MERASA SAMA-SAMA DIBOHONGI


Oleh : Sri Sugiastuti 

Siapa yang sudah nonton film drama "Air Mata di Ujung Sajadah"? Judulnya ada air matanya, pasti nangis ya! Kok tau sih... ? Baru saja Bu Kanjeng selesai menonton lewat tayangan YouTube sambil selonjoran.  Sebenarnya  September Ceria program GRC (Grup Renang Ceria) ada giat nonton bareng di Twenty one Paragon Solo yang diawali dengan makan empek- empek Nyonya Kamto. Namun, Bu Kanjeng tidak bisa bergabung. Sore ini Bu Kanjeng mau sedikit berbagi tentang resensi film tersebut dari sudut pandang seorang perempuan  dengan kodratnya memiliki naluri seorang  ibu.

Bu Kanjeng mencoba memaknai apa yang dilihat, dirasakan dan dipikirkan setelah menonton film tersebut. Film ini diawali dengan adegan manisnya dua insan yang sedang jatuh cinta Aqila dan Arfan. Sayangnya hubungan mereka tidak disetujui oleh Halimah ibu dari Aqila yang seorang pengusaha sekaligus single parent. Diam- diam Halimah mencari info tentang siapa Arfan. Ternyata Arfan hanya seorang anak yatim piatu yang kuliah dengan beasiswa dan bercita-cita menjadi seorang seniman.

Hubungan yang tidak direstui ini membuat Aqila dan Arfan kawin lari. Di saat Aqila hamil, Arfan meninggal karena kecelakaan. Aqila pun tak ada pilihan,  ia kembali kepada ibunya. Sampai akhirnya anak Aqila lahir timbul niat jahat Halimah untuk memisahkan Ibu dan anak yang baru lahir itu. Halimah ingin Aqila fokus kuliah dan meneruskan perusahaannya.

Rencana Halimah berhasil dengan bantuan pihak rumah sakit yang menyatakan bayi itu meninggal saat dilahirkan. Padahal kondisi sebenarnya bayi itu dititipkan kepada keluarga Arif dan Yumna yang divonis tidak bisa punya keturunan. Arif adalah salah satu pegawai di perusahaan Halimah yang sangat dipercaya. Syarat yang diminta  Halimah yaitu Arif dan keluarga harus pindah ke Solo dan menerima semua biaya kehidupan cucu Halimah.  Keluarga Arif tinggal bersama ibu kandung Arif yang bernama Bu Murni. Ia sangat mendambakan seorang cucu dan Arif menutupi siapa sebenarnya bayi yang dirawat selama ini.

Sayangnya Arif dan keluarganya ingkar janji. Mereka takut kehilangan Baskara bayi Aqila yang sudah dirawat selama 3 tahun. Ia memblokir nomor rekening agar tak mendapat tranfer dan memutus tali silaturahmi. 

Sementara Aqila yang menuruti kemauan ibunya, melanjutkan kuliah di London sambil berusaha berdamai dengan hati dan menerima kenyataan bahwa dua orang yang dicintai telah pergi dari kehidupannya. Komunikasi yang dijalin dengan ibunya pun baik- baik saja hingga tahun ke-7.

Pengakuan Halimah lewat vical kepada Aqila bahwa anak Aqila masih hidup, membuat Aqila kembali ke tanah air dan mencari anaknya seperti keterangan yang diberikan ibunya sebelum meninggal dunia. Akhirnya Aqila bisa menemui anaknya. Ada dialog antara dua perempuan yang sama- sama merasa memiliki anak tersebut.
"Mba, dia anak saya, apakah saya tidak boleh mengenalnya? " pinta  Aqila.
"Ya, tapi akulah yang telah membesarkannya dengan keringat dan air mata." balas Yumna.

Penolakan keberadaan Aqila tidak hanya  dari Arif dan  istrinya saja, tetapi juga Bu Murni sebagai seorang nenek. Ia akhirnya sadar bahwa selama ini telah dibohongi oleh Arif dan istrinya. Ia harus menerima kenyataan bahwa Baskara bukan cucunya.

Arif yang tiap hari melihat usaha Aqila agar dekat dengan anaknya dan rela menyembunyikan identitasnya sebagai ibu kandung Baskara,  akhirnya tidak tega. Ia mengizinkan Aqila berteman dengan Baskara, tetapi tetap saja ada rasa takut kehilangan di hati Yumna yang sudah merawat Baskara sekian lama. Ini terungkap secara tidak sengaja saat Baskara minta susu, dan dikuatkan dengan suara Aqila. "Susunya mana?"
Yumna marah besar sambil berteriak  "Aku bukan pembantu," Betapa hatinya cemburu khawatir posisinya sebagai ibu digantikan oleh Aqila. 

Beruntung Arif suami yang bijak. Ia bisa menenangkan hati istrinya dan mengatakan bahwa Baskara itu hanya titipan, bila Aqila akan mengambilnya ikhlaskan saja. Begitu juga dengan Bu Murni, ia pun memahami bagaimana perasaan seorang ibu yang dibohongi dan terpisahkan dengan anak kandungnya sekian tahun.

Atas kesepakatan bersama Baskara diajak ibu kandungnya ke Jakarta.  Namun apa yang terjadi? Aqila tidak tega menghadapi Baskara yang terus menangis dan ingin kembali kepada Yumna, seorang ibu yang merawatnya selama ini. Aqila harus mengikhlaskan Baskara diasuh oleh Arif dan Yumna.

Akhir film ini ditutup dengan momen yang menampilkan Baskara versi dewasa, yang datang seorang diri menemui ibu kandungnya dan dipanggil dengan sebutan mama.
Film Air Mata di Ujung Sajadah mengajarkan betapa luasnya hati seorang ibu yang rela mengorbankan apa saja demi kebahagiaan anaknya.

Menonton film ini menjadi satu hiburan tersendiri untuk Bu Kanjeng. Walaupun ada yang janggal dengan judulnya karena membawa kosa kata  sajadah. Sebagai informasi, Air Mata di Ujung Sajadah adalah film produksi Beehave Pictures bekerja sama dengan MBK Productions yang disutradarai oleh Key Mangunsong.

.Surakarta Hadiningrat,  28 Oktober 2023

Post a Comment

0 Comments