Sri Sugiastuti
Ramadan 1441 akhirnya di penghujung. Bu Kanjeng agak
limbung. Ramadan kali ini membuat hatinya merana. Dunia harus melawan corana.
Banyak upaya dicoba agar semua baik-baik saja. Jangan pernah membuat
berprasangka Allah tak peduli pada umat-Nya.
1 Syawal 1441 H bertepatan dengan tanggal 24 Mei 2020.M
Kegalauan Bu Kanjeng untuk melaksanakan salat Ied berkecambuk. Salat Ied di
masjid atau di rumah atas perintah Pak Kanjeng. Ia sangat rindu masjid. Sudah
tiga purnama serambi masjid tempat Bu Kanjeng tolabul ilmi, silaturahmi juga
salat berjamaah Subuh barokah tak pernah dikunjungi sejak wabah coro na.
Salat taraweh pun cukup di rumah padahal suara azan salat 5
waktu tetap terdengar dari masjid yang berjarak kurang 50 meter darj rumahnya. Bu Kanjeng kehilangan
momen itikaf dan tadarus di masjid. Ritual itu harus berganti lokasi. Ya
dikerjakan di rumah.
Tadi pagi Bu Kanjeng nekat. Kurang dari pukul 06.00, ia
menyusup masuk ke dalam masjid lengkap dengan mukena, masker dan sajadah. Ia
mengambil posisi shof ke 3 dari depan sebelah pojok. Protokol Covid-19 tetap
dijaga. Sajadah pun digelar. Ia duduk bersimpuh melantunkan takbir. Tak kuasa
bendungan air mata pun ambrol. Rasa sesak di dada dan ke rinduannya pada rumah
Allah terobati.
Puji puji, salawat dan doa puner dipanjatkan. Ia ingin
berjumpa Ramadan tahun depan dengan keadaan yang lebih baik. Ia berharap
Ibadahnya di bulan Ramadan ini dengan segala keterbatasan bisa membuat Allah
rida.
Tepat pukul. 06.00 salat Ied dimulai. Takbir tujuh kali di
rakaat pertama setelah surat Al Fatihah lanjut Surat Al-A'la dan di rakaat ke 2
takbir lima kali, setelah surat Al Fatihah dilanjutkan surat Ad - Duha. Bu Kanjeng mengerjakannya dengan khusyuk. Ini
juga jadi satu pengalaman tersendiri karena melaksanakan salat Ied di serambi
masjid. Biasanya dikerjakan di tanah lapang.
Khotbah yang dibacakan cukup panjang tentu saja terselip
pesan dunia melawan corona. Ya kita kembali fitri dan dengan semangat
Ramadan tingkatkan ketakwaan kita kepada
Allah SWT. Usai khotbah tanpa berjabat tangan Bu Kanjeng meluncur ke rumah.
Tradisi kebiasaan pulang salat Ied tetap ada. Ya sungkeman. Sebagai seorang istri Bu Kanjeng
wajib meminta maaf kepada Pak Kanjeng yang sering jadi muara suka dukanya.
Iapun menangis lagi teringat tanpa disadari sering membuat Pak Kanjeng gagal
paham dengan keinginan Bu Kanjeng dan berakhir dengan emosi kadang jadi saling
menyakiti padahal penyebabnya sangat sepele. Itulah dunia rumah tangga, selalu
penuh dengan romantika.
Sungkeman ronde kedua setelah dua anak Bu Kanjeng datang.
Dengan ketulusan hati saling memaafkan dan mendoakan. Berbagai harapan yang
baik- baik terucap. Semoga apa yang jadi target kesuksesan dunia akhirat bisa
tercapai, corona bukan penghalang. Corona hanya virus yang membuat manusia jeda
sesaat dari hiruk pikuk dunia, lebih sabar dan optimis menghadapinya.
Keceriaan tetap ada. Menikmati hidangan yang tersedia.
Memang sebelumnya Bu Kanjeng sudah meminta konfirmasi apakah mereka mau datang
atau tidak. Kalau datang Bu Kanjeng mau masak beberapa menu yang biasa
hadir di hari raya. Deal mereka mau
datang. Alhamdulillah.
Bu Kanjeng santai saja masuk dapur bada asar. Bahan sudah
ada. Rencana ada lontong, sambel goreng tolo krecek, plus opor ayam. Ternyata
opornya luput, yang ada mentok dan dengan sigap dimasak rica-rica. Anehnya
masakan Bu Kanjeng kali ini kurang yummy. Sepertinya ia memasaknya setengah
hati.Atau karena dia juga sudah melihat begitu banyak makanan hantaran dari dua orang besannya. Apakah ini balasan Allah untuk sedekah nasi bungkusnya selama bulan Ramadan? Ahh, tak usah dipikir. Itu rahasia Allah yang berhak memberi rezeki pada umat-Nya.
" Masak begini banyak siapa yang mau makan? Tidak
ada open house. Melihatnya saja sudah
kenyang. Embohlah. Pokoknya dimasak. " Bu Kanjeng tetap berjibaku di dapur.
Bu Kanjeng justru teringat guru karyawan di sekolahnya.
Selama work from home, acara makan siang di sekolah dan lanjut puasa Ramadan
memang ditiadakan. Melimpahnya makanan di rumah membuatnya rindu bisa makan
bareng dan berbagi. Makanan yang sudah
dimasak ngga mubazir. Sudah disiapakan untuk Penghuni pos Ronda nanti harus bisa menikmati masakan
Bu
Kanjeng.
Alhamdulillah bada isya keponakan Bu Kanjeng yang di Masaran
, Sragen datang. Ada yang bantu menghabiskan lontong dan teman-temannya.
Sekaligus bisa jadi ajang berbagi. Itulah salah satu keberkahan di hari Raya
Idul Fitri. Dalam keadaan lockdown makanan datang pergi. Ada tape ketan, ada
apem, ada lemper, ada rempeyek. Semau makanan yang identik dengan Lebaran baik
yang tahan lama atau segera dituntaskan tersedia. Nikmat Allah manakah yang kau
dustakan.
Bu Kanjeng bernapas lega dan tersenyum bahagia. Tidak
sia-sia ia semalam membuat lontong dan menu masakan lainnya. Dengan menahan
kantuk dan kaki yang pegal karena berjibaku di dapur. Semua terbayar lunas dan
merasa puas. Apa yang sudah dimasak penuh keberkahan. Rasa syukurnya semakin
menguat. Inilah yang membuat Bu Kanjeng happy dalam suasana apapun.
Begitulah 1 Syawal 1441 Hijriayah , salat Ied dan menikmati
hari kemenangan. Setelah berpuasa 1 bulan. Walaupun suasananya sangat hampa. Adanya peraturan PSBB, jaga jarak ,
tidak boleh mudik, dan aturan lain demi
mencegah terjadinya penularan Covid-19. Apapun aturannya Bu Kanjeng tetap patuh dan
happy berharap si Covid-19 segera pergi
#Duniamelawancorona
#Catatanharianbukanjeng
#1Syawal1441Hijriyah
#Soloraya24052020
23 Comments
Id Mubarak, Bu Kanjeng..
ReplyDeleteAamiin YRA
DeleteTangis yang sama Bunda, rindu akan ibadah di masjid, tak banyak yang bisa terucapkan. Hanya kata maaf ya Bunda, semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT Aamiin ya rabbal'aalamiin....
DeleteAamiin YRA semoga kita dipertemukan lg dgn Ramadan bulan mulia
DeleteSugeng Riyadi Idulfitri mohon naaf lahir dan batin.
ReplyDeleteSaya juga mengucapksn tagobalminawaminkum taqobal yaa karim
DeleteBenar Bunda. Ga ada yg munazir kalau makanan. 😊👍👍
ReplyDeleteAlhamdulillah dan harus kreatif.Sayang kalau sampai mubazir
DeleteMinal Aidin wal Faizin Bu Kanjeng
ReplyDeleteTerucap dari saya mohon maaf lahir dan batin
Deleteselamat hari raya idul fitri, https://membangunpersonalbranding.blogspot.com/2020/05/kegiatan-omjay-selama-hari-raya-idul.html
ReplyDeleteMohon maaf lahir dan batin smg dipertemukan lg dengan Ramadan tahun depan
DeleteSemoga kita tetap menemukan makna idul Fitri meskipun di tengah pandemi Corona
ReplyDeleteIdul fitri yg mmg beda bu
ReplyDeleteAmat sangat berbeda.smg ada hikmahnta di balik itu semua
DeleteSelamat Hari Raya Idul Fitri Bu Kanjeng.Semua akan ber hikmah positif sepanjang kita memaknai nya dengan positif. Di balik Cobaan pasti ada Anugerah yg Allah/ Tuhan titipkan kepada kita semua.
ReplyDeleteSeperti halnya Allah kirimkn Bunda Kanjeng utk Membimbing Tiwi.
Hatur Nuhun Bunda.
Ya Bu Tiwo mari kita bergerak dan bersemangat dengan potensi yang kita miliki agar bermanfaat untuk orang lain.
Deletesugeng riyadin bun. Kalau rumahku dekat aku mau mentok rica ricanya.heheh
ReplyDeleteIya mba. Ini yummy banget bisa empuk pedas jahe dan aroma kemanginya joz
DeleteLebaran yang luar biasa
ReplyDeleteYa,patut dimaknai dengan syukur sabar dan ikhlas
DeleteTangis yg sama, tambahan kalao saya bun, debat kecil , ada yang mau ke masjid ada yang melarang, akhirnya sholat di rumah. Ada rasa menyesal juga...kenapa gak ke.masjid..efek.terlalu takut. Astagfirullah hal Azim.
ReplyDeleteYa dibutuhkan keyakinan dan keberanian untukmenuruti kata hati dan yakin akan perlindungan Allah
Delete