Jangan Penasaran dengan Kipo

https://cookpad.com/id/resep/16986031-kue-kipo-khas-kotagede-yogyakarta

Oleh: Sri Sugiastuti

 

"Orang ingin makanan yang jujur dan memiliki rasa, bukan makanan pamer yang membutuhkan waktu beberapa hari untuk mempersiapkannya"

Bagaimana dengan Kipo nama  kudapan yang begitu melegenda di Yogyakarta. Mengapa tiba- tiba Bu Kanjeng terinspirasi untuk berkisah tentang kudapan Kipo. Jujur Bu Kanjeng pertama kali kenal Kipp saat ia berkunjung ke rumah Tantenya yang tinggal di kotagede yogyakarta memberi suguhan sejenis kue yang berwarna hijau cantik. Tidak memakai pewarna kimia. Tetapi hijau dari daun suku yang punya aroma khusus.

Menurut Bu Kanjeng bahan dasar Kipo hampir sama dengan klepon atau kue bugis.  Ada ketan, gula jawa dan parutan kelapa muda. Hanya saja cara pembuatan dan penyajiannya yang berbeda.

Yuk kita kepoin si Kipo  dulu ya. Kipo dapat ditemukan di sekitar Pasar Kotagede Yogyakarta dan sekitarnya.  Nyatanya Bu Kanjeng dan kawan- kawan mendapat suguhan snack yang bernama Kipo saat berkunjung ke Mtsn 6 Bantul.  Kue ini memiliki bentuk yang mungil serta berwarna hijau kecoklatan. Bahan pembuatan kipo adalah tepung ketan. Kemudian, di dalamnya berisi enten-enten atau unti kelapa tanf dicampur gula jawq. Benarkan sama dengan klepon dan kue Bugis. 

Nah ini ya sejarah kue Kipo, agar tidak penasaran. Langsung nih ada Pak  Murdijati Gardjito, peneliti di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada membagikan sejarah kipo yang menarik untuk diketahui. 

Menurut beliau Kipo adalah jajanan tradisional yang asli dari Kotagede. Artinya jajanan ini tidak terkontaminasi kuliner asing manapun. 
"Kipo itu memang merupakan salah satu makanan tradisional yang asli. Artinya asli Yogyakarta dan tidak terkontaminasi budaya kuliner asing," terang Mur kepada Kompas.com, Kamis (04/10/2021).

Kipo itu jajanan legendaris bagian  dari peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang saat itu berada di kawasan tersebut. 

Nama kipo sendiri diambil dari akronomin pertanyaan 'iki opo' yang artinya adalah 'ini apa'. Nah Kepo kan nanya-nanya.
Kemudian, banyak pembeli yang menanyakan kepada Mbah Mangun, "iki opo?". Karena Mbah Mangun juga tidak tahu namanya, ia pun menjawab sekenanya dengan menyebut bahwa jajanan ini adalah kipo. He he he Kepa deh.

Cara membuat kipo cukup sederhana. Bahkan kala itu pembuatan kipo dianggap sebagai metode memasak yang paling primitif.  "Adonan dibuatnya kan kecil-kecil dengan cara dipanggang, nah ini memang cara memasak yang paling primitif pada masa itu.

Karena itu kipo menunjukkan kekunoan dari ketrampilan yang dimiliki masyarakat Kotagede pada waktu itu,"   Kipo dahulu dimasak dengan menggunakan layah atau tembikar dari tanah liat. Kemudian, tembikar tersebut diolesi dengan kemiri agar minyaknya mengisi pori-pori layah tersebut. "Itu membuatnya kan dengan menggunakan piring tembikar. Jadi seperti cobek tapi terbuat dari tanah liat. Nah sebelum dipakai itu digosok dengan kemiri supaya minyak kemirinya itu mengisi pori-pori dari layah itu," ungkap Mur.  Ukuran kipo sengaja dibuat kecil supaya dapat dinikmati dalam satu kali suapan. Sementara itu, rasanya yang legit merupakan salah satu ciri khas dari kudapan Jawa.  

 "Rasanya yang manis itu memang kebanyakan kebanyakan kudapan Jawa, yang asin itu sedikit sekali. Tapi sebetulnya tidak murni manis ya, karena gula itu gula kelapa jadi menurut saya rasanya itu legit," 

Salah satu pembuatannya yang masih bertahan adalah Kipo Bu Djito.  Menurut Mur, pengelola Kipo Bu Djito sekarang ialah generasi ketiga dari Mbah Mangun Irono, penduduk Kotagede yang kala itu membuat kipo. Mbah Mangun  sekarang sudah generasi ketiga.

Nah sekarang Kepoin Kipo yang dihidangkan MTSN 6 Bantul ya. Bu Kanjeng dan rombongan saat itu ada kunjungan ke MTSN 6 Bantul yang merupakan bagian dari kegiatan  Wisata Literasi yang diadakan oleh panitia Temu Penulis 2 KBMN di Yogyakarta. 

Acaranya padat bermanfaat dan mencerahkan. Rasanya hidangan snack Kipo dan teman-teman menjadi pelengkap kegiatan ini. Karena snack ini lah sebagai selingan sebelum acara makan siang yang dijamu Andi Offset sebagai tuan berikut yang dikunjungi Bu Kanjeng dan kawan-kawan.
PROFIL PENULIS

Sri Sugiastuti, lahir di Semarang, 8 April 1961. Beliau lulus SMA tahun 1980. Kuliah di UNS, lanjut S-2 di UMS dan lulus tahun 2010. Beliau sempat mengajar di Jakarta hingga 1990. Namun, cinta dan tanggung jawab beliau terhadap keluarga membawanya hijrah ke Solo. Sejak 2 Juli 2018, beliau mendapat amanah sebagai Kepala SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Beliau aktif di berbagai komunitas literasi, telah menghasilkan 21 karya bukuSolo dan seraus lebih buku Antologi. Ia sering diminta untuk menjadi juri dalam lomba pembacaan puisi, pantun, cerita rakyat, ataupun esai yang digelar Perpusda Sragen, Sukoharjo, dan Solo. Selain itu, beliau juga aktif dalam organisasi PGRI dan menjabat sebagai Pengurus PGRI Surakarta, Jawa Tengah.  Punya branding Writing is My Passion. Founder PMA Literasi Istikamah danJulukan lain sebagai Ratu Antologi versi Pegiat Literasi Nusantara
Ia ada di berbagai komunitas Menulis bergengsi yang ada di Indonesia. IIDN, SPK, RVL dan KBMN dan masih banyak lagi.
Dapat dihubungi di surel srisugiastuti1961@gmail.com, WA 089692593804, dan blognya www.srisugiastutipln.com.

Post a Comment

6 Comments

  1. Wah, jadi makin kepo dengan kilo nih....

    ReplyDelete
  2. Jadi penasaran dengan Kipo.
    Semoga suatu saat nanti, saya bisa menikmati kudapan lezat ini.

    ReplyDelete
  3. Mantap bunda, kuenya enak warnanya Cantik, aku kepengen...

    ReplyDelete