Tamansiswa dan Parenting Kebangsaan Tahun 2023 Bersama Ki Sutikno / G.K.B.R.A.A. Paku Alam.


Tamansiswa dan Parenting Kebangsaan Tahun 2023 Bersama Ki Sutikno / G.K.B.R.A.A. Paku Alam.
Suasana mengikuti Wisata Literasi di Tamansiswa bersama PesertaKopdar 2 RVL.


Oleh : Sri Sugiastuti 

Siapa yang menyangka kalau Bu Kanjeng dapat ilmu yang luar biasa dari hasil Wisata Literasi di Kopdar 2 RVL yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 24 Juni 2023. Ilmu yang didapat bukan sembarang ilmu. Parenting Kebangsaan tahun 2023 menjadi hal yang sangat mencerahkan buat Bu Kanjeng yang masih fakir ilmu.

Di pendopo Tamansiswa 

Bu Kanjeng pasang wajah serius dan berusaha konsentrasi, saat mendengarkan penjelasan dari Ki Sutikno. Beliau seorang Pakar pendidikan. Pentingnya mengajarkan Pembentukan Karakter Generasi Muda Sejak Usia Dini Melalui Parenting Kebangsaan. Dalam ulasannya terdapat lima kata yang perlu dicermati dalam materi ini ialah Santun, Rukun, Pemersatu, Kebhinekaan, dan Bangsa. 

Penjabaran dari kata Santun yaitu halus dan baik budi bahasa serta tingkah lakunya. Kata Rukun diartikan suasana damai, dan tidak bertengkar. Kata
Pemersatu, yakni yang mempersatukan. Sedangkan 
Kebhinekaan adalah beraneka ragam yang mengarah pada perbedaan dalam masing-masing kehidupan. Dan Bangsa ialah kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri (Sumber: KBBI).

Dalam upaya menumbuhkan sikap santun dan rukun ada tiga poin yang harus dimiliki setiap orang yaitu Berdamai dengan diri sendiri, Berdamai dengan lingkungan, dan berdamai dengan semesta. Yogyakarta sebagai kota Pelajar secara khusus wajib menyiapkan generasi muda melalui Parenting Kebangsaan. Sebagai konsekuensi berbranding kota pendidikan/kota pelajar, kota budaya, sekaligus kota wisata. Sehingga Warga DIY harus dapat mengelola keberadaan para pelajar dan mahasiswa, baik yang dari DIY maupun pendatang secara rukun dan damai.

Begitu juga dengan warga dan pendatang seharusnya mampu menerima dan menghargai perbedaan yang ada. Disadari sepenuhnya akan ada berbagai perjumpaan elemen sosial-budaya yang melekat pada masing-masing pendatang sehingga  perlu diberi ruang keharmonisan
dalam perbedaan.

Perlu digarisbawahi bahwa Santun dan rukun bukan suatu kondisi yang datang tiba-tiba, tetapi suatu kondisi yang harus diupayakan dan diperjuangkan.nBagaimana ikhtiar kita harus menjadikan santun dan rukun sebagai pakulinan
'kebiasaan’. Melalui pembiasaan sikap santun dan rukun akan tercipta kedamaian karena dalam hidupnya selalu berupaya untuk saling menghargai, tidak saling menjatuhkan, hidup bergotong royong, dan menjalin kebersamaan.

Upaya Menumbuhkan Sikap Santun dan Rukun

A. Berdamai dengan diri, Memahami situasi & kondisi diri;
BMensyukuri kemurahan-Nya, Bersedia memaafkan (diri dan orang lain), Berpikir positif dan optimis.

B. Berdamai dengan lingkungan. Menyadari kenyataan,
Tidak menuntut, Tidak memaksakan kehendak, Bersedia "menerima”.

C. Berdamai dengan semesta Selalu menyadari sebagai hamba-Nya.

Setelah memperoleh Sikap Santun dan Rukun, diharapkan mampu berbagi dengan sesama karena selalu merasa telah berkecukupan berkat Kasih Tuhan (Udara pemberian Tuhan selalu kita hirup dengan bebas dan gratis, tidak perlu memakai tabung oksigen), Tidak mudah berburuk sangka, Hidup tenteram karena tidak berseteru dengan orang lain. Salah satu penyebab perseteruan adalah merasa paling benar serta tidak mau terungguli.

Kita harus meyakini bahwa akan dilancarkan rezeki, tidak hanya berupa materi tetapi bisa berwujud berbagai kemudahan. Berharap bisa selamat, bahagia, dan penuh semangat.

Sikap santun dan rukun akan memperlancar terciptanya pembauran kebangsaan karena penyesuaian antara dua atau lebih kebudayaan itu dilandasi dengan kerendah-hatian dan sikap "tepa-slira". Hal ini tanpa harus menghilangkan identitas suku dan etnis, jika setiap
warga menjunjung sikap santun dan rukun dengan hati, niscaya akan memperlancar upaya interaksi dalam bidang bahasa, adat-istiadat, seni budaya, pendidikan dan perekonomian untuk mewujudkan kebangsaan Indonesia.

Optimalkan Potensi dan peran kita. Setelah mampu mendidik diri, wajib menyebarkan sikap santun dan
rukun ke lingkup keluarga dan masyarakat. Bagaimana harus Saling menghargai dan menghormati sesama. Percayalah Aura positif yang ditimbulkan dari sikap santun dan rukun akan berpengaruh pada keharmonisan  Sutwarga DIY maupun pendatang.

"Semoga kita mampu memupuk sikap santun dan rukun untuk  kepentingan bersama, dari Yogyakarta untuk dunia."  Ki Sutikno mengakhiri penjelasannya dengan senyum penuh harapan. 

Surakarta Hadiningrat,  03 Agustus 2023.

Post a Comment

2 Comments

  1. Subhanallah...tulisan indah...tertata apik...pingin dech bisa menulis seperti Bu Kanjeng...Inspiring...

    ReplyDelete
  2. Penjelasan Ki Sutikno di Taman Wiajay Brata ya, Bunda?

    ReplyDelete