Surat Cinta untuk Acin


Acin sayang yang selalu ibu peluk dalam doa. 
Sepertinya, mulai saat ini, ibu harus banyak berbagi kisah yang setiap hari ibu alami. Ibu ingin kau bisa bahagia dan lebih bersyukur dengan kasih sayang Allah yang tercurah kepada dirimu dan keluarga kecilmu. Tentu saja ada ibu dan bapak yang ikut mewarnai kehidupannya.

Tadi pagi ibu mengikuti senam Bio Energy Power (BEP). Senam BEP penciptanya Dr. Harry J. Angga (Alm), seorang dokter dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Penemuan ini tercipta berkat riset dan penyelidikan Dokter Harry atas kemampuan manusia yang dapat menyembuhkan diri sendiri (self healing).

Senam yang diyakini dapat mengurangi gejala-gejala penyakit, baik penyakit yang biasa menyerang usia lansia ataupun jenjang usia. diketahui juga banyak memberikan manfaat bagi kesehatan, seperti melipatgandakan kualitas hormon, enzim dan antibodi, memperbaiki kualitas darah, memperbaiki kualitas pembuluh darah serta memperbaiki sistem penyerapan tubuh.

Karena gerakan senam ini sederhana dan mudah ditiru. Senam BEP ini juga bisa dilakukan di mana saja, sehingga tidak perlu menyediakan alat media atau ruangan khusus.
Senam BEP banyak melibatkan olah gerak dan olah nafas. Latihan penguasaan gerakan atau jurus Bio Energy Power juga hanya memerlukan 3 gerakan sederhana. Tidak banyak waktu yang diambil untuk senam pernafasan BEP ini, sekitar 15 hingga 30 menit sehari. Senam ini sepertinya cocok buat ibu yang ingin sehat, produktif juga memperbaiki kualitas sisa hidup yang ibu miliki.

Senamnya dipandu oleh tante Titik, putrinya Pak Sis yang punya warung tempat Acin jajan permen dan lain- lain. Oya Pak Sis sekarang sudah berumur 85 tahun. Alhamdulillah dia masih sehat. Ternyata ikut Senam BEP sangat terasa manfaatnya ke badan ibu. Dan bonusnya ibu bisa ketemu teman lama ibu, saat kita tinggal di Gondang. Ada Bu Nastiti dosen Unisri, juga Tante Endy sahabat ibu.

Acin, ibu bersyukur sekali. Ternyata Senam bukan hanya dapat sehat, tetapi juga silahturahmi. Ibu kan sudah lama ngga ketemu tante Endy sejak Om Alan meninggal. Sekarang tante Endy sakit-sakitan dan sering kontrol ke RS. Yaah seperti bapak lah selalu dalam pengawasan dokter.

Seperti biasalah, tante Endy kalau sudah ketemu ibu, dia pasti menangis. Ya menangis haru. Bagaimana ia udah ngawal mas Ian dan Mba Tesa dengan  penuh cinta dan harapan sebagai orangtua yang ingin anaknya sukses dunia akhirat. 

Cin...ibu banyak belajar dari kehidupan tante Endy. Sudah pernah ibu ceritainkan! Persahabatan ibu dengan tante Endy itu sejak kamu masih bayi. Ya, kamu umur dua bulan, kita ngontrak di paviliun munggil milik Bu Wahyo. Tante Endy yang ngajak ibu jadi pengurus TPA, Pengajian Umi Salamah dan ibu banyak belajar dari kehidupan keluarga tante Endy yang berkecukupan dengan  gaji Om Alan yang besar di hotel berbintang. Ibu amati tante Endy ini selalu matching dalam dalam berbusana plus tas dan sepatunya yang brader, tentunya bisa bikin iri semua perempuan yang ingin tampil cantik. Tante Endy mendidik dua anaknya dengan sangat baik. Di mata Ibu, keluarga tante Endy itu keluarga kecil yang ideal. Beda dengan keluarga kita yang terdiri dari 8 orang dengan mas Dadi anak asuh ibu dan mbah karung yang sudah sepuluh. (Duh, ibu jadi flashback ke masa kecilmu) padahal itu 20 tahun yang lalu.

Nah sekarang Om Alan sudah meninggal. Tante Endy  sakit-sakitan. Mba Tesa belum menikah. Tapi mas Ian Sudah punya anak dua. Istrinya anak pengusaha batik juga punya bisnis di bidang property. Karir mas Ian juga bagus. Karena dia suka basket dan berorganisasi dia jadi staf ahli menteri olahraga, masih juga membantu orang penting di pemkot Solo. Dan yang terpenting semua tanggung jawab om Alan sebagai kepala keluarga berpindah ke mas Ian.

Tante Endy curhat ke ibu sambil menangis dan bersyukur sama Allah. Ia diberi anak yang sangat perhatian dengannya, kehidupannya mapan, dan sangat peduli dengan keluarga. Tentu saja ibu senang dan ngga boleh membandingkan dengan paket hidup ibu bersamamu dan keluarga. Semua pasti ada plus minusnya. 

Ibu merasa bersyukur dikelilingi begitu banyak orang baik yang sayang ibu. Salah satunya ya tante Endy, tempat ibu belajar banyak hal. Orangtua tante Endy walaupun meninggal saat karirnya sedang naik daun sebagai pejabat di Pemkot,  aroma keberadaannya masih ada. Mas Ian berada disitu tentu bukan juga karena kebetulan.  Mungkin ada doa eyangnya dan restu orangtua. Orangtua tante Endy mendidik anak- anaknya dengan baik. Maka tak heran bila mas Ian dan Mba Tesa juga mendapatkan yang terbaik dari orangtuanya.

Acin sayang...pasti paham ya? Mengapa ibu tulis ini, ya karena ibu ingin kau punya wawasan yang luas dan selalu bersyukur. Ada tante Endy yang hidupnya terlihat bahagia. Sementara seperti yang kita jalani pun terlihat sangat bahagia karena kita bersyukur. Pastinya setiap orang sudah punya kondratnya masing- masing.

Pagi ini ibu dapat banyak rezeki. Ambil energy yang ada di sekitar dengan senam pernapasan BEP, ketemu tetangga kita di Gondang khususnya tante Endy yang kondisi fisiknya tidak baik-baik saja, tetapi dia sangat bersemangat dan banyak berbagi kebahagiaan yang dirasakan dengan kesuksesan mas Ian, dan perhatiannya ke tante Endy. Apa yang dialami tante Endy dan nasibnya tentu saja membuat ibu semakin bersyukur. Ibu masih punya bapak yang menemani ibu di rumah, saat 5 anak laki-lakinya sudah punya negara dan ibu negara yang solehah juga punya keturunan yang sejuk dipandang mata.

Acin, ibu semakin tua dan inginnya bisa bahagia dengan cara sederhana. Menulis jadi salah satu sarana ibu agar bahagia. Semoga apa yang ibu tulis hari ini bisa membuatmu tersenyum dan tetap bersemangat membentuk jati dirimu yang sesungguhnya.

Peluk erat ibu dalam doa.

Surakarta Hadiningrat, 29 Agustus 2023.






Post a Comment

6 Comments