Oleh: Sri Sugiastuti
Hari ini Bu Kanjeng masih
bertahan melawan Corona. Aktivitas menulis juga harus tetap istikamah. Jangan
sampai kehabisan ide untuk menulis. Omjay sahabat Bu Kanjeng sudah 1 bulan
lebih mengajak orang untuk belajar menulis. Lalu apa hubungannya dengan Bu
Kanjeng? Ya ada. Bu Kanjeng yang sering menulis hal yang sederhana semakin
semangat untuk ikut menularkan virus literasi itu.
Ada kisah yang menggelitik dan membuat Bu Kanjeng penasaran.
Dari kisah itu pasti ada pesan moralnya. Bu Kanjeng tidak tahu, apakah ada
sahabat atau pembaca tulisan ini yang pernah mengalami seperti yang dialami Bu
Kanjeng. Penasaran kan!
Menurut Bu Kanjeng gawai itu sungguh memiliki multifungsi.
Tidak salah diberi nama smartphone. Di
saat Covid 19 melanda dan pemberlakuan Stay at home, workfrom home, Study frome
home semakin memposisikan betapa smartphone punya andilyang besar. Hampir semua
urusan jasa, mengajar, belajar, jualan, curhat, menyebar hoax, sampai dengan
cari jodoh, atau sekedar melepaskan rasa rindu. Badalah.
Gawai setidaknya memutus tali keribetan yang sering dialami
individu. Begitulah pernyataan BUKanjeng yang mungkin bisa diamini oleh
sebagian orang yang tergantunghidupnya dengan gawai. Ini bagian dari kisah
persahabatan Bu Kanjeng dengan gawainya.
Kemaren di saat ribet urusan konsumsi selama UNBK dan USBN
plus keterbatasan tenaga yang ada,
alhamdulillah terselesaikan hanya dengan ngelus smartphone. Alhamdulillah.
Bu Kanjeng bisa mengikuti kulwa. Kuliah Wa di group.
Materinya pun keren, ya tentang parenting. Bagaimana di era revolusi industri
4.0 hendaknya orangtua tidak hanya fokus pada IQ dan EQ ananda, namun juga AQ
(Adversity qoutient) atau kemampuan bertahan saat menghadapi masalah dan
mencari jalan keluar atas tantangan/ hambatan/ masalah yang dihadapi.
Pendidikan dan kemampuan membangun ada pada diri anak
sendiri lalu orangtua/ keluarga dilanjutkan satu komponen utama yang amat
penting yaitu sekolah. Intinya ini jadi salah satu wacana ketika kita menyikapi
bagaimana memilih sekolah yang baik untuk buah hati.
Yang barusan disampaikan Bu Kanjeng itu bagian dari yang
menyenangkan dan sangat berguna. Masih banyak contohnya. Tetapi Bu Kanjeng merasa
ada sesuatu yang aneh dan memintanya
untuk waspada. Feeling sudah memberi sinyal. Ini bukan penipuan tapi
sesuatu yang menarik dengan modus yang dilakukan.
"Assalamualaikum
Ummi" Sebuah chat muncul di nomer WA Bu Kanjeng
"Waalaikumsalam,
maaf dengan siapa ya nomer belum saya simpan," Jawaban Bu Kanjeng tiap
menerima chat darinomer yang belum tersimpan.
"Saya Nita dari
Malang. Bisa sharing ngga Bun?" Kalimat seperti itu sering muncul di
gwai Bu Kanjeng jadi Bu Kanjeng tetap membalasnya.
"Maaf, kita ada
di group apa ya? Atau dapat nomer saya dari mana?" Balas Bu Kanjeng
penuh tanya.
Hmm, Bu Kanjeng pun menunggu jawabannya. Biasanya langsung
menjawab. Si penyapa mengetahui secara
garis besar siapa Bu Kanjeng. Dan percakapan pun nyambung.
Chat tetap muncul dan Mba Nita ingin sharing masalah pribadi
yang agak rahasia. (waduh masalah apa ya) Bu Kanjeng jadi bertanya-tanya.
Ternyata ia ingin sharing tentang suaminya yang tidak romantis. Badalah!
Bu Kanjeng pun mulai GR, apa dikiranya ia pasangan romantis
dengan foto DPnya bersama Pak Kanjeng berkaos merah yang tampak mesra. Bu
Kanjeng istiqfar. Mungkin foto itu membuat orang iri. Padahal memang style Bu
Kanjeng kalau foto dengan keluarga ya seprti itu. Dia dengan lepas berbagi
kebahagiaan.
Dengan niat baik Bu Kanjeng menjawab pertanyaan Mba Nita.
Tentu saja ia tidak asal jawab, justru Bu Kanjeng yang lebih banyak bertanya.
Bu Kanjeng mendadak jadi konsultan keluarga orang yang dikenal di dunia maya.
Bertanya perbedaan usia, kapan menikah, sudah punya anak belum, apa pekerjaan
suami. Bagaimana karakternya.
Jiwa penulis Bu Kanjeng muncul dan jadi kepo. Ia pun terus
mengikuti alur chatnya. Anehnya Mba Nita mulai menanyakan hal yang sangat
pribadi. Padahal pertanyaan Bu Kanjeng bersifat umum dan berniat membantu dalam
bentuk saran atau solusi terbaik untuknya. Karena dia mengeluh ada masalah
dengan suaminya.
Ternyata Bu Kanjeng salah persepsi dan mulai curiga. Kiriman
chat Mba Nita koq semakin aneh. Bu Kanjeng jadi yakin kalau ini bukan akun asli
. Mba Nita pasti seorang penyusup yang punya kelainan. Walau dengan bahasa yang
halus , dia mohon maaf kalau berkisah agak vulgar. Bu Kanjeng pun langsung
sadar dan mengakhiri chat tersebut.
"Maaf Mba,
ternyata Anda salah berbagi dengan saya. Kalau usia anda 35 tahun dan suami
anda berusia 23 tahun dan tidak romantis dengan anda, itu bukan urusan saya.
Apalagi untuk memberikan saran secara teknis." Bu Kanjeng masih
memberikan satu masukan lagi sebelum memblokir nomer tersebut.
" Saya tidak
punya passion seperti itu atau diskusi masalah teknis romantis. Anda lebih
paham. Silakan gunakan kata kunci yang pas untuk googling dan dapatkan
jawabannya.” Gubrak !
Olala, modus apa pula ini! Untuk mengakhiri chat, Bu Kanjeng
masih bebasa-basi menanyakan pekerjaan dan kegiatannya, ternyata dia balik
bertanya.
Ketika Bu Kanjeng menjawab:
"Tidak menyimak ya? Dari awal sudah disebutkan bahwa saya seorang guru, penulis
dan konsultan kesehatan dari Herbalife.”
Badallah, ngga
paham ya. Alhamdulillah chat selesai dan nomer itu pun diblokir. DP yang hanya
memperlihatkan sepasang kaki yang bersepatu garis-garis warna biru itu sudah
lenyap dari layar WA Bu Kanjeng.
Ingin romantis dan sharing? Be yourself is oke.
Tulisan 1 tahun lalu dipoles dan tetap tersenyum ketika
membacanya.
Sebuah catatan Sri Sugiastuti, berbagi cerita, dalam iringan derai hujan yang tak kunjung reda sambil
menunggu sinkronisasi UNBK persiapan hari Senin 25 Maret 2019.
#Duniamelawancorona
#Stayathomeworkfromhomestudyfromhome
#Bukanjengdanliterasi
#24April2020diberlakuakanPSBB
Bersambung
30 Comments
Luar biasa
ReplyDeleteBiasa di luar Om
Deleteha ha ha... Good. Rupanya pernah diperdaya oleh para penikmat yang beda itu. Semoga di bulan Ramadhan ini tidak terjadi, tapi kemesraan jangan berlalu dari rumah tangga. Mantap.
ReplyDeleteItu sebabnya saya ceritakan disini. Ternyata memang banyak orang aneh berkeliaran di Dunia maya
Deletesaya banyak belajar dari kisah bu kanjeng
ReplyDeleteMenulis yang remeh temeh dan didaur ulang, untuk menebar virus cinta literasi
DeleteMasya Allah ... Menarik untuk dibaca ni, luar biasa Bu kanjeng
ReplyDeleteIntinya waspada kalau ada chat yang sok akrab dll, walaupun cewek kalau semakin nggak jelas ya blokir aja
DeleteLuar biasa ibuk.. ..hehe. jd pingin curhat nich..
ReplyDeleteIya kayak mamah Dedeh ya
DeleteSaya nyimak bun...diam diam menyerap😂😂
ReplyDeleteSemoga waspada dan tidak mengalaminya
DeleteMantap Bunda terimakasih
ReplyDeleteSami2 bila berkensn
DeleteBunda nulis ini tdk di blog ya, mantulll idenya sll menyenangkan
ReplyDeleteBaru ditulis di blog tadi.hasil ngulik di file
Deletemantap
ReplyDeleteMantap ya Pak
ReplyDeletePinter nulis crito. Joz
ReplyDeleteKandani dadi akeh kancane
DeleteKeren ceritanya mengalir saja. ringan, renyah dan menghibur. heheh
ReplyDeleteYg penting waspada jgn terlena ktk ada orang curhat
DeleteSederhana tapi luar biasa ... saya kepingin menulis seperti ibuk, mudah saja menyusun dan merangkai kata sehingga menjadi sebuah cerita
ReplyDeleteSemua orang bisa asal mau menulis dan banyak membaca.nanti akan punya ciri khas tersendiri
ReplyDeleteMantap bu,ssya kok msih sulit merangkai kata,ya.
ReplyDeleteIbu tulis saja ngfa usah takut atau merasa g bagus tulisannya
DeleteBiar berproses
Selalu asyik membaca tulisannya Ibu Kanjeng.
ReplyDeleteTulisan cikgu Tere juga keren
DeleteMasyaAllah 👍👍
ReplyDeleteDari catatan 1 tahun lalu menghadapi chat yg rada aneh pdhl ngakunya ibu muda
Delete