibumbui pamer anak, mantu dan cucu. Bukan pamer jabatan atau kekayaan. Ada juga yang membahas masalah kesehatan. Tidak bisa dipungkiri sebagai Lansia pasti kenikmatan dan kesehatannya sudah berkurang. Nah saatnya mereka berbagi tips atau kebiasaan baik yang mereka lakukan.
Salah satu tips yang perlu dibersamai adalah bagaimana menjaga iman dan imun. Walaupun Pandemi sudah mereda. Kebiasaan yang sudah dilakukan harus tetap dijalani. Prilaku hidup sehat dan penuh semangat harus dimiliki. Satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita menjaga rasa syukur dengan selalu berprilaku nyebar rasa senang dan mau memahami kondisi orang lain.
Kebersamaan Bu Kanjeng kali ini dalam ajang reuni kuliner dan berbagi jadi kenangan manis sekaligus bagian dari ngerabuk nyowo. Memupuk jiwa raga yang sudah memegang tiket antrian untuk pulang ke kampung akhirat itu sangat penting. Kapan pun dipanggil harus siap. Sesungguhnya semua pasti akan kembali kepada Sang Pemilik. Dia yang menghidupkan dan mematikan.
Surakarta Hadiningrat, 27 Oktober 2021.
12 Comments
Mak Joss.. pecel dengan di bungkus daun jati, jadi ingat nang ndeso bu Kanjeng. Sehat terus njih bu...
ReplyDeleteAamiin YRA.doa yang sama buat Bu Lilis
DeleteMenunya filosofis, tulisan bi Kanjeng selalu kaya nilai moral. Berkah umur, manfaat selalu bunda
ReplyDeleteAamiin YRA. Menulis dan muhasabah diri.
DeleteMantap kulinernya
ReplyDeleteAyo Jay kapan kita kuliheran lagi
DeleteMasya Allah, barokallah ya Bunda Kanjeng? Tulisannya selalu menginspirasi. Jadi kangen kuliner pavoritku itu.
ReplyDeleteHarus Bun tuliskan kulinerannya
DeleteTulisan Bunda, membuatku serasa ikut merasakan nikmatnya pecel.
ReplyDeletePecel makanan sehat dan berserat joz
DeleteTerimakasih hidangan pecelnya, jooz gandos, Bunda
ReplyDelete👍👍👍mantap Bunda kalau menulis memang enak untuk dibaca.Saya jd larut dan merasakan.Sangat menginspirasi.
ReplyDelete